Seorang Gadis Ditampar Oleh Teman Serumahnya Gegara Masak Pukul 5 Pagi Hari

Candra Kartiko | Haqia Ramadhani
Seorang Gadis Ditampar Oleh Teman Serumahnya Gegara Masak Pukul 5 Pagi Hari
Ilustrasi marah (pexels)

Tinggal bersama di rumah sewaan dengan orang lain bukanlah hal yang mudah. Kadang kala pasti pernah timbul perselisihan antar penghuni satu dan lainnya. 

Seorang gadis asal Malaysia mengalami hal tidak menyenangkan dari teman satu rumah sewaan yang berujung urusan dengan kepolisian. 

Melansir dari World Of Buzz, Vestene Wong memceritakan di media sosial Facebook-nya tentang kronologi dirinya ditampar teman serumah. 

Tamparan dan perkataan kasar diberikan teman serumahnya karena membuat makanan pada pukul 5 pagi hari. 

Semua bermula dari rencana untuk pergi mendaki bersama teman-temannya. 

"Awalnya saya saat ini tinggal di kamar sewaan dengan 3 teman serumah (teman satu rumah perempuan di lantai dasar, di luar dapur dan 2 teman laki-laki di lantai atas). Pada tanggal 6 Maret, saya berencana pergi mendaki bersama teman-teman. Saya pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan pada pukul 5 pagi," tulis Vestene.

Sekitar kurang dari 10 menit, Vestene berada di dapur tiba-tiba teman perempuannya itu menampar wajahnya. 

"Teman serumah saya yang tinggal di lantai dasar keluar dari kamarnya dan menampar wajah saya," imbuhnya. 

Alasan teman itu menamparnya sebab dia terbangun saat Vestene memasak. Selain menampar, temannya ini juga meneriakinya dengan kata-kata kotor. 

Ia pun mempertanyakan alasan Vestene membawa kompor ke ruang tamu untuk memasak. Dia kaget mendengar pertanyaan temannya karena dia pikir itu adalah area umum. 

Jadi siapa saja dan kapan saja bisa menggunakan area umum ini.

Vestene telah mengkonfirmasi dua kali kepada pemilik rumah bahwa memang penghuni dipersilakan menggunakan fasilitas rumah sepanjang hari.

Vestene lalu mengancam temannya tersebut akan melaporkan ia ke polisi. Namun temannya ini tidak takut malah akan menuntut balik dirinya karena mempunyai kecemasan. 

Vestene selanjutnya membuat laporan atas tindakan kasar yang dilakukan teman serumahnya kepada pihak kepolisian. 

Teman serumahnya itu muncul di kantor polisi dengan membawa obat tanpa label yang menyatakan bahwa ia mengalami kegelisahan. 

Polisi lalu menanyakan kepada si teman ini tentang kartu yang memverifikasi penyakit mentalnya.

Si teman hanya menjawab bahwa itu adalah kecemasan ringan yang tidak perlu kartu untuk memverifikasi penyakit mentalnya.

Pihak kepolisian meminta agar teman Vestene mengucapkan maaf kepada dirinya. 

"Saya bersedia meminta maaf tetapi bagi Anda untuk mengakui permintaan maaf adalah cerita lain. Ya, aku salah tapi dia juga tidak perhatian sama sekali," kata si teman.

"Sejujurnya saya tidak mengakuinya sama sekali dan itu masih salah satu permintaan maaf paling tulus yang pernah saya lakukan," imbuh si teman yang meminta maaf. 

Pada akhirnya, Vestene meninggalkan mediasi sebab teman serumahnya menolak untuk mengakui perbuatannya dengan tulus. 

Kontributor : Haqia Alfariz Ramadhani

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak