3 Bukti Keberagaman dan Toleransi yang Tertera dalam Lembaran Kalender

Hayuning Ratri Hapsari | .Totok Suryanto.
3 Bukti Keberagaman dan Toleransi yang Tertera dalam Lembaran Kalender
Ilustrasi kalender (Pexels/leeloo-thefirst)

Setiap membuka lembaran kalender, mata kita akan tertuju kepada angka-angka yang menunjukkan tanggal dan tahun, huruf-huruf yang menunjukkan hari dan bulan. Jika kita melihat secara jeli, angka dan huruf dicetak dengan ukuran yang berbeda, ada yang berukuran besar dan berukuran kecil.

Kalender memberikan informasi tentang siklus harian, ukuran huruf dan angka yang berbeda bukan untuk menunjukkan diskriminasi melainkan sebuah bukti keberagaman dan toleransi yang terdapat di Indonesia.

Berikut 3 informasi yang bisa diperoleh dari kalender Indonesia:

1. Kalender Masehi

Mengutip dari Wikipedia, kalender Masehi atau Anno Domino (AD) dalam bahasa Inggris adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun yang digunakan pada kalender Julian dan Gregorian dihitung sejak kelahiran Yesus dari Nazareth.

Perhitungan tanggal dan bulan pada kalender Julian disempurnakan menjadi kalender Gregorian yang kemudian digunakan di seluruh dunia untuk mempermudah komunikasi. 

Kalender Masehi terhitung sejumlah 365 - 366 hari dalam setahun dengan perincian 30 - 31 hari pada setiap bulan kecuali bulan Februari dengan nama-nama hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu.

Nama-nama bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember. 

BACA JUGA: Kalender MotoGP 2023 Telah Resmi Dirilis, Simak 4 Fakta Menariknya!

2. Kalender Hijriyah

Mengutip dari umsb.ac.id, kalender Hijriyah atau kalender Qomariyah adalah penanggalan Islam yang dibuat pertama kali oleh khalifah Umar bin Khattab.

Atas usulan dan rekomendasi dari Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khalifah Umar bin Khattab menetapkan hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah digunakan sebagai hitungan pertama tahun Hijriyah.

Kalender Hijriyah terhitung sejumlah 354 - 355 hari dalam setahun dengan perincian 28 - 30 hari pada setiap bulan dengan nama-nama Muharram, Shafar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Tsaniyah, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah. 

BACA JUGA: 4 Benda yang Wajib Ada di Meja Kerja, Bikin Semangat Kerja!

3. Kalender Jawa

Mengutip dari gramedia.com, kalender Jawa atau kalender Sultan Agungan digunakan pertama kali secara resmi oleh kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung.

Saat itu kalender Masehi digunakan untuk urusan administrasi, penanggalan Jawa digunakan sebagai patokan penyelenggaraan upacara adat kerajaan dan terdapat juga kalender Saka dari India. Penanggalan Jawa merupakan perpaduan antara sistem Julian, Islam dan Hindu. 

Kalender Jawa terhitung sejumlah 234 hari dalam setahun dengan perincian 29 - 30 hari pada setiap bulan secara bergantian dengan nama-nama Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Dulkangidah, Besar.

Nama-nama hari Ngahad, Senen, Selasa, Rebo, Kemis, Jemuwah, Setu dilengkapi dengan nama-nama pasaran Kliwon, Legi, Pahing, Pon, Wage. 

Perbedaan antara 3 sistem kalender Masehi, Hijriyah dan Jawa menunjukkan bentuk keberagaman dan toleransi di Indonesia. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak