Pada awal bulan Maret 2020, Indonesia memulai perperangan untuk menghadapi pandemi virus Corona yang mulai masuk di Indonesia. Sebelumnya virus ini pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Tentunya dengan masuknya pertama kali virus Corona di Indonesia akan memberikan dampak secara tidak langsung terhadap perekonomian.
Secara dampak diperekonomian Indonesia sendiri, salah satu faktor dari virus Corona menyebabkan kurs dollar terhadap rupiah meninggi hingga mencapat 16.000 / $US.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani juga menuturkan dampak dari pandemi COVID-19 yang melanda tanah air terhadap ekonomi Indonesia. Mulai dari keterpurukan sektor perhotelan, penerbangan hingga terjadi pengurangan pekerja baik di sektor formal maupun informal.
Oleh karena itu, dampak virus Corona menjadikan perekonomian dan kehidupan masyarakat Indonesia semakin menjerit lantaran banyaknya karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dirumahkan, bekerja sebagian dan dikurangi gajinya.
“COVID-19 belum bisa diatasi, penyebaran masih meningkat dan dampaknya ke ekonomi akan berat. Dampak ke keuangan akan terus semakin berat,” kata Sri Mulyani, Rabu (1/4/2020)
Dalam kondisi terburuk, Sri Mulyani memperkirakan proyeksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia berkisar 2,3 persen karena virus Corona. Namun, skenario terburuknya ekonomi RI minus hingga 0,4 persen.
Penyebab anjloknya pertumbuhan ekonomi tersebut karena konsumsi rumah tangga, investasi dan konsumsi pemerintah yang turun.
Banyaknya dampak yang ditimbulkan dari perkembangan virus ini telah membawa kesedihan bagi banyak orang. Kesulitan keuangan bagi banyak orang. Dan perubahan besar pada kehidupan sehari-hari banyak orang yang juga membuat perekonomian masyarakat sulit bergerak dan menimbulkan kepanikan dari masyarakat itu sendiri.
Oleh : Santi Sofarina Yasyrifa / Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta