Sempat Menguat, Rupiah Ambles Lagi USD 1/Rupiah 14.713. Imbas dari Pandemi?

Tri Apriyani | Muhamad Tsani Farhan
Sempat Menguat, Rupiah Ambles Lagi USD 1/Rupiah 14.713. Imbas dari Pandemi?
Ilustrasi uang dolar dan rupiah

Mata uang US Dollar menunjukkan kekuatannya terhadap rupiah. Berita pasar uang hari ini merilis nilai tukar USD mencapai 14.713, level terlemah kedua bagi rupiah sejak tahun 2015.

Rendahnya nilai tukar mata uang Indonesia terhadap US Dollar menjadi perhatian serius pemerintah dan terutama otoritas moneter. Sebab itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengharapkan agar masyarakat tidak perlu panik dan tetap tenang.

Flukstuasi nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang asing adalah hal yang biasa terjadi dalam perekonomian terbuka. Fenomena selalu terjadi dan berulang.

Artinya ini bukanlah kondisi kiamat, apalagi Indonesia memiliki para ekonom kelas dunia yang berpengalaman. Situasi ini tentu dengan mudah dapat dicarikan kebijakan untuk keluar dari tekanan.

Dari banyak berita yang beredar dan komentar sejumlah pejabat penting di negeri ini, melemahnya nilai rupiah ditengarai karena sentimen negatif atau dampak dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menggerek suku bunga acuannya. Langkah ini telah mendorong dollar kembali ke negaranya.

Kebijakan The Fed berdampak terhadap perekonomian global termasuk Indonesia. Arus dana asing keluar melemahkan kurs rupiah. Bulan April lalu, arus dana asing keluar dari pasar saham saja lebih dari Rp 10 triliun, dan dilanjutkan bulan Mei ini sudah sekitar Rp 1,2 triliun.

Nilai tukar rupiah secara simultan mendapatkan tekanan yang cukup berat karena besarnya kapital outflow akibat hilangnya kepercayaan investor asing terhadap prospek perekonomian Indonesia.

Indikasi ini bisa dilihat pada pasar saham (IHSG) yang harganya cenderung anjlok akibat aksi jual yang dilakukan oleh investor asing. Semoga tekanan terhadap nilai tukar tersebut tidak diperberat lagi dengan kegiatan spekulatif buble.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan "kurs rupiah masih akan terus bergerak. Sama juga dengan mata uang negara lainnya yang masih terus bergerak." Artinya meskipun saat ini kurs rupiah berada pada level 14.713 per US Dollar bukan berarti akan tetap pada angka tersebut.

Nilai Tukar Nominal dan Nilai Tukar Rill

Nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara (Mankiw, 2003 : 127).

Nilai tukar nominal rupiah hari ini di pasar spot pada level 14.713. Sedangkan nilai tukar rill adalah berkaitan dengan harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.

Jadi jika kurs rupiah terus bergerak secara liar dan dalam jangka lama akan mempengaruhi nilai rill. Intinya nilai tukar rill akan berpengaruh pada kondisi perekonomian makro suatu negara, khususnya dengan eksport netto dan neraca perdagangan.

Imbas dari Pandemi COVID-19?

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih mengalami pelemahan, meski ada sedikit perbaikan seiring dengan membaiknya mekanisme pasar.

Menurut catatannya, rupiah pada Juli 2020 terdepresiasi 2,92 persen secara rata-rata dibanding Juni 2020. Perry mengatakan, pelemahan itu terjadi karena beberapa faktor, seperti ancaman pandemi Covid-19 gelombang kedua.

"Itu antara lain disebabkan kekhawatiran terhadap gelombang kedua pandemi Covid-19, prospek pemulihan ekonomi global, dan ketidakpastian pasar keuangan akibat kenaikan tensi geopolitik Amerika Serikat dan China," katanya dalam sesi teleconference, Rabu (19/8/2020).

Kecemasan serupa turut berlanjut pada Agustus ini, yang menyebabkan kurs rupiah masih mengalami pelemahan. "Per 18 Agustus, ada depresiasi 1,04 persen secara rerata dibandingkan Juli 2020," terangnya.

Namun ke depan, Perry optimis nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued.

Kemudian didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan rendah, daya tarik keuangan domestik yang tinggi, hingga premi risiko yang turun.

Perry pun yakin, prospek pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang dapat menguat pada semester kedua tahun ini juga dapat mendongkrak penguatan nilai tukar rupiah.

"Bank Indonesia terus menjaga ketersediaan likuiditas, baik di pasar keuangan maupun valas dan memastikan bekerjanya mekanisme pasar," ujar dia.

Oleh : Muhamad Tsani Farhan / Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak