3 Alasan Keliru Tetap Bertahan dalam Pernikahan Tidak Bahagia, Cerai Saja?

Hernawan | Riva Khodijah
3 Alasan Keliru Tetap Bertahan dalam Pernikahan Tidak Bahagia, Cerai Saja?
Ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Alex Green)

Memang benar kehidupan pernikahan gak selamanya mulus. Dalam perjalanannya penuh onak dan duri. Di sinilah pentingnya komitmen untuk melewati suka duka bersama.

Hanya saja yang sering orang terlupa, adalah komitmen tersebut harus dijalani dua pihak. Gak bisa satu pihak tukang bikin masalah, dan satu pihaknya lagi selalu jadi korban. Bertahan di pernikahan seperti itu artinya telah menaruh komitmen pada orang yang gak pantas.

Faktanya, ada banyak orang bertahan di pernikahan tidak bahagia karena alasan-alasan yang keliru. Alasan apa saja yang dimaksud? Mari kita simak ulasan di bawah ini.

1. Menganggap perilaku buruknya sebuah kewajaran

Hal pertama yang sering jadi alasan kenapa seseorang bertahan di dalam pernikahan yang penuh derita, adalah karena menganggap perlakuan buruknya adalah wajar. Kadang kala malah pihak korban yang merasa bersalah akibat kelihaian manipulasi pasangan toksik.

Padahal, kalau mau jujur ke diri sendiri. Perasaan sedih atau sakit hati dengan perlakuan pasangan sebenarnya sudah cukup menjadi indikasi bahwa ada yang tidak beres dalam pernikahan.

2. Repot kalau nanti harus berpisah

Ada pula yang memilih tetap dengan pasangan toksik karena merasa bakal repot kalau harus berpisah. Mengurusi perceraian, menyewa pengacara, belum lagi urusan harta gana-gini, perwalian anak, dan lain sebagainya.

Memang balik ke pilihan masing-masing, sih. Tapi, bukankah lebih baik repot untuk sementara tapi setelah itu bisa bahagia seumur hidup daripada bertahan dalam pernikahan sengsara selama sisa hidup hanya karena gak mau repot?

3. Semua rumah tangga pasti ada ujiannya

Memang betul tiap rumah tangga pasti ada ujiannya. Ada yang diuji dengan mertua judes, ada pula yang diuji dengan ipar tukang bikin repot, ada yang diuji dengan keturunan yang belum kunjung hadir, dan sebagainya.

Akan tetapi, ketika ujian itu hanya menjadikan satu pihak saja yang terus-menerus jadi korban, maka tidak bisa hal ini dijadikan alasan. Ingat, lho, setiap orang punya pilihan untuk membiarkan diri terus disiksa atau bertindak tegas dengan lepas dari pasangan yang memang sudah tak pantas dipertahankan.

Semoga dengan uraian tadi tidak ada lagi pasangan yang memilih untuk menderita selamanya karena alasan-alasan keliru bertahan di pernikahan yang sudah jelas jadi sumber sengsara.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak