Masyarakat sekarang masih banyak yang berpikir bahwa depresi hanya bisa disembuhkan dengan mengkonsumsi obat-obatan medis atau pun obat anti depresan. Sehingga banyak masyarakat menjadi tidak ingin atau malas untuk menyembuhkan depresi karena takut ketergantungan dengan obat-obatan dan takut akan adanya efek samping dari obat-obatan medis tersebut.
Menurut Rice PL:1992 definisi depresi menurut psikologi adalah kondisi terganggunya mood dan emosional secara berkepanjangan yang melibatkan proses berpikir, berperilaku, dan berperasaan yang pada umumnya muncul karena hilangnya harapan ataupun perasaan yang tidak berdaya.
Adanya gejala-gejala depresi juga bisa kita lihat dari tiga segi, yaitu dari segi fisik, psikis, dan sosial.
1. Gejala fisik
- Gangguan pola tidur
- Menurunnya tingkat aktifitas
- Menurunnya efisiensi kerja
- Menurunnya produktivitas kerja
- Mudah merasa letih dan sakit
2. Gejala psikis
- Kehilangan rasa percaya diri
- Sensitif
- Merasa diri tidak berguna
- Perasaan bersalah
- Perasaan terbebani
3. Gejala sosial
Lingkungan akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit).
Depresi akan semakin berbahaya jika didiamkan dan tidak di obati dengan cepat. Contohnya, dapat terserang penyakit jantung, kecanduan obat, kerusakan otak, sulit menjalin hubungan dengan orang lain, dan yang lebih fatal adalah bisa meningkatkan resiko untuk bunuh diri.
Seorang mahasiswi berpendapat “Menurut gue masih banyak banget masyarakat Indonesia yang kurang dengan pemahaman akan bahaya depresi yang dapat menimbulkan berbagai dampak yang berbahaya, gue harap masyarakat lebih aware dan mau bergerak untuk menyembuhkan depresi,” ucap Qinara, 19 tahun, Jakarta.
Dari buku Dr. Maxwell Maltz, seorang ahli bedah plastik. Pada tahun 1960 Maxwell mengamati pasien-pasien yang diamputasi. Ternyata mereka memerlukan waktu rata-rata 21 hari untuk beradaptasi terhadap kehilangan anggota tubuhnya.
Berdasarkan pengamatan tersebut, Maxwell mengambil kesimpulan pendek bahwa manusia memerlukan waktu sekitar tiga minggu untuk mengadaptasikan diri terhadap perubahan-perubahan di dalam hidup mereka.
Waktu yang diperlukan untuk menciptakan habit itu bervariasi tergantung tingkat kesulitan perilaku yang diinginkan, kurang lebih antara 21 hari-66 hari (sekitar 2 bulan) waktu yang ditetapkan menjadi batas yang universal. Hal ini berdasarkan dari penelitian terbaru oleh Phillippa Lally dari University College London yang dipublikasikan dalam European Journal of Social Psychology
Dengan melakukan kebiasaan baru yang baik selama 21 hari itu akan terbentuk pola hidup baru yang lebih baik, sehingga dengan pola hidup baru kita akan terbiasa berfikir untuk positif dan melakukan hal yang positif serta terlepas dari pikiran masalah-masalah yang membuat stres dan terlalu memikirkannya.
Mulailah dari diri sendiri untuk memiliki kemauan menyembuhkan dan aware terhadap depresi yang bisa berakibat fatal jika tidak disembuhkan dengan segera. Dengan melakukan kebiasaan yang baik selama 21 hari, terbentuknya pola hidup yang baik dapat menjadi solusi alternatif untuk penyembuhan depresi.
Pengirim: R.A Nur Aziza Triandani / Mahasiswi London School of Public Relations
E-mail: [email protected]