Pelajaran dari Tak Pernah Malas Belajar

Siswanto | Siswanto
Pelajaran dari Tak Pernah Malas Belajar
Peserta pendidikan bela negara melakukan aksi turun menggunakan tali (rappelling) usai upacara penutupan pendidikan pendahuluan bela negara di Kawasan Monas Jakarta, Kamis (25/9). [Antara/Wahyu Putro A]

Pernahkah Anda mendengar peribahasa 'sambil menyelam minum air'? Itu adalah kata-kata yang benar-benar sangat bermakna karena dalam mengandung arti bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan bisa menghasilkan dua hasil sekaligus. Itu seperti yang saya alami  selama ini.

Saya karyawan di perusahaan yang bergerak di bidang media. Sebelum bekerja di tempat sekarang, saya office boy di kantor itu. Sehari-hari, saya membersihkan semua ruangan kantor dan menyiapkan semua keperluan karyawan, seperti makan dan minum.

Sempat terpikir dalam diri saya, sampai kapan saya akan bekerja terus seperti itu. Saya tidak ingin seperti ayah saya dulu yang sampai sekarang bekerja sebagai OB. Saya pastinya harus mengubah pekerjaan saya menjadi lebih baik lagi, tak seperti ayah.

Hari demi hari, bulan demi bulan, saya terus berpikir dan akhirnya menemukan jalan. Saya sering tukar pikiran/curhat ke sebagian karyawan supaya setidaknya ada jalan keluar. Hal itu pun akhirnya saya dapatkan.

Salah satu karyawan bernama Robert mau mengajari saya belajar laptop dan menulis di media. Karena zaman sekarang laptop sangat berperan penting untuk menunjang suatu pekerjaan menjadi lebih mudah.

Sambil saya belajar menjadi seorang penulis di media, saya benar-benar menekuni semua yang diajarkan Robert karena Robert adalah seorang jurnalis. Jadi, saya menganggapnya sebagai guru belajar dan saya pun belajar di kantor setelah jam pulang kerja.

Hampir setiap hari sepulang kerja, saya selalu belajar darinya. Jam kerja saya dari  jam 5 pagi sampai  jam 5 sore. Sedangkan Robert tak tentu kadang pulang sore jam 7 malam dan kandang pulang jam 10 malam, tapi tak menciutkan semangat saya untuk menunggunya dan terus belajar padanya.

Sembari menunggu Robert pulang kerja dari kantor, saya sambil mengingat-ingat pelajaran yang kemarin-kemarin saya pelajari. Karena saya belum mempunyai laptop sendiri, jadi mau tak mau saya harus pinjam punya Robert dan sekaligus mengajariku belajar.

Hal ini saya lakukan karena saya ingin mengubah nasib hidup saya menjadi lebih baik lagi. Inilah cara dimana saya bisa bekerja dan sambil belajar menuntut ilmu tanpa harus mengeluarkan banyak materi, hanya mengorbankan waktu.

Tak terasa, satu tahun lamanya saya belajar dan akhirnya saya mencoba-coba menulis cerita-cerita dan bahkan berita. Yang pada akhirnya karya tulisan saya di mata karyawan jurnalis bisa diterima dengan baik dan terkadang bisa dimuat jadi berita.

Dan pada akhirnya, ada lowongan menjadi jurnalis dan saya pun tak ragu lagi untuk mendaftarkan diri dengan penuh keyakinan bahwa saya pasti bisa. Akhirnya saya pun diterima di kantor saya bekerja, tapi bekerja bukan office boy lagi, melainkan menjadi jurnalis.

Hal ini disebabkan selagi saya masih bisa bekerja berprinsip jangan berpikiran hanya pada satu pekerjaan, melainkan di luar pekerjaan. Masih banyak lagi pekerjaan yang bisa saya tekuni, yang bisa mengubah nasib saya lebih baik lagi dari pekerjaan yang saya kerjakan sekarang ini.

Pada akhirnya, semua tercapai apa yang saya inginkan selama ini. Paling tidak sekarang saya bekerja lebih baik dari ayah saya. Dan pastinya, kedua orang tua sangat bangga pada saya.

Dikirim oleh Niko, Jakarta

Anda memiliki foto atau cerita menarik? Silakan kirim ke email: [email protected]

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak