Sejarah Perang Arab-Israel dalam Konflik Internasional Tahun 1948-1993

Tri Apriyani | fikri hanif
Sejarah Perang Arab-Israel dalam Konflik Internasional Tahun 1948-1993
Bendera Arab-Israel

Konflik Arab dengan Israel dimulai sejak tahun 1948 yang dimana negara-negara Arab yang bersatu untuk melawan Israel apabila Manifesto Bilu diluncurkan oleh kelompok zionis pada tahun 1882 yang dijadikan patokan bagi timbulnya gerakan zionisme modern, maka permasalahan dari Arab-Irael telah berumur lebih dari satu abad. Oleh karena itu dalam upaya untuk menciptakan perdamaian yang menyeluruh di dunia internsional khususnya konflik Palestina dengan Israel menjadi utama (Roger Garaudy).

Wilayah Timur Tengah menurut David E. Long dan Bernard Reich Timur Tengah adalah negara-negara Arab non-Afrika yang ditambah Iran dan Israel. Di Timur Tengah ada berbagai etnis yaitu Arab, Persia, Yahudi dan Turki dan agama yang dianut adalah agama islam, kristen, dan yahudi. Dalam keberagaman ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan munculnya berbagai persoalan di Timur Tengah (Irsal, Ari A. Academia.edu).

Selama 800 tahun bangsa Yahudi (Israel ) kehilangan kontak dengan wilayah Palestina. Kebanyakan keturunan dari bangsa Yahudi berdomisili di Negara-Negara Eropa Timur dan juga , sehingga pada masa pergolakan di Rusia yang mengakibatkan kaum Yahudi ini tidak aman pasca terbunuhnya Kaisar Rusia Alexander II pada tahun 1881 karena yang anggap membunuh kaisar adalah kaum Yahudi.

Sehingga hal ini dimanfaatkan oleh pergerakan Zionis untuk mengkampanyekan pendirian entitas kaum Yahudi yang aman dan independen di Palestina sebagai solusi pengumpulan seluruh bangsa Yahudi dan gerakan Zionis ini mendapat dukungan dan solider dari negara-negara para eksodus Yahudi tinggal untuk menghindari beban dasar agama, serta gerakan Zionis ini mendapat dukungan dari negara-negara barat. (Firdaus, Fatmawati. 2011). Peperangan antara Arab dan Israel berlangsung cukup lama hal ini dikarenakan Israel sengaja membuat permasalahan dengan masyarakat Arab (Morris, Benny. 1990:35).

Penyebab dari terjadinya konflik tersebut yaitu dengan datangnya bangsa Yahudi ke Arab Pada tahun 1881 bangsa Arab menentang gerakan Zionisme yang dicetuskan oleh bangsa Yahudi, karena Arab menilai gerakan ini Zionisme bersebrangan dengan gerakan Nasioanlisme Arab.

Pada abad ke-19 terdapat 565.000 rakyat Arab dan 24.000 rakyat Yahudi yang tinggal di Palestina, akan tetapi kaum Yahudi mengganggap bahwa tanah Palestina itu tanah leluhur kaum Yahudi, dalam gerakan zionis ini berusaha mendirikan negara otonom yang keseluruhan atau paling tidak mayoritas rakyatnya merupakan kaum Yahudi, akan tetapi yang tinggal di daerah ini 90% rakyat Arab. Seiring berjalannya waktu kaum Yahudi yang berdatangan semakin banyak sehingga menimbulkan kegelisahan terhadap kaum Arab (online hukamnas.com).

Pihak Arab tidak senang kalau tanah Palestina ini dijadikan homeland oleh kaum Yahudi. Sehingga mereka berusaha melawan dan mencegah pihak Zionis untuk memperoleh wilayah yang lebih luas dikarenakan pihak Arab mulai menyadari bahwa keberadaan Yahudi bisa mengancam eksistensi Arab di tanah Palestina. Hal inilah yang memicu terjadinya konflik pihak Arab dengan Zionis yang maksudkan dengan Zionis ini adalah Israel (hukamnas.com). Pihak pertubuhan Zionis mempunyai agenda tersendiri untuk mewujudkan sebuah negara bagi bangsa Yahudi di Palestin yang disokong oleh undang-undang awan (public law). Ini dapat dilihat melalui perancangan Zionis untuk mencapai agenda utama dengan penumpuan kepada empat perkara (Roslan, M. 2010:75).

