Strategi Cermat Hadapi Musim Penghujan

Tri Apriyani | Febriyadi Tri H
Strategi Cermat Hadapi Musim Penghujan
Banjir

Akhir tahun 2019 ditutup dengan pesta di berbagai wilayah Indonesia, meskipun diguyur hujan warga antusias merayakan malam pergantian tahun. Identik dengan tahun sebelumnya awal tahun 2020 masih ditandai dengan tingginya curah hujan di seluruh wilayah Indonesia, tidak terkecuali Jakarta.

Curah hujan merupakan indikator besaran jumlah air yang turun dari langit ke permukaan tanah. Mengutip dari laman CNN Indonesia, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menuturkan “Pada 2020 curah hujan akan semakin meningkat menjadi lebih tinggi mulai Januari sampai Maret."

Meningkatnya curah hujan di awal tahun 2020 dapat menjadi indikator meningkatnya intensitas terkena penyakit. Mengutip dari laman kemkes.go.id, menurut Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, menyebutkan ada 7 penyakit akibat curah hujan tinggi, yaitu Diare, Demam Berdarah, Leptospirosis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Penyakit kulit, Penyakit saluran cerna lain, dan Perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita.

Tingginya curah hujan juga dapat menyebabkan banjir. Jakarta sebagai ibukota Indonesia tidak luput dari masalah banjir yang menjadi agenda rutin setiap musim penghujan. Data jumlah jiwa terdampak banjir menurut data.jakarta.go.id memperlihatkan bahwa tren jumlah jiwa yang terdampak mengalami penurunan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 dalam empat bulan pertama awal tahun.

Hal ini merupakan sinyal positif terhadap penanggulangan bencana banjir di Jakarta. Namun demikian, ancaman bencana banjir masih akan tetap melAnda Jakarta sehingga dibutuhkan peran serta masyarakat dan aparat pemerintah dalam menyelesaikan banjir

Strategi cermat diperlukan untuk menghadapi berbagai masalah akibat curah hujan yang tinggi. Tidak hanya mempersiapkan diri secara dini untuk menghadapi musim penghujan, tetapi juga strategi jangka panjang dan berkelanjutan agar masalah yang sama tidak terulang setiap tahunya.

Strategi yang cermat misalnya:

  1. 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)

Dalam kehidupan sehari hari sudah saatnya membiasakan budaya 5R. Ringkas dalam memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan mengeliminasi yang tidak diperlukan di lingkungan sekitar. Rapi menyimpan barang sesuai dengan tempatnya.

Resik atau menjaga kebersihan terhadap barang-barang dan lingkungan sekitar agar tercipta lingkungan sehat. Merawat barang-barang sekitar lingkungan agar tetap terjaga ketahananya. Rajin dalam melakukan kegiatan positif bagi lingkungan sekitar.

  1. Sedia Payung Sebelum Hujan

Berjaga-jaga sebelum bencana terjadi sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Persiapan baik fisik dan non fisik sebelum datangnya bencana masih menjadi jurus jitu dalam menghadapi bencana banjir. Persiapan fisik dapat berupa selalu menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan menghindari aktivitas yang membahayakan tubuh. Menjaga tubuh sehat dapat dilakukan seperti berolahraga, makan makanan sehat, tidur yang cukup, dan lain lain

Persiapan non fisik dapat berupa selalu sedia obat pertolongan pertama terhadap penyakit musim penghujan. Obat penghangat seperti minyak kayu putih, minyak angin, atau minuman penghangat tubuh seperti jahe, kunyit dan kayu manis.

  1. Cerdas mengelola Sampah

Sampah selalu menjadi momok di suatu daerah padat penduduk, baik musim hujan maupun musim kemarau sampah merupakan masalah yang tidak bias dipandang sebelah mata. Cerdas mengelola sampah banyak memberikan manfaat tidak hanya saat ini tetapi juga di masa yang akan datang.

Cerdas mengelola sampah tidak selalu mengurangi pembuangan sampah. Cerdas mengelola sampah diantaranya, memanfaatkan barang bekas menjadi barang bernilai atau barang bermanfaat, mengurangi jumlah pemakaian kantong plastik, dan pemakaian barang berbahan ramah lingkungan.

  1. Amankan barang berharga

Daerah Anda sudah terkena banjir? Segera amankan barang-barang berharga Anda. Situasi rawan bencana banjir dapat menjadi pisau bermata dua. Pertama, tidak jarang banyak terjadi aksi pencurian oleh oknum tidak bertanggungjawab dengan memanfaatkan kondisi yang ada.

Kedua, barang-barang tertentu dapat menimbulkan masalah lain yang tidak diinginkan misalnya, tabung gas, alat elektronik, barang kimia, dsb. Selalu waspada pada lingkungan sekitar dapat mengurangi dampak yang tidak diinginkan setelah bencana banjir

  1. Ikuti arahan pemerintah dan tetap waspada

Mengikuti arahan atau instruksi pemerintah dapat menjadi alternatif dalam mengurangi dampak bencana banjir. Dikutip dari kompas.com, Presiden Jokowi memberikan instruksi agar, pertama, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Provinsi, hingga tim SAR bergerak bersama menanggulangi banjir. Kedua, fasilitas-fasilitas umum agar segera di normalisasi. Ketiga, pemerintah pusat dan pemerintah provinsi harus bekerja bersama-sama untuk menanggulangi banjir.

Beberapa strategi diatas hanya sebagian kecil dari berbagai alternatif strategi yang ada dalam menghadapi bencana banjir atau curah hujan yang tinggi. Tetapi semua kembali kepada usaha pemerintah dan masyarakat sekitar untuk turut serta menyelesaikan masalah yang timbul akibat dari curah hujan yang tinggi baik banjir, penyakit ataupun akibat lainnya. Karena, “Coming together is a beginning; keeping together is progress; working together is success.” — Henry Ford

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak