Perangi Berita Hoaks dengan Menumbuhkan Budaya Literasi

Suwarjono | Yoris Saputra
Perangi Berita Hoaks dengan Menumbuhkan Budaya Literasi
Perang melawan hoax

Teknologi yang semakin canggih ternyata turut meninggalkan budaya membaca di kalangan masyarakat. Terutama penggunaan smartphone, orang orang lebih suka bermain dengan smartphone  dari pada membaca. Membaca jadi terasa menjemukan dibandingkan dengan bermain smartphone. Teknologi yang makin cangih juga di imbangi dengan media social yang makin banyak, seperti facebook, twitter, yutube, instagram, dan lain lain yang memungkinkan kita membaca berita palsu.

Dengan adanya penggunaan smartphone dan media social, ditambahnya minimnya literasi media, jadilah kita menjadi masyarakat yang mudah termakan masalah atau berita di dunia maya dan kemudian mudah menyebarkannya. Hal tersebut tidak bisa dilontarkan dari kecendrungan masyarakat yang sudah terbiasa berpikir kritis dalam mengkonsumsi berita, yang berpangal dari minimnya minat baca, budaya literasi, dan  literasi media di masyarakat.

Sejak terbukannya kebebasan informasi dan teknologi media, pertumbuhan media massa dan media baru mengalami peningkatan yang cukup signifikan.  Media komunikasi yang telah menjelma menjadi media digital dan perkembangannya semakin beragam,  ini akan berpotensi masyarakat mengkonsumsi berita tidak benar.

Keyakinan dengan dasar seperti politik, agama, kultur kerap membuat orang mengedepankan prasangka alih alih fakta. Prasangka tersebut yang kerap kali dibawa ketika berpendapat di ruang publik seperti di media social. Tak terkecuali ketika membaca dan membagi informasi. Dalam kondisi demikian, krbenaran informasi apakah ia berbasis pada fakta atau kebohongan menjadi tidak penting lagi. Hal yang dianggap lebih penting adalah, menariknya berita itu dan terdengar merdu di telinga masyarakat sehingga mudah tersebar. Asumsi asumsi tersebutlah yang membuat hoax.

Hoax (dibaca hoks) adalah informasi palsu, berita bohong , atau fakta yang di rekayasa untuk tujuan lelucon hingga serius(politis). Hoax bertumbuh kembang seiringan dengan popularitas media social. Media social memungkinkan semua orang menjadi publisher atau penyebar berita, bahkan ’’berita’’ yang di buatnya sendiri, termasuk berita palsu atau hoax. Hoax umunya bertujuan untuk humor. Namun, hoax juga bisa dijadikan alat propaganda dengan tujuan politis, misalnya melakukan pencitraan atau sebaliknya, memburukan citra seseorang. Fakta menunjukan  masyarakat Indonesia lebih mudah menerima hoax di bandingkan dengan informasi yang berdasarkan fakta.

Kurangnya literasi ( buku,Koran,majalah,booklet,brosur dan lainya) menjadi salah satu permasalahan yang sedang di hadapi pemerintah saat ini. Kemajuan teknologi banyak di salahgunakan oleh masyarakat. Saat ini media sosial menjadi sarana masyarakat untuk menyebarkan berita yang di dapat dari sekitarnya.

Sebetulnya kita sebagai masyarakat di era digital ini harus lebih sensitif dalam menerima berita. Tak jarang masyarakat menerima berita dengan begitu saja tanpa tahu asal dan kebenaran dari berita tersebut. Sebuah media yang didasari oleh fakta  menghasilkan berbagai opini dari masyarakat, sedangkan media yang didasari oleh opini menghasilkan berbagai fakta fakta baru yang menyebabkan kontroversi di kalangan masyarakat.

Sebagai masyarakat  yang lebih maju kita harus semaksimal mungkin memahami apa media atau berita yang tersebar di sekeliling kita. Masyarakat saat ini menjadi sarana penyebar berita yang sangat cepat. Hal tersebutlah yang sangat di sayangkan oleh pemerintah, karena kebanyakan berita yang di sebarkan oleh masyarakat adalah hoax, masyarakat saat ini menyebarkan berita tanpa mencermati dan mengkongfirmasi kebenaranya terlebih dahulu.

Dengan kemajuan teknologi yang canggih dan mudah digunakan, penyebaran berita hoax sebenarnya dapat diminimalisir, tetapi ini kembali lagi pada masyarakat apakah masyarakat memiliki niat yang buruk, karena pada zaman ini dengan menyebarkan berita hoax masyarakat bisa menghasilkan uang.

Mahasiswa/I adalah salah satu bagian masyarakat yang paling cepat mendapat informasi dari media, dengan keberadaan mahasiswa ditengah tengah masyarakat, mahasiswa diharapkan agar cepat berpikir apa dampak yang akan didapatkan terhadap kesatuan dan persatuan, seluruh kegiatan penyebaran berita harus di antisipasi terlebih dahulu sebelum di sebarluaskan.

Generasai saat ini atau generasi millennial adalah generasi yang tumbuh besar bersama perangkat teknologi dan internet. Sebagai generasi yang lahir di era digital mereka menerima media sosial sebagai sesuatu yang sudah biasa. Ini berbeda dengan generasi orang tua yang termasuk katagori digital imigran( generasi yang lahir sebelum digital dan teknologi berkembang pesat).

Mengembangkan budaya membaca di kalangan masyarakat untuk memastikan masyarakat mampu membaca perkembangan teknologi termasuk konsekuensi pesan di dalamnya secara kritis. Serta yang lebih penting adalah menggunakannya secara bijak, tidak hanya berkaitan dengan konflik sosial, hal ini penting sebagai upaya juga menangkal gejala radikalisi agama yang marak menggunakan media media sosial.

Lemahnya budaya literasi bagi masyarakat akan berdampak pada lemahnya daya dalam bernalar. Lemahnya kemampuan bernalar akan membuat seseorang sulit berpikir jernih dan kritis dalam menemukan setiap masalah, yang tercermin adalah emosi dan egoism. Alhasil, isu isu provokatif dan hasutan yang dihembuskan berita berita tipuan dengan mudah disesuaikan dan disebarkan.

Setiap hari di media sosial (facebook,instagram, twitter, whatsapp,yutube) selalu dibanjiri oleh jutaan informasi yang tidak jelas sumbernya, bahkan tidak jarang informasi yang bersifat provokatif dan bisa mengakibatkan permusuhan, dan juga tersebar informasi dan gambar gambar hoax yang pada ujungnya meminta bantuan dana. Dalam era seprti sekarang ini sangat sulit membedakan informasi yang mempunyai arti berita, fakta,prasangka, gosip, bercampur aduk menjadi satu.

Masyarakat yang kurang literasi akan sulit dalam membedakan antara berita hoax dan berita fakta. Kurangnya literasi juga dapat menyebabkan seseorang dengan mudah menelan mentah mentah berita yang sumber dan kebenaranya masih dipertanyakan. Budaya membaca sangatlah penting, jika masyarakat memiliki niatan lebih untuk membaca pasti berita hoax, tidak akan tersebar dengan begitu mudah.

Saat tingkat membaca masyarakat tinggi kosa kata akan bertambah, kerja otak akan semakin optimal, wawasan bertambah dengan berbagai informasi baru , mempertajam diri dalam menangkap makna dari suatu informasi yang sedang dibaca, melatih kemampuan berfikir dan menganalisa, meningkatkan fokus dan konsentrasi seseorang, dan melatih kita dalam hal menulis dan merangkai kata kata yang bermakna.  Semua ini kita lakukan agar seiring perkembangan sosial ini memungkinkan kita sebagai masyarakat bisa saja menerima atau menyebar berita palsu. hoax sangat berpengaruh besar terhadap persatuan dan kesatuan serta perkembangan bangsa, untuk itu kita harus sangat selektif dalam menerima atau memberi berita.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak