Rezeki yang Hilang Ditelan Gelombang Laut dan Abrasi Pesisir Pantai Cilacap

Lintang Siltya Utami | Ade Feri
Rezeki yang Hilang Ditelan Gelombang Laut dan Abrasi Pesisir Pantai Cilacap
Kondisi kerusakan wisata di bibir Pantai Sodong Cilacap (Instagram.com/sentotbrekel)

Sudah bertahun-tahun Kabupaten Cilacap menjadi salah satu lokasi andalan wisata bahari di Jawa Tengah. Ombak tenang yang sesekali bergemuruh, bibir pantai yang umumnya dihiasi pohon cemara, hingga riuh rendah penduduk lokal yang mencari nafkah berhasil memberi nyawa kehidupan di sepanjang pesisir pantai Cilacap.

Penduduk lokal menjalin hubungan mutualisme dengan pantai sebagai tempat mereka menggantungkan hidup. Bibir pantai tidak dibiarkan lengang sebab bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.

Seperti yang banyak ditemukan di Pantai Sodong di Kecamatan Adipala, penduduk di sana membangun kedai makan dan warung sederhana, tempat ibadah sekaligus fasilitas kebersihan, kolam renang mini bagi anak-anak yang ingin berenang, hingga panggung hiburan yang tampak menyenangkan.

Tak jauh dari pantai tersebut berada, membentang luas Pantai Bunton yang menjadi harapan hidup para petani garam di sana. Berkat kegigihan dan sumber daya yang memadai, pada 2018 silam, tambak garam di Desa Bunton bahkan pernah menjadi pilot proyek oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Namun, tak ada yang bisa memprediksi laut sebaik alam itu sendiri. Wilayah perairan yang membentang di sepanjang sisi selatan Pulau Jawa membuat laut-laut di Cilacap berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Akibatnya, setiap tahun pantai di Cilacap harus siap menghadapi gelombang tinggi, pasang surut air laut, banjir rob, hingga abrasi.

Wilayah pantai yang selalu dihantam gelombang air laut membuat pesisirnya terancam abrasi. Warga lokal mau tidak mau harus bergelut dengan kekhawatiran menghadapi kondisi pantai yang tidak menentu sekaligus tempat mereka mencari nafkah yang mulai rusak. Perlahan dan pasti, area pantai yang pernah menjadi tempat mengadu nasib kini mulai ditinggalkan sebab hilangnya sumber penghidupan dan keputusan untuk menghindari ancaman keselamatan.

Di Pantai Sodong, gelombang tinggi pasang surut menjadi makanan rutin setiap tahun. Gelombang air laut yang menerjang pesisir pantai bisa mencapai tinggi empat meter. Hal tersebut meningkatkan potensi sejumlah ancaman serius, salah satunya adalah banjir rob yang melanda bibir pantai dan area rekreasi pengunjung.

Bukan itu saja, gelombang pasang surut juga menjadi penyebab abrasi yang dapat mengakibatkan kerusakan tanggul bronjong sabut kelapa yang sudah dibuat pemerintah setempat. Sayangnya, tanggul tersebut tidak cukup kuat untuk menahan abrasi yang terjadi bibir pantai. Dampak yang ditimbulkan adalah kerusakan parah pada sejumlah kedai dan warung milik penduduk lokal yang berdiri tepat di sepanjang garis pantai.

Tak jauh berbeda dari Pantai Sodong, kenyataan pahit harus ditelan mentah-mentah oleh para petani garam di Desa Bunton. Abrasi pantai yang terjadi di sepanjang pesisir pantai Cilacap bagian timur ternyata memengaruhi produksi garam di Pantai Bunton. Berkali-kali petani garam di sana terpaksa kehilangan tambak garam akibat abrasi pantai.

Melansir dari Radar Banyumas, pada 2018 hingga 2023 produksi garam di Bunton terbilang sangat menjanjikan dan potensial. Para petani garam Bunton bisa menghasilkan garam krosok sebanyak 1 ton dalam seminggu panen. Namun amat disayangkan, abrasi yang melanda pantai itu justru membuat mereka mengalami kerugian mencapai Rp 300 juta.

Kerusakan pantai akibat gelombang air laut dan abrasi memengaruhi ekosistem perekonomian warga lokal yang tinggal di pesisir pantai. Tidak hanya kehilangan tempat mencari nafkah, jumlah pelancong yang datang ke pantai pun terancam mengalami penurunan.

Bayang-bayangan ancaman keselamatan hingga kerusakan pantai membuat lokasi tersebut tidak lagi menarik minat wisatawan. Pada akhirnya, warga lokal terpaksa menelan pil pahit karena arus perekonomian dan wisata di tempat mereka harus tersendat.

Asa yang Tersisa di Tengah Upaya Pencegahan

Meski hidup dalam bayang-bayang kondisi laut yang mulai mengkhawatirkan, warga lokal pesisir pantai di Cilacap tidak pernah berhenti berharap. Gelombang air laut yang tinggi dan abrasi tidak hanya mengancam Pantai Sodong dan Bunton saja, melainkan pantai lain yang ada di Cilacap juga harus siap dengan fenomena ini.

Hampir di semua pantai di Cilacap, seperti Pantai Teluk Penyu, Pantai Cemara Sewu, Pantai Kemiren, dan pantai lainnya menjadi sumber penghidupan masyarakat lokal. Pantai-pantai tersebut adalah area berlangsungnya rantai perekonomian melalui daya tarik wisata bahari yang menjanjikan.

Meskipun abrasi mulai mengikis bibir pantai, para penduduk masih memanfaatkan area ini untuk mencari nafkah. Warung-warung kecil masih didirikan, area rekreasi dan hiburan terus dibangun, dan wisata alam di bibir pantai terus dipromosikan.

Bahkan petani garam di Desa Bunton terus menumbuhkan harapan di tengah ketidakpastian kondisi alam. Warga Bunton yang kehilangan tunnel-tunnel garam karena tertimbun pasir selalu siap melaksanakan kegiatan produksi garam kembali. Mereka berharap, pemerintah setempat segera mencari solusi yang pasti agar abrasi tidak terus-menerus mengikis pantai dan sumber rezeki mereka.

Sumber:

- https://serayunews.com/sejumlah-warung-di-pantai-sodong-cilacap-rusak-diterjang-gelombang-tinggi

- https://radarbanyumas.disway.id/cilacap/read/80623/abrasi-pantai-meluas-tambak-garam-di-bunton-terdampak-dan-petani-merugi-ratusan-juta-rupiah

- https://radarbanyumas.disway.id/cilacap/read/80576/abrasi-di-pantai-sodong-butuh-penanganan-serius 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak