Terdampak PPKM Berkepanjangan, Pedagang di Umbul Brintik Alih Profesi

Hernawan | Gustya Anindya
Terdampak PPKM Berkepanjangan, Pedagang di Umbul Brintik Alih Profesi
Ilustrasi PPKM level 4 (Kolase foto)

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia menyebabkan perekonomian masyarakat menjadi lesu. Adanya PPKM Darurat yang terus diperpanjang berimbas pada sektor ekonomi masyarakat. Banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaanya karena pandemi.

Klaten memiliki banyak destinasi wisata air yang sering dikunjungi. Salah satunya adalah Umbul Brintik, yang terletak di Desa Malangjiwan, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Umbul Brintik merupakan salah satu sumber mata pencaharian warga Desa Malangjiwan. Imbas dari diperpanjangnya PPKM Darurat, membuat objek wisata Umbul Brintik ditutup sampai waktu yang masih belum dapat dipastikan.

Penutupan tersebut menyebabkan karyawan dan pedagang yang berjualan di Umbul Brintik, untuk sementara tidak bekerja atau tak memiliki pemasukan.

Selama kurang lebih satu bulan, mereka vacum dari pekerjaan mereka di Umbul Brintik. Hal tersebut membuat mereka harus memutar otak, bagaimana cara mendapatkan uang agar dapat menyambung hidup.

Salah satunya adalah Rahma. Ia merupakan salah satu pedagang yang berjualan di Umbul Brintik. Sebelum PPKM dan warungnya ditutup, Rahma memiliki pemasukan tetap, hasil dari berdagang di Umbul Brintik.

“Biasanya perhari bisa mendapatkan uang Rp 100 ribu kalau tidak sepi, di hari Minggu bisa lebih," ujar Rahma

Selama satu bulan terakhir, Rahma tidak mendapatkan pemasukan sama sekali. Namun, hal ini tidak lantas membuat Ibu Rahma berhenti berusaha. Rahma mulai melakukan beberapa usaha seperti ternak lele, bersama suami yang juga terdampak PPKM.

“Kalau lele tidak sering kami uangkan. Jika tidak banyak, hanya kami bagikan ke tetangga sekitar saja. Meskipun situasi sedang susah begini tetap harus berbagi juga, toh yang sedang susah gak hanya saya," ungkapnya.

Selain itu, Rahma juga membantu usaha putih telur rebus di rumah tetangga. Bersama 2 ibu-ibu lainnya yang terdampak PPKM, Rahma membungkus putih telur setiap hari. Jasanya hanya dihargai tiga ribu rupiah saja per-kilo. Rahma tetap menjalaninya dengan senang hati. Ibu- ibu ini mampu membungkus dengan total 30 kg hingga 100 kg per-hari. 

“Ya daripada di rumah cuman nganggur dan tidak ada pekerjaan, mending bungkusin putih telur ini. Meskipun tidak banyak, tapi lumayan untuk jajan anak-anak, terus juga bisa sambil ngobrol dengan ibu- ibu lain, agar tidak stres karena PPKM. Tapi meskipun hanya dengan tetangga dekat, kami tetap pakai masker kok," kata Rahma.

Melihat kondisi ekonomi masyarakat Desa Malangjiwan dan dirinya saat ini, Rahma berharap agar pandemi Covid-19 dapat segera berakhir, dan kehidupan dapat segera normal kembali.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak