Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan yang sangat signifikan dalam berbagai sendi kehidupan manusia. Manusia dipaksa untuk beradaptasi dengan kehidupan baru yang membuat satu sama lain saling terisolasi secara fisik. Perubahan gaya belajar dan bekerja juga terjadi dengan cepat, yang semula secara perlahan memanfaatkan teknologi, kini secara bersamaan didorong untuk bergerak cepat memahami dan bersahabat dengan teknologi apapun bentuknya.
Hal ini juga disadari oleh Group Chief Economist Singapura, Santitarn Sathirathai yang mengatakan melalu webinar Peluncuran WEF Youth Survey 2020 bahwa transformasi digital yang telah direncanakan oleh dunia selama bertahun-tahun, langsung mengalami pertumbuhan yang pesat sejak Covid-19. 87% dari 70.000 orang muda di dunia meningkatkan penggunaan satu alat digital setiap harinya (https://www.cnbcindonesia.com). Di saat manusia semakin terisolasi satu sama lain secara fisik, teknologi menyambungkan kedekatan emosional dan memberikan asupan informasi antar satu dengan lainnya.
Sebagaimana percepatan arus teknologi dan informasi bekerja di saat pandemi ini, sifat manusia sebagai konsumen pun turut berkembang dan menciptakan klaster baru yang lebih cepat yaitu tingginya permintaan arus pesan yang informatif, edukatif, dan menghibur. Salah satu aplikasi yang memuaskan permintaan tersebut adalah tiktok. Tiktok adalah platform user generated content yang kini didominasi oleh informasi yang menghibur, dan edukatif. Dilansir dari katadata, pengguna tiktok naik 20% selama pandemi dengan pola konten edukasi yang terbanyak.
Hal ini dikemukakan oleh Head of Content and user Operations Tiktok Indonesia, Angga Anugrah Putra dalam video conference yang bertema pendidikan (www.katadata.co.id). Dari sini dapat kita perhatikan bahwa permintaan pesan yang dapat memberikan nilai tambah sebagai manusia serta menghibur adalah pesan yang sangat dinantikan pada saat pandemi ini.
Tentu berbagai faktor melatarbelakangi fenomena tersebut, seperti keinginan untuk mengisi waktu dengan menonton atau membaca pesan, keinginan untuk terhibur dikala bosan, hingga adanya keinginan untuk menjadi content creator dan mendapat tambahan ekonomi.
Salah satu bagian yang tidak dapat dihilangkan dalam berbagai pesan di masa pandemi ini adalah torehan prestasi karya anak bangsa yang menjadi terkenal atau viral. Beberapa media melakukan peliputan mengenai prestasi yang ada di tanah air, seperti prestasi debat internasional yang diraih oleh siswa SMA Jakarta dan Tangerang (https://edukasi.kompas.com), hingga prestasi pada ajang FLS2N yang dilaksanakan oleh 1.381 siswa di tingkat nasional.
Seluruh prestasi tersebut juga dituangkan kedalam berbagai media sosial seperti Instagram dan tiktok, yang mana pada platform tersebut memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memberikan komentar, membagikan kepada orang lain, hingga memberikan tombol “suka” pada akun tersebut. Prestasi-prestasi tersebut juga bersifat menjadi informasi bagi warga negara Indonesia, sehingga menjadi suatu kebanggaan dan pada akhirnya banyak masyarakat yang melakukan respon sehingga lambat laun informasi tersebut menjadi tersebar dan viral.
Pengertian dari viralisasi itu sendiri adalah menyebarnya suatu pesan yang signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama melalui media sosial sebagai alatnya. Tiktok sebagai media yang kini sedang terkenal dan naik daun telah menjadi media yang membawa viralisasi tersebut. Dominasi konten pendidikan dan hiburan sebagai permintaan yang tinggi juga dipenuhi oleh Tiktok melalui tagar yang digunakan.
Salah satu contoh viralnya prestasi di tengah pandemi Covid-19 ini adalah prestasi yang diukir oleh akun Giselepa yang menampilkan foto berbagai sertifikat yang berjumlah lebih dari 20 lembar dan juga berbagai medali yang dikenakannya di leher (https://www.suara.com). Hal ini pun menjadi viral oleh karena respon masyarakat yang beragam, seperti melakukan pengiriman ulang di media sosial lain sambil memberikan komentar yang lucu hingga emosional, memberikan komentar, memproduksinya menjadi sebuah poster atau bahan lelucon, dan lainnya. Pada akhirnya, viralisasi itu bermunculan dengan akses media sosial yang tinggi, tagar yang dibuat, konten yang terus berdatangan, dan respon yang begitu besar.
Prestasi adalah suatu pencapaian atas kerja keras yang layak untuk disebar dan dibanggakan melalui media sosial atau media lainnya yang bersifat umum. Pada masa pandemi Covid-19, perkembangan kedua hal itu yaitu prestasi dan media sosial berjalan bersamaan dan saling melengkapi.
Berdasarkan kebutuhan masyarakat atas pesan yang edukatif sekaligus menghibur melalui media sosial, konten mengenai prestasi pun kini terangkat dan cepat untuk dikonsumsi oleh masyarakat dengan nada yang beragam, seperti konten di Tiktok.
Tiktok menjadi sarana yang efektif karena kini penggunaannya sangat meningkat drastis hingga menyentuh angka 800% di seluruh dunia, sehingga penyebaran suatu konten sangat cepat menjadi viral. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa prestasi membawa pesan yang sesuai dengan keinginan di masa pandemi, sehingga penyebarannya menjadi viral.
Dengan adanya Tiktok, viralisasi konten menjadi lebih mudah dan efektif karena respon masyarakat bisa dilakukan dengan cepat. Selain karena hal tersebut, masyarakat menjadi terpicu untuk juga menciptakan konten yang sama, dan menjadi lebih berani untuk berbicara mengenai prestasinya juga yang mungkin selama ini mereka pendam karena ketakutan sosial.
Media sosial di masa pandemi Covid-19 ini mematahkan perasaan takut masyarakat untuk menyatakan prestasinya, sehingga kini bukan hanya konten yang tersosialiasi saja dengan aktornya, tetapi tema prestasi itu sendiri menjadi viral dan menjadi kenikmatan sendiri oleh masyarakat. Ketika melihat algoritma media sosial kini, bisa dengan mudah kita menemukan berbagai konten prestasi yang viral, yang kini bahkan bisa menjadi suatu tantangan dan perlombaan.
Maka dari itu, viralisasi prestasi pada era pandemi Covid-19 merupakan suatu fenomena yang memanfaatkan media sosial sebagai alatnya, dan kini diterima oleh sebagian besar masyarakat sebagai bagian dari permintaan hiburan dan edukasi di tengah pembatasan yang berlaku.