Belum usai Indonesia menangani kasus corona, masyarakat harus bersiap dengan bencana lainnya. Fenomena La Nina yang melanda Indonesia sejak April akan mengalami puncaknya pada akhir tahun. La Nina biasanya akan membawa sejumlah bencana di daerah-daerah tertentu. Penanganan intensif harus disiapkan untuk mengurangi korban jiwa.
La Nina sendiri sudah menjadi fenomena yang wajar terjadi setiap tahunnya. Namun, hanya berbeda tingkat keekstrimannya. La Nina terjadi karena penurunan suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Kemudian, hal ini meningkatkan jumlah curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia.
Sebenarnya, saat ini Indonesia sudah memasuki musim kemarau yang seharusnya menjadikan keadaan menjadi kering. Namun, di tahun 2020 ini musim kemarau menjadi lebih ‘basah’ karena curah hujan yang tak tentu.
BMKG mengatakan bahwa La Nina yang terjadi di Indonesia tidak seragam di seluruh wilayah Indonesia. Mereka memperkirakan intensitas La Nina akan menyeluruh pada Januari sampai Februari 2021. Dengan demikian, dampaknya akan sangat terasa saat waktu itu. Akan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas lebat disertai dengan kilat/petir dan angin kencang atau bahkan bisa terjadi badai.
Penyebab masalah
Sudah jadi perayaan setiap tahun, banjir menjadi sesuatu yang wajar terjadi melanda sebagian wilayah Indonesia. Terutama wilayah yang tidak memiliki penyerapan air yang bagus. Hal ini sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta. Namun tak memutus kemungkinan kota-kota kecil, pedesaan, dan daerah pegunungun untuk terkena banjir.
Keparahan banjir ini didukung oleh rusaknya alam yang disebabkan oleh manusia itu sendiri. Contohnya di kota-kota besar, sungai yang seharusnya berperan untuk menyerap air dan menyalurkannya ke hulu dirusak oleh manusia. Pembuangan sampah sembarang dan pembangunan di sekitar sungai demi mementingkan aspek ekonomi menjadi biang rusaknya penyerapan air.
Akibatnya, kondisi sungai menjadi sangat buruk. Penyerapan air ke dalam tanah tidak maksimal karena penyempitan dan dangkalnya sungai. Kondisi ini akan memudahkan terjadinya banjir disaat musim penghujan.
Dua Persoalan
Setiap musim penghujan, di wilayah tertetu akan mengalami bencana banjir. Apalagi ada beberapa wilayah di negeri ini yang sudah menjadi langganan banjir. Tak hanya itu untuk wilayah pegunungan besar kemungkinan untuk terjadi tanah longsor. Tak luput, angin puting beliung yang siap menghantui ketika badai datang.
Melalui Detik.com, Dwikorita mengatakan, dampak terburuk dari La Nina menyebabkan rusaknya infrasturuktur, terganggunyaa aktivitas ekonomi dan sosial, serta rusaknya lahan pertanian yang terjadi pada tahun 2010.
Penanganan korban banjir mengharuskan relawan untuk bekerja secara sigap. Kebutuhan logistik, medis, dan pangan harus cepat disalurkan kepada korban. Akan tetapi, dengan adanya corona semua itu tidak mudah dilakukan. Penanganan yang kurang baik dikhawatirkan memicu adanya wabah lain.
Selain itu, pengantisipasian penyebaran di tenda pengungsi perlu diperhatikan. Saat ini, penggunakan masker, menghindari kontak fisik, dan menjaga jarak merupakan usaha yang mudah dilakukan untuk mengurangi menyebaran virus corona. Namun kenyataannya, hal ini masih dilanggar masyarakat umum. Sebenarnya, kita tidak boleh lengah dengan keadaan ini. Pengantisipasian di tenda pengungsi perlu ditanggapi dengan serius.
Siaga Penanggulangan Bencana
Evakuasi bencana harus ditanganani dengan sigap. Pihak penyelamat diharuskan siap siaga menyelamatkan korban jiwa, menyalurkan bantuan makanan dan minuman, dan medis. Namun, dengan dibarengi pandemi corona, tentu menjadi kesulitan sendiri bagi mereka. Penanganan yang tidak dibarengi protocol yang benar malah akan memunculkan virus corona.
Oleh karena itu, kita, termasuk pemerintah harus bekerja sama untuk menemukan solusi yang tepat demi mencegah hal ini terjadi. Pengadaan PSBB masih dipikir kurang untuk mengurani penyebaran virus corona. Sebelum datangnya musim hujan, lebih baik kita menjaga daerah penyerapan air.
Bencana alam yang terjadi akibat La Nina dan corona dikhawatirkan membawa wabah penyakit lain yang terjadi semasa di pengungsian. Oleh karena itu, perlu antisipasi pencegahan terhadap bencana. Selain itu, perlu juga antisipasi adanya penyebaran virus corona yang bisa saja terjadi dalam masa pengungsian dan penyelamatan
Salah satu sikap siaga yang bisa dilakukan adalah meminta agar para kepala suatu daerah memastikan tempat evakuasi yang dapat digunakan warga sementara. Serta mengidentifikasi masyarakat yang aman dari virus corona untuk melindungi para relawan dalam masa evakuasi. Dapat juga meminta warga untuk mematuhi protokol agar selalu memakai masker, menjaga jarak, dan selalu cuci tangan.
Kesadaran masyarakat akan hal ini harus ditingkatkan mengingat kesadaran masyarakat yang kurang tanggap akan perubahan cuaca serta tanda-tanda bencana. Sosialisasi menggunakan bahasa yang mudah dipahami supaya pesan dapat tersampaikan dengan baik.
Serta, komunikasi dan koordinasi dari pemerintah dibarengi dengan BMKG kepada masyarakat sangat diperlukan. Guna untuk mengantisipasi sebelum terjadinya suatu bencana. Diharapkan kerja sama ini dapat mengurangi korban jiwa yang dapat terjadi kapan saja.