Al-Qur'an karakter Braille yang diterbitkan di Yordania dan disahkan oleh UNESCO pada tahun 1952 dikenalkan pertama kali oleh Prof. Dr. Mahmud Syaltut ketika beliau berkunjung ke Indonesia beberapa tahun kemudian. Selanjutnya Al-Qur'an Braille tersebut disumbangkan dan disimpan di Perpustakaan Wyata Guna Bandung sebagai inventaris milik Direktorat Jenderal Rehabilitasi Penyandang Cacat, Departemen Sosial Republik Indonesia.
Setelah dipelajari secara cermat di Perpustakaan Islam Yogyakarta dan disalin secara manual oleh Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam atau Yaketunis Yogyakarta kemudian diproduksi dalam jumlah besar menggunakan mesin tulis khusus pencetak karakter Braille untuk memenuhi pesanan Departemen Agama RepubIik Indonesia kala itu. Selanjutnya produk cetak berupa Al-Qur'an Braille tersebut didistribusikan secara massal ke berbagai daerah di Indonesia.
Sampai sekarang Al-Qur'an Braille masih menjadi salah satu alternatif andalan bagi penyandang disabilitas sensorik netra untuk mengaji isi kandungan ayat-ayatnya. Seperti yang dilakukan secara rutin oleh sejumlah penerima manfaat di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra Malang melalui program bimbingan mental spiritual yang terstruktur dan sistematik mereka memiliki kesempatan untuk mempelajari Al-Qur'an Braille tersebut bersama para pembimbing keagamaan di sana.
Di bulan suci Ramadhan tahun 1446 Hijriyah kali ini UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra Malang bekerjasama dengan pengurus dan takmir masjid An-Nur di lokasi yang sama mengadakan lomba murotal hafalan, mensitir hadits, dan tartil sensorik dalam acara bertajuk 'Syiar Ramadhan Distra' yang diselenggarakan secara marathon selama 14 hari. Penyandang disabilitas sensorik netra yang belajar di tempat ini diajak untuk memahami beberapa ayat Al-Qur'an Braille dengan melantunkan huruf demi huruf Hijaiyah di depan para juri, pengurus, dan jamaah masjid.
Dengan antusias tinggi seluruh peserta yang berasal dari berbagai penjuru daerah di Jawa Timur tersebut berusaha untuk menampilkan performa terbaiknya. Konsentrasi mereka tertuju kepada rangkaian konfigurasi enam titik timbul yang membentuk susunan huruf-huruf Hijaiyah yang tertulis di dalam Al-Qur'an Braille dan harus dibaca/diraba menggunakan jari secara berurutan dari arah kiri bergeser ke arah kanan hingga berhenti di akhir ayat yang bertuliskan tanda waqaf.
Menurut pembimbing, pengurus, dan takmir masjid An-Nur event ini merupakan uji kompetensi untuk mengukur seberapa tinggi kemampuan taktual mereka dapat mengenali huruf-huruf Hijaiyah berkarakter Braille yang dipelajari sejak beberapa bulan sebelumnya, ajang seleksi menuju kompetisi Pekan Tilawatil Qur'an kategori tartil sensorik netra pada tingkat regional dan nasional, serta upaya meningkatkan derajat keimanan mereka. Selamat berpuasa, semoga bermanfaat.