Li Ka-Shing, seorang milyarder inspiratif asal Hong Kong yang memulai hidup dari bawah hingga akhirnya pernah menjadi orang terkaya di Asia, pernah memberikan nasihat tentang bagaimana mengatur keuangan yaitu “no matter how much you earn, always remember to divided it into five parts proportionately, always make yourself usefull”.
Dari nasihat Li Ka-Shing tersebut kita bisa mengambil intinya yaitu bagi lima berapapun penghasilan kita. nasihat Li Ka-Shing tersebut sangat tepat dipraktekkan pada kehidupan ini, agar kita selalu memperhatikan budget kita, bukan sekadar bisa membeli atau tidak.
Lalu apa saja lima pos yang dimaksud Li Ka-Shing? Berikut pos-pos yang dimaksud Li Ka-Shing.
1. Pos Biaya Hidup (30%)
Yang pertama tentu saja pos biaya hidup, mungkin kita bisa tahan untuk tidak membeli gadget atau baju baru, atau bisa tahan untuk tidak nongkrong dengan teman-teman, namun kita tidak akan bisa bertahan apabila tidak makan, minum, dan memiliki tempat untuk tinggal.
Pos ini merupakan pos yang paling penting karena menyangkut biaya untuk bertahan hidup namun sekaligus pos yang sebisa mungkin kita tidak terlalu menganggarkan secara berlebihan pada pos ini. Li Ka-Shing menyarankan untuk pos ini sebesar 30% dari total pendapatan kita.
Apabila gaji kita Rp5.000.000, maka yang harus kita gunakan untuk biaya hidup maksimal Rp1.500.000. Sekarang tinggal kita bagi pengeluaran biaya hidup perhari, sewa kos perbulan, dan transportasi bekerja. Misalkan makan sehari bisa Rp25 ribu, maka pengeluaran untuk satu bulan Rp750.000. sewa kos Rp600.000, dan sisanya Rp150.000 bisa untuk biaya bensin motor.
Untuk proporsi, memang sepertinya 30% dari penghasilan sedikit sekali, tapi itu yang disarankan Li Ka-Shing, kalau hanya sekadar bertahan hidup, 30% cukup, karena proporsi-proporsi selanjutnya akan dapat membuat kehidupan Anda lebih baik lagi, lebih berwawasan, lebih memberikan pengaruh positif pada sekitar, dan secara keuangan akan lebih baik.
Apabila terjadi keadaan darurat yang menuntut kita mengeluarkan biaya lebih dan biaya tersebut harus dikeluarkan untuk bertahan hidup, maka dana darurat dapat dibangun dengan keempat pos lain.
2. Pos Sosial (20%)
Selanjutnya adalah pos sosial, memang yang paling penting dari seluruh pos anggaran adalah anggaran biaya hidup, namun pos sosial juga tidak kalah penting, bahkan kebanyakan orang tidak menganggap penting pos ini sehingga tidak perlu dialokasikan, namun Li Ka-Shing menyarankan untuk mengalokasikannya sebesar 20% dari penghasilkan kita.
Pos sosial itu penting karena kegiatan sosial bisa dibangun dengan pos ini. Memberikan hadiah, mentraktir teman, dan bersedekah bisa menggunakan pos sosial. Oh iya, apabila Anda tetap ingin menyisihkan penghasilan untuk diberikan pada orang tua, maka bisa menggunakan pos ini juga.
Karena pos ini bersifat fleksibel yang artinya tidak ada keadaan yang mendesak kita untuk mengeluarkannya, maka sebaiknya teman-teman sekalian berusaha menghemat pos ini. Apabila suatu saat terkena musibah, maka dana darurat bisa dibangun dari pos ini.
Melanjutkan ilustrasi dari pos sebelumnya, apabila penghasilan kita Rp5.000.000 per bulan maka untuk pos sosial dapat dialokasikan sebesar Rp1.000.000 rupiah, kita bisa berikan pada orang tua Rp500.000 kemudian sisihkan untuk zakat atau sedekah Rp125.000 kemudian sisanya Rp375.000 dapat digunakan untuk nongkrong, membelikan kado teman atau mentraktir teman, apabila masih ada sisa maka dapat ditabung, diusahakan sisa ya!
