Kampung Berseri Astra Sukses Angkat Potensi Sendang Tirto Wiguno Sukoharjo, Siap Menyegarkan Warga Sekitar

Hikmawan Firdaus
Kampung Berseri Astra Sukses Angkat Potensi Sendang Tirto Wiguno Sukoharjo, Siap Menyegarkan Warga Sekitar
Kondisi dan suasana KBA Wironanggan Sendang Tirto Wiguno. (Suara.com/Ari Welianto)

Sumber mata air menjadi sangat krusial untuk kehidupan manusai dari zaman dahulu hingga sekarang. Krisis air bersis sudah mulai terjadi di sejumlah wilayah, hal itu bisa dicegah dengan melestarikan alam dan sumber mata air peninggalan dari zaman dahulu.

Melihat ancaman tersebut, PT Astra Internasional Tbk, melalui program pengembangan Kampung Berseri Astra (KBA), sukses mengangkat salah satu potensi mata air sekaligus wisata di Desa Wironanggan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Tepatnya di Sendang Tirto Wiguno, yang menjadi andalan dari Kampung Karanglo RT 03 RW 02, Desa Wironanggan. Sendang ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Pajang yang masih terjaga hingga sekarang.

Melalui program KBA, Sendang Tirto Wiguno ini rencana akan disulap tidak hanya untuk objek wisata, tapi juga airnya akan diolah dan diproduksi untuk air minum yang berguna bagi warga.

KBA merupakan program dari PT Astra Internasional Tbk merupakan program yang diikuti oleh desa-desa berpotensi bukan desa yang sudah jadi, salah satunya adalah Desa Wironanggan. Desa ini masuk sebagai Kampung Berseri Astra berawal setelah juara 3 Program Kampung Iklim (Pro Klim) tingkat Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya masuk seleksi Gen KBA, dengan peserta delapan desa se-Kabupaten Sukoharjo.

Setelah melalui serangkaian seleksi, dari delapan desa yang masuk KBA itu, hanya dua desa yang lolos KBA, yakni Desa Wironanggan Kecamatan Gatak dan Desa Pondok, Kecamatan Nguter.

Kondisi dan suasana KBA Wironanggan Sendang Tirto Wiguno. (Suara.com/Ari Welianto)
Kondisi dan suasana KBA Wironanggan Sendang Tirto Wiguno. (Suara.com/Ari Welianto)

Potensi Produksi Air Minum

Sendang Tirto Wiguno ini akan dijadikan sebagai wisata edukasi sekaligus berencana akan diolah untuk produksi air minum buat kebutuhan warga sekitar.

"Salah satu yang menjadi unggulan adalah program lingkungan. Oleh karena kita mendorong Sendang Tirto Wiguno ini untuk pelestarian mata air, apalagi tidak semua desa punya," terang Lokal Champion KBA Wironanggan, Siti Munawaroh saat ditemui belum lama ini.

Menurut penutusan Siti Munawaroh, pihak PDAM dan bupati sudah meninjau langsung kondisi sendang. "Bahkan sampel airnya sudah dicek laboratorium di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, kondisi airnya itu lebih bagus dari air mineral yang ada di masyarakat. Bupati sudah memberikan lampu hijau, nanti CSR dari PDAM untuk mengolah air," katanya.

Sendang Tirto Wiguno hingga saat ini masih mengeluarkan sumber mata air. Padahal menurut beberapa sumber, usianya itu sudah ratusan tahun, mengingat merupakan peninggalan masa Kerajaan Pajang.

"Airnya masih alami dan terus mengalir tidak pernah habis. Cukup jernih dan sering dimanfaatkan warga," ungkap Siti.

Sebelum masuk program KBA, kondisi sendang tidak terawat, kusam dan di sekitarnya banyak tumbuh ilalang. Bahkan kurang mendapat perhatian, baik dari pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten. Lalu setelah masuk Pro Klim ada relawan yang membersihkan dan menata sendang serta kawasannya.

"Awalnya itu kurang terawat, yang tahu hanya orang-orang sini serta pemanfaatannya masih kurang. Memang ada yang merawat tapi belum maksimal, terus ada swadaya dari warga dan relawan untuk mempercantik sendang ini terutama saat masuk Pro Klim," sambungnya.

Kondisi dan suasana KBA Wironanggan Sendang Tirto Wiguno. (Suara.com/Ari Welianto)
Kondisi dan suasana KBA Wironanggan Sendang Tirto Wiguno. (Suara.com/Ari Welianto)

Sekilas tentang Sendang Tirto Wiguno

Sendang Tirto Wiguno merupakan peninggalan masa Kerajaan Pajang dengan Raja Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir.

Sesepuh Dukuh Karanglo, Desa Wironanggan, Mbah Saji (74) mengatakan bahwa keberadaan sendang ini sudah ada cukup lama. Menurut penuturannya, sendang ini peninggalan Sultan Hadiwijaya yang merupakan Raja Kerajaan Pajang waktu itu.

"Ditemukan kapan, saya kurang tahu. Saat saya masih kecil, sendang ini sudah ada. Zaman simbah saya sudah ada," ujarnya.

Mbah Saji menceritakan jika kondisinya dahulu tidak seperti ini, masih dikeliling rumput dan ilalang yang tinggi, dan Belum ada rumah di sekitar sendang seperti saat ini. "Dulu hanya sumber mata air belum ada bentuknya. Baru dibangun sekitar tahun 1980-an," ungkapnya.

Mbah Saji mengungkapkan jika dulu sendang ini banyak digunakan warga untuk berendam pada malam hari. Karena dari cerita yang beredar airnya itu bisa untuk pengobatan.

"Dulu kalau malam jam 12 itu pasti ramai, banyak yang datang dan berendam serta bawa sajen. Konon, airnya bisa buat buat pengobatan," katanya.

Diceritakan, sendang ini ditemukan oleh anak buah Sultan Hadiwijaya bernama Mbah Suro. Saat berjalan dengan empat temannya melihat ada sumber mata air lalu beristirahat.

Saat Sultan Hadiwijaya mengajak temannya ke Yogyakarta tapi di daerah Prambanan dicegat. Lalu terjadilah perang, kemudian ada prajurit yang perutnya sakit, kemudian diambilkan air di sendang ini kemudian sembuh.

"Airnya itu bening banget dan terus mengalir. Saya dapat cerita itu juga dari turun temurun," tandas dia.

Mbah Saji menambahkan dulu sendang ini sempat dibangun dengan ditata, namun setelahnya tidak dirawat sehingga mangkrak cuma lama. "Lalu ada warga yang datang untuk merawat, itu dituntut oleh Mbah Suro untuk merawat. Sekarang tambah bagus dan mau akan dijadikan sebagai wisata," tuturnya.

"Aliran air sendang ini mengalirnya ke arah barat dan timur. Di timur itu ke daerah Mayang dan lahan pertanian di sana itu kalau hasilnya bagus pasti ada petani yang ke sini. Jadi dulu itu mengalirnya ke mana-mana," pungkas dia.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak