Wajib Dihindari, Inilah 5 Risiko Akibat Oversharing di Media Sosial

Munirah | Pekik
Wajib Dihindari, Inilah 5 Risiko Akibat Oversharing di Media Sosial
Ilustrasi Sosial Media. (pixabay.com/geralt)

Mengobrol dan mencurahkan isi hati (curhat) di era digital saat ini, tak lagi harus bertatap muka. Cukup duduk di rumah sendiri dengan menggenggam smartphone yang terkoneksi internet, Anda bisa langsung curhat di media sosial.

Curhat di medsos sudah bukan hal yang asing. Namun, jika Anda posting di medsos untuk curhat secara berlebihan, awas bisa-bisa Anda tergolong orang yang Oversharing. Alih-alih menarik interaksi teman-teman di dunia maya atas curhatan Anda, yang ada malah mereka jengah. Bahkan yang lebih parah, ketika Anda curhat di medsos tanpa pikir panjang bisa jadi masuk dalam kategori cyber crime.

Tidak hanya itu, curhat secara daring juga bisa mengundang risiko bulliying, pelecehan, hingga perselisihan, baik personal maupun profesional. Soal curhat memang urusan pribadi. Namun, bila itu dilakukan secara online, Anda tak lagi punya kendali karena sudah jadi konsumsi publik.

Oversharing terjadi akibat ketidakmampuan seseorang menjaga batas-batas kehormatan dalam berperilaku. Reaksi orang-orang terhadap apapun yang Anda bagikan melalui medsos juga tidak mungkin bisa dikontrol. Namun, Anda masih dapat memilih untuk tidak berbagi jika itu dapat merugikan Anda di kemudian hari.

Lantas, apa saja resiko yang bakal muncul jika kebiasaan oversharing ini tidak Anda kendalikan? Berikut lima akibat-akibatnya:

1. Risiko perundungan

Apapun yang ingin Anda posting di media sosial mengandung konsekuensi. Perihal apa saja, seperti tentang masa lalu, trauma masa kecil, penampilan, peristiwa tidak mengenakan dan lain sebagainya. Tidak semua netizen setuju postingan yang Anda bahas dalam suatu topik sehingga rawan sekali dengan perbuatan perundungan.

2. Risiko pemberian akses lokasi

Kebiasaan share lokasi, memberikan info alamat rumah, kantor, baik secara real time atau hanya sekedar berbagi info lokasi terkini di media sosial dapat membuka peluang kejahatan.

Bagi yang berniat jahat akan mempelajari akses-akses lokasi yang biasa Anda bagikan melalui media sosial. Niat jahatnya pun semakin mulus. Sehingga potensi terciptanya tindak kejahatan semakin tinggi.

3. Risiko pencurian identitas

Oversharing juga rentan pencurian identitas. Data dan informasi diri Anda di media sosial dapat dengan mudah diambil. Setelah diambil oleh pencurinya bisa digunakan untuk melakukan tindak kriminal, seperti penipuan, menyebarkan berita tidak benar dan lain sebagainya. Tujuannya tentu saja memperoleh keuntungan pribadi.

4. Risiko anak-anak

Banyak orangtua yang suka mengekspos anak-anaknya di media sosial, baik berupa foto ataupun video. Terkadang apa yang mereka bagikan tanpa persetujuan anaknya atau melebihi batasan sehat standar postingan. Hal itu dapat mengancam pertumbuhan anak-anaknya.

Secara psikologis, idealnya informasi yang diunggah secara online diupayakan berdampak positif bukan sekadar eksistensi orang tua.

5. Risiko kejahatan cyber

Mengunggah data pribadi di media sosial secara berlebihan dapat mengundang kejahatan siber. Seperti biodata diri, nama, tanggal lahir, alamat, status pernikahan, status pekerjaan hingga nomor telepon pribadi. Semua informasi data diri tersebut bisa saja disalahgunakan oleh oknum yang berniat jahat.

Kejahatan di dunia maya pun beragam. Walaupun Anda hanya posting instagram story yang durasi waktunya 24 jam, bisa diintai oleh cyber crime seperti ransomware, malware, phising dan sejenisnya.

Bagi Anda yang biasa berbagi di media sosial, harus sadar bahwa tidak ada hal apapun di internet yang private. Semuanya dapat menjadi konsumsi publik, meski disadari atau tidak.

Demi menghindari risiko oversharing, pastikan seluruh platform pada media sosial Anda sudah diberi keamanan yang berlapis. Semoga bermanfaat.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak