Hart (2005), profesor manajemen di Johnson Graduate School of Management (Cornell University) sekaligus pendiri Center for Sustainable Global Enterprise, melontarkan pernyataan menarik dalam buku Capitalism at the Crossroads (2005).
Dia menyatakan bahwa kita sekarang menyaksikan permulaan era baru yang di dalamnya perusahaan telah menjadi salah satu pilar penting berkaitan dengan jalan keluar dari berbagai masalah besar yang kini dihadapi umat manusia.
Hart mengidentifikasi perusahaan sebagai kekuatan pendorong utama di balik produk, teknologi, dan model bisnis yang berkelanjutan yang akan membantu memecahkan masalah sosial dan lingkungan, termasuk kemiskinan di negara dunia ketiga, isu lingkungan, ketimpangan ekonomi, tingkat pendidikan rendah, dan masalah kesehatan.
Pada masa lalu, semua masalah sosial semacam itu dianggap sebagai tanggung jawab negara dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Namun, kini, institusi bisnis jelas-jelas diharapkan untuk mengambil peran yang lebih serius dan lebih besar untuk membawa inovasi bagi dunia.
Kehadiran PT Semen Padang sebagai salah satu produsen semen terkemuka di Indonesia merupakan bagian penting dari sejarah modernisasi dan industrialisasi di Indonesia.
Perusahaan ini tidak hanya menjadi sebuah entitas bisnis membanggakan bagi masyarakat Sumbar, tapi juga telah berperan nyata dalam proses pembangunan bangsa Indonesia lebih dari satu abad.
Perusahaan yang pada masa penjajahan Belanda bernama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) ini, telah menjadi tonggak sejarah berdirinya industri semen pertama di Indonesia.
Kalau saja tidak ada pabrik semen di Bukit Indarung ini, bangsa Indonesia mungkin belum akan melihat Monumen Nasional (Monas), Jembatan Semanggi, Gedung MPR/DPR di Senayan, dan Hotel Indonesia di jantung Jakarta pada awal 1960-an.
Mungkin pula belum ada Jembatan Ampera yang melintasi Sungai Musi yang membelah Kota Palembang hingga tahun 1970-an. Juga belum ada pabrik semen di Gresik yang bangunan gedungnya menggunakan semen produksi dalam negeri.
Maka bisalah dibayangkan, tanpa dibangunnya pabrik semen di Indarung (kini PT Semen Padang) tahun 1910, lebih seabad silam, maka dapatlah dibayangkan rakyat Indonesia dalam waktu yang lama akan tetap menjadi konsumen semen yang dibuat di negara lain.
Dimensi Sosio-kultural yang Terintegrasi
Menurut D. Eleanor Westney dalam bukunya Imitation and Innovation (1987:9), kondisi yang diperlukan bagi transformasi industri adalah pengembangan struktur sosial-budaya yang kondusif yang sanggup memfasilitasi usaha individu yang beraneka dan terspesialisasi. Untuk itu, upaya pengembangan ke arah masyarakat industri tidak bisa diceraikan dari dimensi-dimensi sosio-kultural.
Keberhasilan pabrik Semen Padang sebagai industri besar pertama yang dibangun di Indonesia dan masih tetap eksis bahkan terus berkembang hingga memasuki usianya yang ke-110 tahun, tidak terlepas dari komitmen PT Semen Padang memperhatikan pengembangan berbagai aspek di masyarakat sehingga berjalan seiring membentuk sebuah integrasi. Perusahaan menyadari, bahwa perusahaan dan masyarakat merupakan suatu kesatuan dan harus berjalan secara sinergis.
Untuk itu, dalam menjalankan TJSL (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan) dan program CSR (Corporate Social Responsibility), perusahaan berlandasan pada konsep triple bottom line, yaitu profit, people dan planet.
Sehingga untuk tumbuh dan berkembang, Semen Padang tidak hanya mengedepankan profit, tapi melalui CSR perusahaan, Semen Padang terus konsisten untuk memperhatikan masyarakat dan lingkungannya.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan pun pada akhirnya bukan sekadar keuntungan ekonomi (Financial benefit) saja, tetapi lebih dari itu yaitu keuntungan secara sosial (Social benefit) yaitu kepercayaan dari masyarakat sekitar dan stakeholder lainnya. Kepercayaan inilah yang sebenarnya menjadi modal dasar agar perusahaan dapat terus melakukan aktivitasnya.
Menjembatani Lokalitas dan Modernitas
Dalam konteks Indonesia, lokalitas adalah khasanah kebudayaan daerah dengan sistem tradisi tertentu. Baik dalam prilaku sosial maupun terhadap alam. Lokalitas adalah akar dari setiap kebudayaan di Indonesia baik kaum urban maupun pedesaan.
Kehadiran Semen Padang dalam mewujudkan masyarakat industri yang modern, tidak serta merta menggusur lokalitas, memotong budaya setempat. Meski hidup dalam masyarakat urban yang terus dinamis, fondasi kultural tetap terjaga dengan baik. Artinya unsur lokalitas masyarakat tidak pernah diabaikan oleh manajemen perusahaan.
Dengan demikian, dalam pembangunan industrinya, Semen Padang memiliki komitmen untuk mengedepankan kearifan lokal dalam menjalankan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) ataupun program CSR perusahaan. Upaya penguatan ini penting sebagai warisan nilai-nilai luhur untuk generasi masa depan.
Unsur lokalitas yang masih terus dipertahankan dapat dilihat dari hal-hal berikut.
Pertama, logo perusahaan. Setelah mengalami beberapa kali perubahan logo perusahaan, Semen Padang masih mempertahankan kearifan lokal tanah Minang yaitu gambar tanduk kerbau dan rumah adat bagonjong yang semakin terlihat solid.
Kedua, pemberdayaan masyarakat lokal. Semen Padang berkomitmen mengangkat suara lokalitas dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan. Hal ini penting dilakukan untuk menumbuhkan energi sosial yang dapat memaksimalkan potensi-potensi lokal hingga dapat berkontribusi pada kemandirian lokal.
Upaya melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunannya terlihat dari kebijakan CSR Semen Padang memprakarsai pembentukan Forum Nagari yang merupakan wadah perhimpunan Lembaga-Lembaga Sosial Ekonomi Masyarakat, Kerapatan Adat Nagari dan pemangku kepentingan.
Kesepakatan ini lahir dalam bentuk deklarasi yang dilaksanakan di Bukittinggi pada 31 Januari 2015. Saat ini sudah ada 14 forum yang didirikan CSR PT Semen Padang. Selain di Nagari Limau Manis, delapan forum lainnya tersebar di Nagari Lubuk Kilangan, yaitu di seluruh kelurahan, dan satu di Kecamatan Lubuk Kilangan.
Kemudian dua forum lainnya, yaitu Forum Pemberdayaan Masyarakat Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, dan Forum Pemberdayaan Masyarakat Pampangan Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung yang juga didirikan pada 2016 lalu.
Tujuan CSR bersinergi dengan Forum Nagari tersebut adalah untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat yang diusulkan melalui Musyawarah Kito (Muskito).
Kemudian usulan itu direalisasikan melalui program Basinergi Mambangun Nagari (BMN) yang didalamnya terdapat empat pilar, yaitu Semen Padang Campin Nagari, Semen Padang Pandai Nagari, Semen Padang Paduli Nagari, dan Semen Padang Elok Nagari.
Melalui pembentukan lembaga ini, masyarakat lokal dan adat bukan hanya sebagai simbol semata, namun diberikan ruang dan diberdayakan oleh pemerintah.
Ketiga, komitmen menjaga alam. Pentingnya menjaga alam selaras dengan konsep pembangunan industri yang dipedomani Semen Padang. Komitmen yang digenggam erat dari visi program CSR ini adalah ‘Memberdayakan masyarakat dengan mengoptimalkan sumber daya dalam peningkatan citra dan nilai perusahaan secara berkelanjutan yang berwawasan lingkungan’.
Atas keberhasilannya mengelola perusahaan yang berwawasan lingkungan sesuai visi perusahaan, PT Semen Padang beberapa kali meraih penghargaan Industri Hijau tertinggi, yakni level 5 dari Kementerian Perindustrian serta mempertahankan predikat PROPER Hijau dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Industri Hijau adalah Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan Industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dengan mempertahankan PROPER Hijau, berarti PT Semen Padang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara efisien melalui upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery), dan melakukan upaya tanggung jawab sosial (CSR/Community Development) yang baik.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pertumbuhan dan ekspansi Perusahaan, tidak akan mungkin terjadi tanpa nilai kuat.
Di tengah ketatnya kompetisi dan tantangan dalam menghadapi revolusi Industri 4.0., PT Semen Padang berhasil tumbuh dan menjaga sustainabilitasnya selama 110 tahun dengan terus memiliki komitmen dalam menjembatani lokalitas dan modernitas.
Hal ini patut kita apresiasi dan dukung sebagai upaya untuk terus mengelola perusahaan dengan seimbang, tak hanya dari sisi profit tapi juga planet dan people.
Oleh: Dewi Ayu Larasati, SS, M. Hum