Tak Saling Sapa di Sidang Paripurna, Isu Keretakan Purbaya dan Luhut Kian Mencuat

Sekar Anindyah Lamase | Rahmah Nabilah Susilo
Tak Saling Sapa di Sidang Paripurna, Isu Keretakan Purbaya dan Luhut Kian Mencuat
Kolase Foto Purbaya Yudhi Sadewa dan Luhut Pandjaitan (Instagram/purbayayudhi_official, luhut.pandjaitan)

Publik dihebohkan oleh kabar adanya kerenggangan hubungan antara Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. 

Isu ini mencuat setelah keduanya terlihat tidak saling bertegur sapa saat jeda sebuah rapat di Kompleks Istana Kepresidenan. 

Momen itu sontak menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial. Banyak yang menilai sikap dingin antara dua tokoh penting di bidang ekonomi tersebut sebagai tanda adanya ketegangan di internal pemerintahan. 

Namun, Purbaya dengan tenang menepis seluruh spekulasi tersebut. Ia menegaskan bahwa hubungannya dengan Luhut baik-baik saja, tidak ada masalah pribadi maupun profesional.

“Baik hubungan saya sama dia, nggak ada masalah,” ujar Purbaya di Kompleks Istana Negara pada Senin (20/10/2025), dikutip dari Suara.com. 

Ia menjelaskan bahwa alasan tidak adanya interaksi di ruang sidang murni karena faktor teknis. Menurutnya, posisi tempat duduknya dengan Luhut cukup berjauhan sehingga tidak memungkinkan untuk menyapa tanpa menimbulkan kesan tidak sopan.

“Kan jauh, beda berapa kursi. Masa saya ‘Pak Luhut, Pak Luhut!’ gitu,” ujarnya sambil tersenyum dan memperagakan gestur orang yang hendak berteriak di ruang rapat resmi.

Meski Purbaya sudah menegaskan tidak ada masalah pribadi, publik terlanjur mengaitkan momen tersebut dengan perbedaan sikap keduanya dalam beberapa isu kebijakan ekonomi. 

Salah satunya terkait proyek ambisius Family Office atau Wealth Management Consulting (WMC) yang diusulkan Luhut. Proyek ini dirancang untuk menarik minat investor kakap global atau Ultra High-Net-Worth Individuals (UHNWI) agar menempatkan dananya di Indonesia.

Luhut optimistis proyek Family Office akan menjadi magnet baru bagi modal asing dan menjadikan Indonesia sebagai pusat keuangan regional. 

Ia bahkan menyebut beberapa investor besar dunia, termasuk Ray Dalio, telah memberikan masukan dan menunjukkan ketertarikan untuk terlibat dalam proyek tersebut yang ditargetkan beroperasi pada 2025, seiring dengan pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto.

Namun, Purbaya menunjukkan sikap berbeda. Ia dengan tegas menyatakan bahwa proyek Family Office sebaiknya tidak melibatkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

Menurutnya, jika proyek itu merupakan inisiatif pihak tertentu, maka pendanaannya pun seharusnya tidak menggunakan uang negara.

“Saya sudah dengar lama isu itu, tapi biar saja. Kalau DEN bisa bangun sendiri, ya bangun saja sendiri. Saya anggarannya nggak akan alihkan ke sana,” kata Purbaya kala itu, menegaskan prioritasnya adalah memastikan APBN hanya disalurkan untuk program yang jelas dan tepat sasaran, dilansir dari Suara.com.

Meski pandangan keduanya tampak bertolak belakang, baik Purbaya maupun Luhut dikenal sebagai figur kuat dalam bidang ekonomi dengan gaya kepemimpinan yang berbeda. 

Luhut dikenal pragmatis dan cepat dalam mengambil keputusan, sementara Purbaya lebih berhati-hati dan fokus pada disiplin serta transparansi fiskal.

Meski klarifikasi itu sudah disampaikan, publik tampaknya masih penasaran. Di tengah transisi pemerintahan dan penataan ulang kebijakan ekonomi nasional, setiap gestur kecil dua tokoh ini tetap menjadi sorotan. 

Hubungan mereka mungkin baik-baik saja, tapi dinamika dan perbedaan pandangan di balik layar seolah menjadi warna tersendiri dalam babak baru politik ekonomi Indonesia.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak