Kata siapa boros itu cuma karena nongkrong? Sekarang, banyak orang justru “bocor halus” gara-gara satu hal yang ukurannya kecil di ponsel mereka: e-wallet.
DANA, OVO, Shopee Pay, GoPay, semua ini kayak sahabat baik yang siap bantu kapan saja. Tapi lama-lama, kayaknya mereka juga bisa jadi “musuh dompet” terselubung.
Di satu sisi, hidup memang jadi gampang banget rasanya. Mau beli kopi, tinggal scan. Mau transfer, bayar parkir (di beberapa tempat), belanja skincare juga tinggal langsung tap. Tapi di sisi lain, kemudahan ini bikin kita terlalu nyaman buat mengeluarkan uang tanpa mikir panjang.
Jadi, e-wallet ini bantu lebih hemat atau malah bikin boros sih?
Positifnya: Bikin Hidup Praktis dan Bisa Jadi Teman Hemat
Pertama, nggak bisa dipungkiri bahwa e-wallet itu efisien banget. Semua transaksi tercatat otomatis, lengkap sama waktu dan nominalnya. Jadi, kamu bisa lihat total pengeluaran bulanan tanpa harus buka buku catatan. Kalau mau refleksi keuangan, tinggal buka riwayat transaksi.
Terus, siapa sih yang nggak suka cashback dan promo? Kadang cuma karena bayar pakai e-wallet tertentu, kamu bisa dapet potongan Rp10.000 atau gratis ongkir. Kalau dipakai dengan bijak, promo begini bisa bantu banget buat hemat pengeluaran kecil yang sering nggak terasa.
Selain itu, e-wallet juga lebih aman dibanding bawa uang cash. Sistem keamanan e-wallet dilengkapi fitur PIN dan verifikasi ganda biar saldo kamu nggak gampang disalahgunakan. Jadi kalau HP hilang, asal akunmu terkunci, saldo masih aman.
Tapi Nih... Kadang Malah Jadi Biang Kerok Boros.
Masalahnya, semua jadi terlalu gampang atau instan. Waktu kita bayar pakai uang tunai, ada “rasa kehilangan” pas liat uang berkurang. Tapi kalau pakai e-wallet, sensasinya hilang. Bayar Rp50.000 pun terasa kayak cuma “klik doang.”
Penelitian dari Frontiers in Human Dynamics (2025) paparkan bahwa transaksi digital bikin orang cenderung impulsif karena nggak merasa uangnya bener-bener keluar.
Nah, diskon dan cashback yang tadinya niat bantu hemat malah bisa jadi jebakan. Siapa yang belum pernah beli barang cuma karena “lumayan nih, lagi diskon 50%”?
E-wallet emang praktis, tapi bikin kita gampang kebawa suasana promo dan akhirnya belanja barang yang sebenernya nggak butuh-butuh amat.
Selain itu, kemudahan ini kadang dimanfaatkan pihak nggak bertanggung jawab. Kemenkominfo sempat bilang, sekarang ada modus judi online yang pakai e-wallet buat transaksi. Nilainya bahkan tembus Rp5,6 triliun! Ngeri, kan?
Jadi, Gimana Biar E-Wallet Nggak Bikin Bocor?
Gampangnya, atur mindset dan kontrol. E-wallet itu cuma alat, bukan penyebab utama boros. Yang penting, kamu harus ngerti cara pakenya.
Coba deh beberapa tips ini:
- Kasih limit isi saldo. Misal, tiap minggu cuma isi Rp200.000, jadi pas saldo habis, kamu mikir dua kali sebelum top up.
- Jangan gampang tergoda promo. Diskon bukan berarti harus beli sekarang juga.
- Cek riwayat pengeluaran tiap minggu. Kadang kaget sendiri pas liat saldo ngilang gara-gara jajan “cuma Rp20.000-an.”
- Pisahkan e-wallet buat kebutuhan dan hiburan. Biar kelihatan jelas mana pengeluaran penting dan mana yang “iseng.”
Semua Balik ke Kamu
E-wallet bisa banget bantu hidup lebih praktis dan bahkan lebih hemat — kalau kamu tahu cara ngatur. Tapi kalau asal tap, semua promo dianggap “rejeki nomplok”, ya siap-siap aja dompet digitalmu jadi sumber kebocoran finansial.
Jadi, bukan e-wallet yang bikin boros, tapi cara kita mengelola godaannya. Ingat bahwa saldo digital itu nyata juga, walau nggak kelihatan.