3. Pos Pengembangan Diri (15%)
Orang-orang bijak banyak merekomendasikan setiap orang selalu menyisihkan penghasilannya untuk investasi leher keatas, maksudnya, “berinvestasi” lah dalam pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud tidak terbatas pada pengetahuan yang diajarkan pada sekolah atau lembaga formal, melainkan apapun pengetahuan yang dapat meningkatkan value diri kita sendiri.
Bentuk investasi ini bisa dengan mengikuti seminar, membeli buku, mengikuti kursus keahlian tertentu, atau mentraktir teman yang mengajari Anda sesuatu bisa dimasukan dalam pos ini. Li Ka-Shing merekomendasikan untuk menyisihkan 15% dari penghasilan kita untuk pos pengembangan diri. Apabila gaji kita Rp5.000.000 maka seharusnya kita menyisihkan untuk pos ini sebesar Rp750.000.
Mengutip dari youtube Helmy Yahya Bicara dalam episode yang membahas investasi Li Ka-Shing, beliau mengatakan investasi belajar merupakan salah satu investasi terbaik Li Ka-Shing. Pengembangan diri membuat seseorang menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, bayangkan apabila kita tidak mengalokasikan pos ini, tentu mungkin kita hanya fokus bekerja dan hidup untuk bekerja dengan wawasan diri yang tidak bertambah.
Namun bayangkan apabila kita mengalokasikan pos ini, maka satu tahun yang akan datang kita akan menjadi individu yang lebih baik dari saat ini, tentunya dalam hal wawasan. Wawasan yang bertambah tidak hanya akan mengendap di otak saja, tetapi bisa jadi malah mendatangkan penghasilan lain, misalnya kita belajar memasak, lalu kita berkreasi, dan bisa saja kemudian kita percaya diri membuka bisnis kuliner. Atau apabila kita hanya ingin mengejar karier, peningkatan wawasan terutama softskill tentu akan meningkatkan potensi kita untuk promosi jabatan. Jadi tidak ada ruginya kita berinvestasi pada ilmu pengetahuan gaes!
4. Pos Investasi (25%)
Di poin ketiga kita sudah membahas investasi leher ke atas, yaitu investasi pada wawasan yang kelak akan meningkatkan value diri kita. Pada pos investasi, kita mengartikan investasi pada arti yang sebenarnya, yaitu mengalokasikan sebagian penghasilan kita pada instrumen yang kelak akan memberikan kita penghasilan lagi.
Li Ka-Shing menyarankan untuk menyisihkan 25% dari penghasilan kita untuk pos investasi, proporsi yang paling besar setelah pos biaya hidup. Pos investasi ini penting bagi kita, karena dengan pos ini kita bisa meningkatkan gaya hidup kita di masa depan karena pendapatan kita bertambah. Prinsip investasi adalah menunda kesenangan untuk menikmati kesenangan di masa depan.
Contohnya, apabila gaji kita Rp5.000.000 daripada kita membeli sneakers baru alangkah lebih bijak apabila kita menginvestasikan sebesar Rp1.250.000 per bulan pada instrumen keuangan yang menghasilkan keuntungan misalnya 10% per tahun, maka satu tahun kemudian aset kita dalam hal ini uang kas akan bertambah Rp125.000. itu hanya contoh 1 bulan saja, bagaimana kalau kita konsisten setiap bulan.
Memang kalau kita lihat dari angkanya kecil, investasi Rp1.250.000 baru akan menghasilkan Rp125.000 itupun satu tahun kemudian. Namun apabila kita membiasakan untuk berinvestasi, dampaknya akan kita rasakan dalam jangka panjang. Apabila investasi leher ke atas membuat diri kita lebih baik secara wawasan dalam satu tahun ke depan, investasi pada aset membuat keuangan kita lebih baik dalam satu tahun ke depan.
So, daripada kita beli-beli barang yang nilainya turun dari waktu ke waktu, mending kita tunda kesenangan yuk untuk berinvestasi dulu. Salah satu quote terkenal dari investor tersukses di dunia, Warren Buffet adalah “someone is sitting in the shade today because someone planted a tree long time ago”. Jadi mari kita tanam “pohon” kita saat ini, agar kelak di masa depan kita bisa mendapat manfaat dari “pohon” yang kita tanam saat ini.
5. Pos Liburan (10%)
Liburan? Perlu diposkan juga? Eits, tentu ya, segala pengeluaran pada dasarnya perlu dianggarkan, apalagi soal pengeluaran untuk bersenang-senang, hal ini dilakukan agar kita tidak terlena dengan pendapatan kita, asal cukup, maka pengeluaran untuk hiburan bisa-bisa menjadi tidak terkendali.
Bagi Anda yang workaholic, pos ini juga tetap disarankan, karena liburan itu baik untuk kesehatan psikis, mengurangi stress, dan memberikan energi baru di sela rutinitas pekerjaan. Li Ka-Shing menyarankan untuk mengalokasikan pendapatan kita sebesar 10% untuk pos liburan. Apabila kita menggunakan contoh pendapatan sebelumnya, maka pos untuk liburan dengan pendapatan Rp5.000.000 adalah Rp500.000 per bulan, atau Rp6.000.000 per tahun, besar juga ya.
Dengan mengalokasikan, kita tidak perlu merasa bersalah mengeluarkannya. Uang Rp6.000.000 mungkin bisa digunakan untuk berlibur setahun dua kali, yaitu Rp3.000.000 per liburan, anggaran Rp3.000.000 bisa digunakan untuk berlibur ke tempat yang tidak terlalu jauh dari domisili anda, jika Anda bekerja di Jakarta, uang Rp3.000.000 bisa digunakan untuk liburan ke Bali atau ke kota-kota besar di Jawa sekadar untuk mencari pengalaman dan wisata kuliner.
Tapi mungkin bisa juga untuk liburan ke luar negeri lho, tentu negara terdekat dari Indonesia seperti Singapura, Malaysia, bahkan Thailand. Liburan juga dapat dikatakan membeli pengalaman, karena dengan berlibur kita akan mendapatkan pengalaman baru terutama ke tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi, dan juga liburan dapat dianggap sebagai reward atas kerja keras kita selama ini. jangan ragu mengeluarkan uang untuk liburan ya teman-teman. Asal sudah dianggarkan, maka liburan menjadi hal yang boleh-boleh saja bahkan dianjurkan. Jadi, ada rencana mau liburan kemana? Tentunya lebih baik ketika corona sudah pergi yaa, hehehe.
Fleksibilitas
Kelima pos yang sudah penulis sebutkan di atas merupakan yang disarankan oleh Li Ka-Shing termasuk proporsinya, apabila pendapatan kita lebih sedikit dari ilustrasi yang digunakan maka menurut Penulis yang harus pertama kali kita lakukan tetap menghitung menggunakan proporsi yang disarankan Li Ka-Shing, kemudian perhatikan apakah pos biaya hidup rasional atau tidak, contoh, dengan gaji misalkan Rp3.000.000 apakah dengan pos biaya hidup Rp900.000 tampak rasional? Jika tidak, maka tahap yang terakhir bisa mengurangi pos-pos lain yang bisa ditekan hingga pos biaya hidup mulai tampak rasional.
Alasan penulis membolehkan fleksibilitas, karena poin yang mau penulis sampaikan adalah selalu menganggarkan setiap pengeluaran kita, ditambah apabila kita baru pertama kali menerapkan saran Li Ka-Shing ini, menurut penulis boleh-boleh saja kita mengurangi proporsi pos-pos yang disarankan untuk mengalokasikannya pada pos biaya hidup, anggap saja latihan dulu, tentu saja jangan sampai kebablasan ya, dan tetap berusaha untuk mengikuti proporsi ideal.
Apabila gaji kita diatas ilustrasi, misalkan Rp10.000.000 maka kita juga bisa menerapkan teknik mengatur fleksibilitas pada penghasilan Rp3.000.000 bedanya, kali ini yang dibesarkan adalah pos selain pos biaya hidup. Apabila mengikuti saran proporsi Li Ka-Shing, maka pos biaya hidup yang dapat digunakan adalah Rp3.000.000, namun bila kita yakin dapat hidup dengan Rp2.000.000 maka kita bisa mengalihkan Rp1.000.000 sisanya ke pos-pos lainnya.
Beberapa financial advisor yang penulis ketahui memberi nasihat, semakin besar pendapatan bukan berarti pengeluaran (harus) semakin besar ya. Selamat mencoba mengatur keuangan ala Li Ka-Shing!