Dengan maraknya tren menikah muda yang berkeliaran di media sosial pada saat ini, tidak heran jika banyak yang ingin ikut-ikutan menikah muda. Menikah justru dianggap sebagai kompetisi. Banyak yang berlomba-lomba segera menikah, bahkan tidak jarang yang langsung menikah ketika baru saja lulus SMA.
Padahal menikah bukanlah 'hidup bahagia selamanya'. Menikah adalah komitmen seumur hidup; sebuah janji di hadapan Tuhan yang tidak bisa dianggap sepele seperti pacaran yang bisa putus kapan saja. Oleh karena itu, pernikahan harus dipikirkan matang-matang. Jika kamu atau pacarmu masih seperti ini, sebaiknya tunda dulu untuk menikah.
1. Kesulitan mengontrol emosi
Emosi adalah bagian tak terpisahkan dari manusia. Namun, bukan berarti semua tindakan yang didasarkan oleh emosi bisa dibenarkan. Jika kamu atau pacarmu masih sering lepas kontrol ketika marah, seperti otomatis mengeluarkan kata-kata kasar, membentak, atau bahkan memukul dan membanting barang, sebaiknya belajarlah untuk mengendalikan diri terlebih dahulu.
Pernikahan jelas tidak mudah, dan akan ada banyak rintangan yang harus dihadapi. Jika sekarang kamu atau pacarmu masih kesulitan untuk menghadapi masalah dengan bijak, akan semakin sulit untuk ke depannya ketika kalian memutuskan untuk memiliki anak.
2. Masih memiliki suatu trauma
Bukan berarti orang dengan trauma tidak boleh menikah. Namun, trauma sudah pasti memengaruhi hubungan dengan orang lain, termasuk dengan pasangan, sehingga sebaiknya pastikan bahwa pasangan sudah siap dengan segala konsekuensinya.
Usahakan untuk menjalani terapi atau konseling untuk mengatasi trauma sebelum menikah, dan libatkan pula pasangan agar ia juga mengerti bagaimana caranya ia bisa membantu.
3. Terlalu berekspektasi tinggi
Seringkali kita kecewa karena kita memasang ekspektasi yang terlalu tinggi setelah menikah. Mungkin kita membayangkan pernikahan akan selalu menyenangkan, mesra, dan membahagiakan, seperti yang ditunjukkan di berbagai sosial media.
Padahal pernikahan bukan hanya soal pacaran halal dengan pasangan saja. Menyatukan dua orang yang berbeda tidak akan mudah. Akan selalu ada perbedaan pendapat, tingkah laku, kebiasaan, dan lain-lain. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti, setelah beberapa lama menghabiskam waktu bersama pasangan, kamu akan merasa kecewa karena ternyata pasanganmu tidak seperti yang kamu harapkan.
4. Terlalu keras kepala dengan standar yang dimiliki
Ketika memilih pacar atau pasangan, tentunya kita memiliki standar tertentu. Misalnya, kita menginginkan pacar yang romantis, langsing, atau rajin. Dan memang tidak ada yang salah dengan itu, kita boleh memasang standar bagaimanapun ketika memilih pasangan.
Namun, yang perlu diingat, manusia selalu berubah. Perubahan itu sudah pasti, dan jika kita keras kepala pada standar yang kita miliki, justru kita sendiri yang nantinya tidak bahagia. Seperti misalnya pasangan tidak lagi romantis memberikan kejutan atau hadiah. Sebaiknya kita jangan buru-buru menuntut ini-itu. Sebaliknya, kita perlu berkompromi dan memahami, mungkin pasangan memang tidak lagi memberi kejutan, tapi dia selalu sigap kapanpun kita membutuhkan atau menginginkan sesuatu.
5. Menggantungkan kebahagiaanmu pada pasanganmu
Kebahagiaanmu adalah tanggung jawabmu sendiri, bukan tanggung jawab pacarmu. Jika kamu menggantungkan kebahagiaanmu pada pacarmu, kamu akan hancur ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapanmu. Kamu harus terlebih dulu tahu caranya membahagiakan dirimu sendiri, bukan dengan bergantung pada orang lain, agar nantinya kamu bisa lebih siap berbahagia bersama pasanganmu.
Itulah lima tanda kalau kamu belum siap menikah. Pada dasarnya, menikah membutuhkan kesiapan dan kedewasaan. Pikirkanlah dengan bijak sebelum memutuskan menikah, karena pernikahan adalah komitmen seumur hidup. Semoga membantu, ya!