5 Point Susahnya Menjadi Seorang Freelancer

Munirah | Sri Nur Isnaini
5 Point Susahnya Menjadi Seorang Freelancer
Ilustrasi Freelancer sedang bekerja. (pixabay.com)

Bekerja sebagai freelancer banyak dipilih oleh orang yang tidak mau terikat jam kantor. Mau dapat uang, ambil proyek. Lagi malas, bisa tidak bekerja tanpa harus menunggu persetujuan cuti. 

Menjadi freelancer saat ini adalah pekerjaan yang sedang tren. Banyak orang yang mempunyai kesibukan di rumah yang tidak dapat ditinggal, akhirnya memutuskan untuk menjadi freelancer. Banyak bidang yang dapat digeluti. Namun ternyata pekerjaan ini tidak selalu menyenangkan. Berikut 5 hal susahnya menjadi freelancer:

1. Sering dikira pengangguran

Umumnya orang bekerja di kantor atau di tempat usaha. Berbeda dengan freelancer. Meski bekerja, dia tetap tinggal di rumah. Tidak semua orang paham dengan pekerjaan ini sehingga mengiranya seorang pemalas dan pengangguran. Akibatnya sering jadi bahan gunjingan.

Ketika repot pun susah mencari bantuan. Misal seorang ibu yang mempunyai balita dan bekerja sebagai freelancer. Ketika banyak date line dan perlu bantuan untuk menjaga si anak, saat meminta bantuan keluarga dikira tidak ada kerjaan dan tidak mau mengurus anaknya saja.

2. Kerja dikira Facebook-an

Banyak freelancer, terutama yang bekerja di bidang tulis menulis dan broker yang harus bekerja di depan laptop seharian. Tetangga yang melihat bisa jadi mengiranya sedang Facebook-an dan tidak bekerja.

Tidak mungkin seorang freelancer menjelaskan kepada semua orang model pekerjaan dan cara kerjanya. Jika pun menjelaskan belum tentu lawan bicaranya paham dan percaya.

3. Tidak punya waktu dikira sombong

Ini sering dialami, terutama yang berkomunitas dengan orang-orang yang mempunyai ritme pekerjaan teratur. Ketika seorang teman mengajak kumpul-kumpul atau pergi bersama dan si freelancer tidak dapat ikut karena banyak proyek, bisa jadi yang mengajak mengiranya sombong dan hanya menghindar saja.

Hal seperti ini lazim terjadi, terutama pada lingkungan yang mayoritasnya adalah pekerja dengan waktu tetap. Freelancer memang mempunyai waktu kerja yang fleksible, tetapi ketika pekerjaan menumpuk, tetap harus memprioritaskan pekerjaan. 

4. Penghasilannya kadang tidak cukup

Penghasilan seorang freelancer tergantung pada banyak sedikit proyek yang dikerjakan. Bisa jadi dalam satu bulan mendapat penghasilan yang sangat banyak, namun di bulan berikutnya sangat sedikit. Bahkan tidak ada pemasukan sama sekali. Sedang kebutuhan sehari-hari bersifat tetap jumlahnya, bisa jadi meningkat. 

Seorang freelancer harus pandai mengatur penghasilan sehingga ketika tidak ada pemasukan dapat “tetap hidup.” Menabung dan mempunyai dana cadangan yang dapat digunakan ketika tidak ada penghasilan adalah keharusan.

5. Susah mencari pinjaman

Pemberi pinjaman biasanya akan mengechek penghasilan orang yang dipinjami untuk memastikan kemampuan mengembalikan. Lembaga keuangan akan meminta slip gaji calon peminjam atau catatan usaha jika calon peminjam mempunyai usaha. 

Freelancer tidak memilikinya. Ini yang membuat pemberi pinjaman berpikir ulang dan tidak langsung percaya kemampuannya membayar pinjaman. Tidak jarang freelancer perlu mendapat penjamin yang mempunyai penghasilan tetap agar pengajuan pinjamannya disetujui.

Seorang freelancer mempunyai kebebasan dalam bekerja, baik waktu maupun jenis proyek yang akan dikerjakannya. Namun dia mempunyai beberapa hal yang menyusahkan, terutama karena penghasilnyya yang tidak dapat diprediksi. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak