Saat kamu membereskan kamar, barang-barang yang tidak dipakai apakah masih tersimpan? Jika, ya, bisa jadi kamu penderita hoarding disorder. Disadur dari psychiatry, seorang yang sangat sulit berpisah dari barang-barang di sekitar atau miliknya disebut hoarding disolder, penderitanya disebut hoarder. Barang yang disimpan tersebut mungkin dianggap bersejarah, memiliki nilai sentimental, atau digunakan kemudian hari.
Namun, tidak semua orang yang mengumpulkan barang menderita hoarding disorder. Ada beberapa ciri yang membedakan. Apakah itu? Yuk, disimak
1. Senang menyimpan barang yang orang lain anggap tidak berguna
![ilustrasi mengumpulkan kertas bekas (pexels.com/id-id/shvets-production)](https://media.arkadia.me/v2/articles/nithanahfiah/QxaECMvDOxNEPeRr2xmrCtfxfoRSzAfT.png)
Barang yang disimpan oleh seorang hoarder bermacam-macam. Namun rata-rata barang tersebut tidak banyak gunanya bagi orang banyak.
Dikutip National Health Service barang yang ditimbun, koran, majalah, plastik bekas, kardus, kantong kertas, pakaian, surat tagihan, hingga peralatan-peralatan yang telah rusak masih disimpannya. Ia tidak mau membuang atau menguranginya sehingga bertumpuk-tumpuk.
Pada kasus tertentu seorang hoarder juga mengumpulkan berbagai jenis binatang. Ia memeliharanya tetapi tidak dirawat dengan baik dan terlantar.
2. Tidak dapat mengatur barang
![ilustrasi tidak bisa mengatur barang(pexels.com/id-id/@rodnae-prod)](https://media.arkadia.me/v2/articles/nithanahfiah/KTzuiYZ9ieJUYzoly7LlEpewtaM3NJE9.png)
Selain menumpuk dan menyimpan berbagai macam barang, seorang penderita hoarding disorder tidak dapat mengatur barang-barang tersebut.
Dikutip dari Mayo Clinic, seorang hoarder sering menciptakan kondisi hidup yang sempit dan sumpek karena rumah berisi tumpukan barang-barang. Rumahnya menjadi penuh dengan barang, tidak rapi serta kotor dan pengap.
3. Orang lain tidak boleh menyentuh barangnya
![ilustrasi melarang menyentuh barang(pexels.com/id-id/olly)](https://media.arkadia.me/v2/articles/nithanahfiah/LeBlQp5zm04Wx7LCIkCYsQjNzgFSwQ1t.png)
Selain barang yang berantakan, seorang hoarder akan marah jika ada yang menyentuh barang-barangnya, terutama jika dibereskan.
Memindahkan barang-barang tersebut juga akan menyulut kemarahannya. Oleh karena itu, orang-orang yang hidup bersamanya, kerap kesulitan untuk membantunya keluar dari kebiasaan buruk tersebut, seperti sekadar menata barang-barangnya.
4. Kualitas hidup yang buruk
![ilustrasi kualitas hidup buruk(pexels.com/id-id/liza-summer)](https://media.arkadia.me/v2/articles/nithanahfiah/nCORkInPOCMZiP8ZDJYdvDlfNktnwc9G.png)
Tumpukan barang yang terdapat di mana-mana menyebabkan rumahnya sempit sehingga kediamannya tidak fungsional serta tidak dapat bebas bergerak.
Barang-barang yang bertumpuk tersebut sering tidak dibersihkan sehingga higienitas rumah buruk menyebabkan masalah kesehatan. Akibatnya kualitas hidup buruk
5. Mempunyai hubungan yang buruk dengan penghuni rumah
![ilustrasi bertengkar(pexels.com/id-id/liza-summer)](https://media.arkadia.me/v2/articles/nithanahfiah/kC5jwc6CKyduLM49mhFCGx4mDuhzc9Bq.png)
Seorang hoarder sering mempunyai masalah dengan penghuni rumah. Misal dengan saudara, orang tua, atau istri, karena saat mereka akan membereskan barang ia akan marah.
Keadaan ini membuat seorang hoarder mengisolasi diri dari lingkungan. Di sisi lain ia juga biasanya malu akan kondisi rumahnya yang berantakan, jadi enggan menerima kunjungan tamu.
6. Sering cemas
![ilustrasi cemas(pexels.com/id-id/@mart-production)](https://media.arkadia.me/v2/articles/nithanahfiah/IvbC0c8yTmlBE7L87ma8TfC7nfREuysk.png)
Penderita hoarding disolder sering dikaitkan dengan masalah kejiwaan.Dilansir Hoarding.iocdf.org, hoarding disolder adalah penyakit kejiwaan. Salah satunya yaitu sering cemas.
Rasa cemasnya menyangkut keberadaan barang-barangnya akan dibuang atau dibereskan oleh orang lain. Selain itu ia juga mengalami kecemasan yang luar biasa jika barang-barangnya disentuh oleh orang lain.
Itulah enam ciri penderita hoarding disorder. Jika ada keluarga, teman, atau tetangga yang menunjukkan gejala seperti di atas jangan dibiarkan. Cari bantuan untuk mengatasinya atau mengajaknya berkonsultasi dengan tenaga medis agar dapat ditangani dengan tepat.