Ajak Anak untuk Belajar Mencintai Tanah Air

Tri Apriyani | sam edy yuswanto
Ajak Anak untuk Belajar Mencintai Tanah Air
Buku Petualangan Tiga Negara (dokumentasi: sam edy yuswanto)

Setiap guru dan orang tua seyogianya selalu berusaha mengajarkan kepada anak-anak tentang pentingnya mencintai tanah air. Tanah tempat anak dilahirkan yang memiliki banyak kekayaan yang bila dikelola dengan baik (oleh para pemimpin yang adil dan bijaksana) dapat membuat kehidupan masyarakat Indonesia lebih makmur dan bahagia.

Salah satu kekayaan negeri ini, misalnya, kondisi tanahnya yang bagus dan begitu subur ditanami berbagai jenis tanaman. Di daerah Jawa misalnya, tanah ladangnya cukup subur untuk ditanami pepadian, jagung, aneka sayur mayur dan buah-buahan, yang pada intinya dapat menjadi lahan rezeki mereka sehari-hari.

Novel anak berjudul “Petualangan ke Tiga Negara” yang ditulis oleh Thomas Utomo ini cukup menarik dijadikan sebagai salah satu bacaan yang menghibur sekaligus mendidik bagi anak-anak di rumah. Dalam novel ini terselip hikmah bagi anak-anak agar lebih mencintai tanah kelahiran sendiri sekaligus berusaha mengambil pelajaran berharga dari hal-hal positif yang diterapkan di negara-negara lain.

Novel terbitan Indiva Media Kreasi ini berkisah tentang anak-anak SD yang tengah melakukan perjalanan Edu Trip selama 10 hari, yakni mengunjungi sekolah dan tempat wisata pendidikan di tiga negara, yaitu: Singapura, Malaysia, dan Thailand. Tentu tak semua anak mengikuti kegiatan tersebut.

Total ada 15 anak terpilih dari berbagai kelas yang didampingi oleh guru-guru mereka. Nara, bocah lelaki kelas 5 SD, adalah satu dari kelima belas anak yang mengikuti perjalanan Edu Trip yang sangat berkesan dan meninggalkan banyak pelajaran berharga tersebut (hlm. 6).

Salah satu pelajaran berharga yang diperoleh anak-anak selama Edu Trip ialah ketika berada Singapura. Mereka jadi tahu bahwa di negara tersebut tidak ada gunung.

Berbeda dengan Indonesia yang memiliki banyak gunung di berbagai daerah. Seperti gunung Semeru, Bromo, Galunggung, Sinabung, Merapi, dan lain sebagainya. Yang jadi pertanyaan ialah, sebenarnya untuk apa Tuhan menciptakan gunung-gunung tersebut? Dan apa saja manfaatnya?

Gunung merupakan ciptaan Allah Swt. yang sangat indah dan dapat membuat kita merasa semakin bersyukur atas segala nikmat-Nya. Ternyata salah satu fungsi gunung ialah untuk membantu memudahkan para manusia dalam mendapatkan air yang bersih. Bila suatu tempat tidak memiliki gunung, maka orang yang tinggal di tempat tersebut akan kesulitan mendapatkan air bersih.

Singapura termasuk negara yang tidak memiliki gunung. Yang menjadi pertanyaan kemudian ialah: bagaimana masyarakat Singapura bisa mendapatkan air bersih?

Ternyata, Singapura mendapatkan air bersih dari membeli di Malaysia. Seluruh kebutuhan air warga Singapura dipasok dari Malaysia. Namun, belakangan, Singapura akhirnya berhasil menyediakan air sendiri untuk kebutuhan warganya. Caranya, dengan melakukan penyulingan air limbah agar menjadi air yang bersih (hlm. 27).

Selanjutnya, saat anak-anak berkunjung ke Malaysia, mereka juga mendapatkan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kebersihan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak buang sampah sembarangan misalnya. Sebagaimana kita ketahui bersama, di negeri ini, sebagian masyarakat kita terbiasa membuang sampah sembarangan.

Saat kita tengah melewati jalan raya, sungai-sungai, pasar, dan di mana saja, kita biasa menjumpai sampah berceceran di mana-mana. Mestinya, pemerintah lebih memerhatikan kebersihan negeri ini dengan cara, misalnya, menerapkan aturan yang ketat (sanksi) bagi warga yang gemar buang sampah sembarangan.

Terkait hal ini, kita perlu belajar pada pemerintah Malaysia. Selama ini, Malaysia dikenal sebagai negara yang ketat dalam menjaga kebersihan. Sungai Melaka misalnya. Konon sungai tersebut dulu tercemar, tapi kini telah berubah bersih, sebab Pemerintah Malaysia sangat serius mengurusi Sungai Melaka.

Air sungai selalu dibersihkan dari berbagai macam sampah. Kadar airnya juga rajin diperiksa. Maka tak heran bila kebersihannya terjaga. Tak hanya itu, Pemerintah Malaysia juga membuat aturan ketat tentang larangan membuang sampah di sungai. Bagi yang melanggar, sanksinya berat.

Saat mengetahui hal tersebut, tiba-tiba Nara langsung teringat sungai yang berdekatan dengan rumah orangtuanya. Nara sering melihat tetangganya membuang sampah di sungai, padahal di tepi sungai sudah dipasang papan bertuliskan: Dilarang Buang Sampah di Sungai! (hlm. 40).

Tentu masih banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari kisah Nara bersama teman-temannya saat melakukan perjalanan Edu Trip ke tiga negara. Di antaranya tentang pentingnya sikap saling menghargai terhadap sesama, meskipun kita memiliki latar belakang yang berbeda-beda.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak