Memiliki seorang anak juga merupakan proses pembelajaran bagi kita sebagai orangtua. Apalagi jika kita termasuk orangtua baru. Tentunya masih banyak hal yang dilakukan dengan meraba-raba ilmu atau masih jauh dari pemahaman yang matang.
Dalam mendidik anak, tentunya kita ingin agar si anak bisa bertumbuh menjadi anak yang beretika dan bahagia. Entah itu laki-laki maupun perempuan, sama saja.
Sayangnya dalam proses penerapan pembelajaran yang dilakukan, masih sering ditemui para orangtua yang memberikan slogan kepada anak mereka hanya karena mereka laki-laki atau perempuan. Misalnya "Kamu gak boleh nangis, kan kamu anak laki-laki" atau "Kamu gak boleh main sepak bola, kan kamu anak perempuan", dan yang lainnya.
Padahal, anak memiliki hak yang sama untuk mengungkapkan perasaannya maupun memenuhi rasa ingin tahunya.
Lalu, apa saja yang harus dihindari dalam mendidik anak perempuan?
1. Menganggap sepele peran ayah
Banyak orang yang mengartikan anak perempuan harus dekat dengan ibunya, hanya butuh sosok ibunya, bahkan harus selalu bersama ibunya. Padahal peran ayah juga dibutuhkan. Bahkan ayah lah yang seharusnya memberi penentu gambaran kepada anak perempuan bagaimana cara laki-laki memperlakukannya maupun bagaimana dia harus bersikap kepada seorang anak laki-laki.
Makanya, tak mengapa kalau anak mengajak bermain boneka, atau mainan lain bersama ayah. Ayah harus menjadi teman yang baik dan memberi contoh batasan dan penentu bagaimana seorang laki-laki harus bermain dengannya.
2. Dituntut untuk memendam keingintahuannya
Berhenti untuk memaksa anak perempuan agar selalu menjadi anak yang patuh dan tunduk kepada orang tuanya. Mematuhi orang tua merupakan hal yang baik, namun jangan jadikan kata patuh ini kepada penekanan agar anak tidak berhasil memuaskan rasa ingin tahunya.
Misalnya ketika anak ingin bermain di tanah, bermain kejar-kejaran, bermain robot atau yang lainnya, orang tua memberikan penekanan kepadanya untuk menurut dan tidak melakukan permainan yang dilakukan oleh anak laki-laki.
Hal tersebut bisa membuat anak merasa kasih sayang orang tuanya tidak adil.
3. Membatasi gerak-gerik anak
Pernah mendengar kalimat "Kamu jalannya jangan begitu, kamu kan perempuan", "Kamu rambutnya jangan begitu, kamu kan perempuan", Yup! Semua itu dikatakan dengan berdalih 'Kamu kan perempuan'.
Membatasi gerak-gerik ini bahkan berlanjut sampai membatasi anak dalam menggali potensi yang ada dalam dirinya. Misalnya ketika anak tertarik dengan perlombaan sesuatu, misalnya sepak bola, balap sepeda, orang tua akan mengatakan "Jangan ikut lomba itu, itukan lomba buat laki-laki."
Pembatasan ini sangat berdampak buruk bagi pertumbuhan seorang anak perempuan. Orang tua seharusnya bisa memahami bagaimana rasanya seorang anak yang tidak mendapatkan hak yang sama dalam menggali potensi dan menuruti ketertarikannya sendiri.
4. Tidak menanamkan rasa percaya diri
Bukannya membantu anak menumbuhkan rasa percaya dirinya, kebanyakan orang tua justru membuat anak perempuan merasa tidak percaya diri kepada dirinya sendiri.
Penanaman pemikiran bahwa menjadi perempuan harus begini dan begitu akan menjadi beban tersendiri kepada anak. Aturan yang berlebihan justru bisa membuat anak tidak merasa bahagia dengan hidupnya.
Padahal kebutuhan anak yang pertama adalah rasa bahagia. Maka dari itu sebaiknya kita sebagai orang tua memberikan hak penuh kepada anak perempuan untuk memenuhi rasa ingin tahunya, dan bereksplorasi sesuai imajenasinya.
Kita harus memberikan ruang dan waktu serta kebebasan kepada anak perempuan. Agar mereka merasa bangga sudah terlahir menjadi perempuan, bukan malah menyesalinya.
Itu dia 4 hal yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik anak perempuan. Yuk, jadi orang tua yang bijak!