Pada tahun 2018 Business Software Alliance (BSA) mengungkapkan penggunaan software tanpa lisensi resmi tertinggi di dunia berada pada wilayah Asia Pasifik. Selain itu, terdapat 83 persen perusahaan di Indonesia menggunakan software tidak berlisensi resmi atau biasa disebut bajakan.
BSA juga mengungkapkan bahwa pemakaian software bajakan pada komputer sangat rentan terhadap risiko serangan cyber dan malware.
Menurut survei BSA mengungkapkan korelasi antara penggunaan software bajakan dengan malware, memiliki risiko dan ancaman keamanan yang sangat merugikan. Penyebarluasan software secara ilegal dapat merugikan produktivitas suatu merk software serta dapat merusak reputasi merk tersebut.
Kemudian, organisasi atau perusahaan di seluruh dunia akan kehilangan manfaat ekonomi dan keamanan yang ditawarkan oleh software yang dikelolanya seperti yang diungkapkan oleh Victoria Espinel, Presiden dan CEO BSA, Aliansi Perangkat Lunak "Organisasi di seluruh dunia kehilangan manfaat ekonomi dan keamanan yang diberikan oleh perangkat lunak yang dikelola dengan baik," ujarnya.
Tarun Sawney, Direktur Senior BSA, Penegakan - APAC menambahkan “Sangat mengkhawatirkan bahwa 45 persen konsumen yang disurvei mengatakan organisasi mereka tidak memiliki kebijakan tentang penggunaan perangkat lunak bajakan atau yang tidak mereka ketahui - yang lebih buruk daripada survei 2015 . Selain itu, 25 persen perusahaan tidak memiliki kebijakan tentang karyawan yang membawa dan menginstal perangkat lunak mereka sendiri, yang secara signifikan meningkatkan tingkat infeksi malware perusahaan.”
Di Indonesia sendiri penggunaan software bajakan merupakan hal yang sangat umum terjadi, maka tidak heran jika tingkat persentase penggunaan software bajakan di Indonesia dari BSA cukup tinggi yakni mencapai 83 persen (2015).
Banyaknya situs-situs tidak resmi berteberan di mana-mana yang secara tidak bijak menyediakan software bajakan secara gratis. Hal tersebut dapat terjadi, tidak lain karena minimnya kesadaran akan hal-hal mengenai hak cipta, ilegalitas dan sebagainya. Serta kurangnya pengawasan dari pihak yang berwenang.
Maraknya penggunaan software bajakan di Indonesia yang terus terjadi lambat laun dapat memberi pengaruh terhadap perekonomian Indonesia sendiri baik pengaruh yang bersifat progres maupun penagruh yang bersifat regres. Harga jual suatu barang dan atau karya yang ada, muncul dari adanya pertimbangan-pertimbangan salah satunya adalah biaya produksi.
Software berlisensi merupakan salah satu bentuk dari biaya produksi, yang menjadi pertimbangan untuk menentukan suatu harga jual barang atau karya. Karena dalam pengoperasian software berlisensi, seseorang harus berlangganan terlebih dahulu.
Penggunaan software bajakan dapat mempengaruhi harga jual barang atau karya di pasar, yakni harga jual menjadi menurun. Turunnya harga dapat terjadi akibat adanya anggapan masyarakat yang secara sadar mengetahui tentang software-sofware saat ini kebanyakan adalah sesuatu yang mudah didapatkan bahkan gratis, serta anggapan sepele masyarakat terhadap barang atau karya itu sendiri.
Turunnya harga pasar suatu barang atau karya juga dapat terjadi karena adanya perasaan kurang nyaman jika memasang harga yang terlalu tinggi, yakni harga pasar pada umumnya suatu barang atau karya yang diproduksi dengan software berlisensi yang mana merupakan salah satu faktor produksi.
Sehingga ketika pembuat barang atau karya dihadapi dengan konsumen yang secara sadar mengetahui software-software saat ini kebanyakan adalah gratis, serta anggapan sepele konsumen terhadap barang atau karya maka pembuat barang atau karya ini akan menerima begitu saja permintaan si konsumen dan memberinya dengan harga yang lebih rendah.
Dalam konteks ini pembuat barang atau karya yang dimaksud adalah seperti penulis buku, editor, animator, ilustrator dan profesi lainnya yang memerlukan software dalam memproduksi suatu barang dan atau karya.
Adapun output-output produksi yang dilakukan oleh beberapa profesi tersebut adalah dapat berupa poster layanan masyarakat, buku pelajaran, animasi edukasi dan sesuatu yang dapat dirasakan manfaatnya oleh banyak orang baik secara individu maupun secara umum di muka publik.
Jika penggunaan software bajakan terus terjadi, maka harga jual barang atau karya di pasar benar-benar bisa menurun dan mempengaruhi pendapatan para pembuat barang atau karya. Ketika pendapatan menurun, maka standar kebutuhan hidup seseorang akan ikut menurun.
Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat rendah dan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini bukanlah sesuatu yang menguntungkan bagi negara. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran karena terbatasnya lapangan pekerjaan. Ini diakibatkan karena menurunnya tingkat permintaan yang berhubungan dengan tingkat produksi, serta meningkatnya utang negara.
Namun sisi lain dari perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah terselamatkannya lingkungan karena tingkat produksi yang menyebabkan polusi udara berkurang serta rendahnya inflasi karena adanya dorongan masyarkat untuk melakukan investasi dibandingkan melakukan kegiatan konsumsi.
Namun, penggunaan software bajakan tetap bukan sesuatu yang dapat dibenarkan. Karena hal ini merupakan pelanggaran hak cipta yang telah diatur di dalam UUD 1945. Dan pelaku pengguna software bajakan untuk keperluan komersil dapat dijatuhi hukuman denda hingga pidana.
Adapun solusinya adalah, menggunakan software yang memiliki lisensi resmi dan atau menggunakan software terbuka atau biasa disebut opensource yang memiliki izin resmi untuk digunakan dalam keperluan pribadi maupun komersil.