Silent treatment adalah sikap menolak untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain setelah berkonflik. Hal ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang ngambek dan memutuskan untuk diam seribu bahasa.
Silent treatment dapat ditemukan di segala jenis hubungan, baik hubungan asmara, keluarga, teman, hingga rekan kerja.
Jangan sampai kelewatan, nyatanya silent treatment merupakan salah satu bentuk dari emotional abuse atau kekerasan emosional, yakni kekerasan yang cenderung lebih "halus", tapi bersifat manipulatif.
Menyadur dari Medical News Today, berikut ini adalah 3 alasan seseorang memilih untuk melakukan silent treatment.
- Menghindar: Dalam beberapa kasus, orang lebih memilih untuk tetap diam karena ia tidak tahu harus berkata apa, untuk menghindari konflik lebih lanjut, atau bahkan lari dari masalah.
- Bentuk Komunikasi: Bingung harus berekspresi seperti apa saat menghadapi konflik, bersikap diam saja adalah jawabannya. Namun, yang ia tahu adalah dirinya merasa kesal dan membutuhkan waktu sendiri.
- Hukuman: Silent treatment juga sering digunakan untuk menghukum seseorang. Hal ini dapat membuat orang tersebut mampu mengendalikan atau berkuasa atas 'korban'. Alasan ini merupakan yang paling berbahaya.
Bagi orang yang mendapatkan perlakuan silent treatment dapat merasakan beberapa dampak berikut:
- Kebingungan dan ketakutan
- Frustasi dan putus asa
- Merasa ditolak atau dikucilkan
- Merasa tidak dihormati, dicintai, atau dihargai
Silent treatment baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada kesehatan suatu hubungan. Hal ini akan membuat perselisihan terus berlanjut dan tidak ada celah untuk mendiskusikan keluhan yang mereka alami. Selain itu hal ini akan membuat hubungan menjadi renggang dan canggung.
Cara Menghadapi Silent Treatment
Saat seseorang terkena silent treatment, hal yang perlu dilakukan adalah melihat masalah dari berbagai sisi. Mungkin bagi mereka hal tersebut merupakan masalah sepele, tetapi tidak dengan sisi lain. Maka, apa yang perlu dilakukan?
1. Turunkan Ego dan Lakukan Pendekatan
Bila masing-masing dari kedua belah pihak ber-ego tinggi, maka akan sulit untuk berdamai. Hal yang bisa dilakukan adalah menurunkan ego dan melakukan pendekatan secara baik-baik. Meskipun belum terselesaikan sempurna, jangan biarkan orang yang memberikan silent treatment itu merasa ditinggalkan atau tidak diperhatikan.
Berikan dia dan dirimu waktu untuk tenang, berpikir dan mendinginkan kepala. Kemudian, atur waktu untuk mendisukusikan masalah bersama.
Kebanyakan orang yang melakukan silent treatment akan merasa gengsi untuk meminta maaf terlebih dahulu. Oleh sebab itu, perlu ada inisiatif dari pihak lainnya untuk sedikit menghangatkan suasana.
2. Hindari Amarah dengan Bersikap Tenang
Perasaan kesal tidak akan habisnya jika diselesaikan dengan amarah. Bukannya cepat selesai, malah sebaliknya akan membuat masalah menjadi lebih besar dan tak terkendali.
Agar tidak memperburuk situasi, coba lah untuk bersikap tenang dan menghindari amarah. Selesaikan masalah tersebut dengan lebih profesional dengan tidak menyakiti kedua belah pihak.
3. Fokus pada Diri Sendiri
Fokus pada diri sendiri juga sangat penting. Memikirkan pihak lain dan menelantarkan diri sendiri juga tidak baik untuk kesehatan mental. Luangkan waktu yang bisa membuat diri lebih tenang dan nyaman. Apabila dirimu sudah siap untuk menurunkan ego dan berdiskusi, maka lakukanlah.
Meningkatkan komunikasi adalah kucinya. Meskipun diam terkadang merupakan pilihan terbaik untuk menghindari konflik berlanjut, tetapi jangan sampai hal itu malah memperburuk keadaan. Jangan sampai silent treatment menghancurkan hubungan kamu ya.