Pemerintah Indonesia mengumumkan pemindahan ibu kota ke luar pulau Jawa. Dua Kabupaten di Kalimantan Timur, yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, dianggap menjadi lokasi ideal untuk pembangunan ibu kota baru berkonsep smart and green city.
Selain persiapan infrastruktur gedung dan sarana prasarana pendukungnya, pemindahan ibu kota baru ini juga perlu mempertimbangkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Oleh karena itu, tiga orang mahasiswa UGM yang terdiri dari Zidane Yuli Riyadi (Teknologi Industri Pertanian 2018), Ilham Nawan Rasyid (Teknik Pertanian dan Biosistem 2017) dan Muhammad Rafif (Elektronika dan Instrumentasi 2018) mengusung gagasan pembangunan gedung mandiri pangan di lokasi ibu kota baru.
Tim tersebut berada dibawah bimbingan dosen Fakultas Teknologi Pertanian Dr. Mohammad Affan Fajar Falah, STP., M.Agr. Gagasan ini diusung dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Zidane menyampaikan, Konsep gedung mandiri pangan adalah sebuah gedung pabrikasi tanaman berkonsep Closed Plant Production Systems (CPPS). CPPS sendiri merupakan sistem pertanian terkontrol yang dilakukan di dalam ruang tertutup dengan mengendalikan segala input yang ada supaya menghasilkan output hasil panen produk pertanian/pangan yang diinginkan berdasarkan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Bentuk CPPS yang digunakan adalah PFAM atau Plant Factory with Artificial Monitoring merupakan sebuah sistem produksi pertanian hidroponik dalam lingkungan tumbuh yang terkontrol.
Menurut Zidane, pemenuhan kebutuhan beberapa komoditas (khususnya hortikultura) di wilayah calon ibu kota baru kurang sesuai antara proyeksi kebutuhannya yang berdasarkan pertumbuhan penduduk dengan kondisi lahan pertanian yang cenderung kurang cocok ditanami komoditas tersebut.
“Karena produktivitas yang tinggi, gedung ini bisa menjadi alternatif solusi untuk stabilitas stok bahan pangan dengan kualitas yang bagus,” ujar dia.
“Secara garis besar ada tiga jenis teknologi terkini yang diterapkan dalam gedung mandiri pangan ini, diantaranya adalah penggunaan sumber energi terbarukan berupa panel surya dan sistem piezoelektrik, greening material berupa penggunaan lumut sunagoke untuk thermal insulator, dan perlengkapan serta teknologi sensor hidroponik,” penjelasan lebih lanjutnya yang disampaikan oleh Zidane.
Zidane menjelaskan cara kerjanya dimulai dari input, proses, hingga output. Input yang dibutuhkan berupa gedung yang disarankan bertingkat, semua teknologi yang sudah dijelaskan sebelumnya, dan tentunya bibit tanaman yang akan dibudidayakan.
Prosesnya secara umum adalah mengontrol input yang ada selama budidaya hingga pasca panen. Misalnya, kontrol buatan untuk lingkungan yang sesuai supaya pertumbuhan optimal dengan cara AC yang otomatis akan mendinginkan ruangan apabila sensor menunjukkan suhu yang kurang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Output yang dihasilkan berupa komoditas bahan pangan segar dengan kualitas terbaik.
“Konsep smart and green city untuk pembangunan ibu kota baru ini lebih ditekankan pada sistem ramah lingkungan, hemat energi serta proses yang lebih efisien. Sehingga, kami berharap kedepannya untuk ide pembuatan gedung mandiri pangan ini bisa diimplementasikan dalam mendukung program-program pemerintah ke depan, khususnya tentang kedaulatan atau kemandirian pangan di ibu kota baru yang mengusung konsep smart and green city”, Ujar Zidane.