Vietnam menjadi satu satu negara di Asia Tenggara yang dipuji oleh World Health organization (WHO) karena dianggap telah berhasil menghalangi persebaran Virus Corona di Negaranya. Menurut WHO respons cepat pemerintah Vietnam merupakan kunci utama guna mengatasi keadaan darurat dalam mengendalikan krisis pada tahap awal.
Vietnam sendiri melaporkan kasus pertamanya pada tanggal 23 Januari 2020, di mana terdapat dua warga negara china yang dinyatakan positif di Kota Ho Chi Minh.
Pada Rabu 26 Februari, pemerintah Vietnam telah menyatakan bahwa pasien ke-16 dan terakhir yang terinfeksi virus telah dikeluarkan dari rumah sakit, sehingga total kasus yang terjadi di Vietnam tertanggal 25 juni 2020 sebanyak 352 pasien. Dari jumlah tersebut, 329 ribu atau 93% sudah dinyatakan sembuh.
Apabila melihat dari letak geografi Vietnam yang cukup dekat dengan China sebagai lokasi awal munculnya virus ini, bukan tidak mungkin Vietnam menjadi salah satu negara yang sangat rawan terhadap penyebaran virus tersebut.
Namun kepiawaian pemerintah Vietnam dalam menghadang penyebaran Covid-19 membuahkan hasil manis di mana sampai detik ini Vietnam belum melaporkan adanya korban yang meninggal akibat terjangkit Covid-19.
Hal tersebut juga menjadikan Vietnam masuk dalam jajaran 20 besar negara teraman dari Covid-19 di dunia serta nomor dua terbaik se-Asia Tenggara setelah singapura versi WHO. Fakta ini merupakan prestasi yang mendapatkan pandangan positif dari berbagai pihak internasional.
Lalu apa saja faktor yang mendorong keberhasilan Vietnam?
Kesigapan Pemerintah Vietnam
Berdasarkan Pernyataan Dr Kidong Park, perwakilan WHO di Vietnam, keberhasilan Vietnam menghalau persebaran virus Covid-19 berkat tindakan proaktif dan konsistensi tanggap pemerintah.
Sejak tahap awal wabah ini mulai ramai diperbincangkan Vietnam telah mengaktifkan sistem respon, dengan mengintensifkan pengawasan, meningkatkan pengujian laboratorium, serta memastikan pencegahan dan pengendalian infeksi dan manajemen kasus pada manajemen kesehatan.
Nampaknya pemerintah Vietnam telah belajar dari sejarah, di mana tercatat beberapa kali wabah virus menerpa Vietnam, salah satunya yakni wabah Sars pada tahun 2003, Flu Burung pada 2010 hingga wabah demam berdarah dan Campak.
Melihat hal tersebut pemerintah mencoba untuk mawas diri dengan berbagai kebijakan pencegahan, diantaranya yakni membatasi perjalanan, memonitor situasi dari dekat, menutup perbatasan dengan china dan melakukan berbagai pemeriksaan kesehatan terhadap penduduk perbatasan serta tempat lainnya yang dianggap rentan penyebaran virus Covid-19.
Selain itu Kementerian pendidikan setempat sepakat untuk segera menutup sekolah-sekolah sejak liburan tahun baru China pada akhir Januari hingga saat ini belum nampak adanya rencana dibuka kembali.
Banyak negara menganggap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Vietnam terlalu berlebihan bahkan terkesan lebay, namun tindakan tersebut merupakan wujud konsistensi pemerintah dalam melindungi penduduknya.
Presiden Vietnam Nguyn Phú Trng menyatakan bahwa Pemerintah dan rakyat Vietnam sudah sangat terbiasa berhadapan dengan penyakit menular, sehingga baik pemerintah maupun rakyatnya tidak ada yang menggap wabah ini suatu hal yang sepele, bahkan mungkin keseriusan mereka ini melebihi negara-negara lain bahkan yang lebih kaya dan maju dari Vietnam.
Oleh karenanya mereka mengetahui bagaimana merespons hal-hal seperti ini dan menggap kebijakan yang mereka lakukan memang seharusnya dilakukan oleh setiap negara.
Melihat kesigapan pemerintah, Nampaknya kepemimpinan Pemerintah Nguyn Phú Trng telah berhasil Apabila dilihat dari perspektif kepemimpinan situasional, di mana seorang pemimpin memiliki perilaku atau gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi yang terjadi dalam lingkungan organisasi
Pelacakan Masif
Berbeda Halnya dengan negara lain yang melakukan pengujian massal terhadap sebagian besar penduduknya, pemerintah Vietnam lebih memilih untuk melacak secara agresif penyebaran Covid-19. Pemerintah mulai mendata penduduk yang telah melakukan perjalanan ke luar negeri maupun pihak yang dianggap rawan terpapar virus ini.
Mereka yang diketahui memiliki virus corona diisolasi dan siapapun yang pernah kontak dilacak dan dites. Kemudian pada tanggal 25 maret pemerintah memutuskan untuk mensyaratkan bagi pelancong yang akan berlibur di Vietnam untuk melakukan karantina mandiri sebelum kedatangan mereka.
Hal tersebut dipicu atas data di mana sebesar 141 kasus berasal dari orang luar negeri. Selain itu Pemerintah juga tidak menerapkan lockdown secara nasional melainkan melakukan karantina wilayah dalam skala besar terhadap beberapa kota seperti kota Son Loi yang dihuni oleh lebih dari 10.000 penduduk dan Kota Ha loi dengan kurang lebih 11.000 penduduk.
Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan keluar masuk wilayah tersebut sampai tidak ditemukan kasus baru lagi dalam jangka waktu dua minggu. Upaya karantina wilayah ini ditujukan agar pemerintah dapat mengendalikan orang tanpa gejala agar tidak beraktifitas diluar rumah, hal tersebut dilakukan karena 40% pasien positif corona di Vietnam tidak memiliki gejala pada umumnya sehingga mungkin mereka tidak tahu bahwa dirinya terjangkit virus corona jika mereka tidak dites.
Dalam menerapkan dua kebijakan ini Pemerintah Vietnam telah memobilisasi tenaga medis serta pasukan keamanan untuk memantau pelaksanaannya.
Keterbukaan Informasi dan Partisipasi Aktif Masyarakat
Sejak awal pemerintah Vietnam telah berkomitmen untuk terbuka terhadap rakyatnya mengenai data-data yang berhubungan dengan penangan corona. Sebagai salah satu negara Komunis yang memiliki satu partai pemerintah Vietnam telah melakukan prose komunikasi dengan sangat baik terhadap warganya.
Pemerintah mulai mengirimkan Pesan SMS secara reguler ke semua pemilik HP mengenai tahapan yang harus mereka lakukan untuk melindungi dirinya, dan juga memanfaatkan mesin propagandanya untuk menjalankan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama memerangi wabah ini.
Alhasil muncullah kerja sama yang baik antara pemerintah Vietnam dengan rakyatnya. Sebagian besar masyarakat patuh dan tunduk terhadap kebijakan yang telah ditentukan, hal tersebut merupakan wujud masyarakat telah percaya bahwa pemerintah telah melakukan upaya semaksimal mungkin untuk melindungi rakyatnya.
Selain itu masyarakat pun berbondong-bondong membantu pemerintah dengan melakukan penggalangan dana serta bersedia menjadi informan yang baik mengenai persebaran corona di wilayahnya.