Kronologi dalam konflik antara Arab-Israel adalah dengan adaya perebutan kekuasaan, yang dimana perebutan tersebut terus-menerus diguncangkan untuk merebut suatu wilayah yakni yang ada di wilayah Arab lebih tepatnya di Palestin. Yang seperti dikatakan oleh PBB sebelumnya bahwa Palestina di pecah menjadi dua yang Arab dan Israel. Tahun 1956 Inggris dibantu dengan Prancis untuk menyerang Sinai untuk menguasai Terusan Suez.

Pada tahun 1964 pemimpin Arab mendirikan Palestina Liberation Organization atau disebut (PLO). Pada tanggal 15 November 1988 berdirinya negara Palestina di Aljiria beribu kota di Aljazair. Pada saat itu Yerusalem di tetapkan sebagai ibu kota dengan Presiden Yaser Arafah. (online media.neliti.com). 

Tahun 1973-1975 diplomasi dimediatori Henry Kissinger antara Mesir dengan Israel yang terlibat Perang Arab-Israel. Kedua negara menandatangani kesepakatan intern. Israel yang menyetujui penyelesaian konflik wilayah melalui jalur damai. Tahun 1978 kesepakatan Camp David dimediatori Presiden AS, Jimmy Carter, antara Presiden Mesir, Anwar Sadat dengan PM Israel Menachem Begin selama 12 hari di Camp David, Maryland. Israel sepakat mengembalikan Semenanjung Sinal kepada Mesir. Mesir sebagai negara Arab pertama yang mengakui kedaulatan Israel, namun perundingan gagal mencapai kesepakatan soal nasib warga Palestina. (online media.neliti.com). 

Pada tahun 1982 Presiden AS, Ronald Reagen, mengusulkan agar Israel menarik diri dari Palestina dan menghentikan serangan. Palestina tak diperkenankan membentuk negara, namun diperbolehkan membentuk pemerintahan sendiri di Gaza dan Tepi Barat. Rencana tersebut ditentang negara Arab, Israel, dan PLO.

Pada 1991 menyusul perang Teluk, Spanyol menjadi tuan rumah konferensi damai yang melibatkan Israel dan negara Arab yang menyepakati damai antara Israel dan Yordania, tapi belum menyentuh Palestina (online media.neliti.com). Pada saat itu juga negara Inggris mengeluarkan perjanjian yakni perjanjian atau deklarasi Balfour, yang dimana dikeluarkan oleh menlu Arthur J. Balfour pada tahun 1917 yang sangat memberikan imbas negatif terhadap negara Arab.

Setelah dikeularkanya deklarasi tersebut Inggris memberikan isyarat lampu hijau kepada yahudi yang ingin mendirikan negara di Palestina. Deklarasi tersebut bertujuan untuk memberikan jalan keluar bagi masalah pengungsian kaum Yahudi ke wilayah yang mereka anggap sebagai tanah kelahiranya sendiri. Untuk menegakan keadilan dan upaya penyelesaian masalah di Timur Tengah dilakukan melalui berbagai cara; Militer (perang 1948, 1956, 1967 dan 1973) dan upaya diplomasi baik bilateral maupun multilateral.

Diplomasi bilateral antara Mesir – Israel tahun 1977 dalam pengembalian Sinai. Sedangkan upaya diplomasi multilateral dilakukan antara Amerika Serikat, Mesir dan Israel tahun 1978 dalam perjanjian Camp David. Tahun 1993 menghasilkan perundingan Oslo I dan 1994 Oslo II. Kemudian berlanjut tahun 2002 antara Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia dan PBB (the Quartet) menghasilkan Peta Jalan Damai (Road Map) yang intinya mengupayakan negara Palestina yang merdeka pada tahun 2005, penghentian kekerasan dari kedua belah pihak.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak