Pandemi Virus Covid-19 di Indonesia belum diselesaikan secara cepat sehingga menimbulkan dampak negatif ke perekonomian Indonesia yang berkepanjangan sehingga akan menyebabkan Resesi Ekonomi. Dilansir dari Forbes (15/7/2020), Resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan bulan atau bahkan bertahun tahun dan mengalami kontraksi selama 2 kuartal beturut-turut.
Saat ini Indonesia sudah resmi menyandang status dalam resesi karena menurut data, PDB Indonesia tercatat negatif selama kuartal I dan kuartal II, tidak sedikit memperkirakan bahwa kuartal berikutnya akan mengalami pertumbuhan yang negatif, bahkan sampai akhir tahun 2020.
Melansir Bisnis.com (25/9/2020), pasca realisasi pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II-2020 yang minus 5,32% semakin menguatkan resesi yang akan dialami Indonesia, seiring dengan kondisi fluktuasi perekonomian dunia akibat pandemi Covid-19. Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan sebelumnya memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 kembali minus antara 1,1% hingga 2,9%.
Pada saat diwawancara, President Director Mandiri Management Investment, Alvin Pattisahusiwa memperkirakan resesi yang akan melanda perekonomian Indonesia bukan merupakan hambatan untuk berinvestasi, melainkan menjadi waktu yang tepat bagi seseorang melakukan investasi terutama di pasar saham.
“Masa resesi ini justru kesempatan untuk berinvestasi saham-saham dengan harga yang cukup murah atau harga diskon dibanding dengan pada saat masa normal. Kita jangan lompat dari pesawat pada saat turbulensi seperti sekarang,” ujarnya kepada para awak media, Kamis(24/9).
Menurutnya, saat ini seharusnya seseorang yang sudah berinvestasi saham terus melakukan investasi dan tidak lupa melakukan diversifikasi produk investasi. Hal itu penting agar bisa memanfaatkan eluang investasi yang lebih maksimal pada masa mendatang.
Di tengah resesi ini, tidak sedikit orang yang memikirkan keamanan kondisi keuangannya, apalagi bagi mereka yang memiliki investasi di instrument tertentu. Banyak yang bertanya-tanya apakah investasinya aman dan apakah layak berinvestasi di tengah ketidakpastian ini. Seperti yang kita ketahui bahwasanya, investasi berperan sebagai salah satu komponen dari pendapatan nasional, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), di mana investasi memiliki hubungan positif dengan PDB, jika investasi naik maka PDB akan naik, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu pemerintah berusaha untuk menarik investor sebanyak-banyaknya untuk menaikkan perekonomian negara di tengah ancaman resesi ekonomi saat ini.
Bagi seseorang yang suka berinvestasi tentu akan berfikir di mana mereka akan menempatkan uang agar tetap bisa bertumbuh nilainya dan juga aman dari penurunan di tengah resesi yang akan mungkin terjadi. Ada beberapa macam instrument investasi di masa resesi yang memberikan keamanan uang, salah satunya ialah Emas.
Melansir dari Bisnis.com (25/9/2020) emiten tambang PT. Aneka Tambang Tbk (Antam), menilai kondisi ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan investasi emas karena sifat emas sebagai instrument investasi safe haven bisa jadi pilihan investasi di masa resesi. SVP Corporate Secretary Antam, Kunto Hendrapawoko mengatakan emas merupakan jenis investasi yang bisa dipilih saat ini karena tidak terlalu terpengaruh perlambatan ekonomi.
“Dalam tahun ini saja kenaikan harga emas Antam sudah lebih dari 20%, hal ini menunjukan bahwa emas merupakan investasi yang aman,” ujarnya. Kunto juga menyampaikan animo masyarakat untuk dalam investasi emas masih tinggi. Untuk menyiasati hal tersebut, Atam melakukan penyesuaian bisnis logam mulia.
Harga emas logam mulia terus mencatatkan rekor tertinggi, seiring dengan masyarakat mencari aset investasi aman ditengan ancaman resesi. Dilansir dari Logammulia.com harga emas logam mulia yang diproduksi oleh PT Antam Tbk, atau yang biasa disebut emas Antam, telah menembus Rp 906.000 per gram pada 21 Oktober 2020 Harga emas batangan ini naik Rp 5000 dibandingkan harga kemarin.
Analis memandang bahwa emas adalah lindung nilai paling tepat terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang. Oleh sebab itu, permintaan dan harga emas meningkat ketika adanya ancaman ketidakpastian ataupun perubahan nilai dolar, persis seperti yang terjadi saat ini. Emas dianggap safe haven, yakni aset yang diharapkan nilainya tetap atau meningkat walaupun pasar tidak stabil atau bergejolak. Pada prinsipnya, safe haven dicari oleh para investor untuk menghindari kerugian aset ketika terjadi penurunan pasar atau krisis keuangan.
Jadi, emas adalah salah satu investasi yang aman di masa pandemi seperti ini. Namun, perlu diingat juga bahwa harga emas ini bisa berfluktuasi cukup besar alias tidak stabil. Selain itu, ketika masa resesi sudah lewat, biasanya harga emas cenderung mengalami penurunan, meski tren harganya terus naik dalam jangka panjang.
Tidak hanya emas untuk dijadikan investasi di tengah resesi ini, Reksadana Pasar Uang juga cocok untuk berinvestasi dengan aman di tengah resesi ini. Reksadana memang tidak menjanjikan keuntungan yang pasti, namun bila dilihat dari kinerja masa lalunya, reksadana bisa memberikan hasil yang cukup stabil dalam jangka panjang, bahkan boleh dikatakan kestabilannya tidak berbeda jauh dengan deposito.
Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Dalam resesi ini banyak sekali masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan, tidak heran banyak masyarakat yang berfikir bahwasanya berinvestasi harus membutuhkan modal yang besar.
Berdasarkan sumber dari Bibit.id , berinvestasi reksadana di Bibit.id bisa hanya dengan minimal Rp 10.000 dan bisa berinvestasi reksadana. Walaupun tidak menjanjikan keuntungan dengan cepat tetapi investasi reksadana ini memberikan imbalan hasil yang cukup stabil dalam jangka panjang dan juga dapat membantu sedikitnya perekonomian negara yang sedang dalam ancaman resesi ekonomi ini. Karena investasi berperan salah satu komponen dari pendapatan nasional yaitu PDB.
Berdasarkan data dari Bibit.id pula, reksadana bisa menghasilkan return sebesar 5-7% per tahunnya dari data tahun 2019 lalu. Selain itu, investor juga bisa mencairkan kapanpun tanpa adanya jatuh tempo tertentu dan tidak ada penaltinya sama sekali.
Investasi reksadana ini cocok sekali buat kalian yang pengetahuan berinvestasinya masih minim dan ingin berinvestasi dengan modal yang sesuai dengan kemampuan uang yang kalian punya, untuk bisa membantu negara dalam mengingkatkan pertumbuhan ekonomi di tengan resesi ekonomi ini.
Oleh: Yunita Tri Andina – 1701618030 – Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta