Tumpukan limbah makanan yang terbuang di Indonesia sangat menyedihkan dan dapat menjadi ancaman besar bagi bumi kita. Menurut data yang dikutip dari United Nation Environment Programme (UNEP) menyebutkan 20,9 juta ton limbah makanan dihasilkan setiap tahunnya.
Mirisnya, Indonesia menjadi “juara” dalam menghasilkan sisa-sisa makanan di Asia Tenggara. Angka ini bukan hanya statistik belaka, akan tetapi dapat menjadi bom waktu yang akan mengancam kehidupan di bumi kita!
Coba bayangkan, ketika sisa makanan yang menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bukan hanya aroma busuk yang terasa, tetapi juga pemanasan global yang semakin parah. Hal ini terjadi karena proses dekomposisi pada tumpukan limbah menghasilkan gas metana.
Gas metana ini bagaikan monster tak kasat mata paling berbahaya di atmosfer. Lalu, apa yang terjadi ketika atmosfer kita dipenuhi dengan gas metana? Perubahan iklim, penipisan lapisan ozon di bumi kita dapat terjadi, bahkan ledakan di TPA!
Akan tetapi kita tak perlu khawatir, masih ada peluang untuk meminimalisir timbunan limbah makanan dan menjalani gaya hidup less waste.
Pengertian Gaya Hidup Less Waste
Pernahkah kamu mendengar istilah “less waste lifestyle” atau gaya hidup minim sampah? Bagi sebagian orang istilah ini mungkin terdengar asing dan dianggap sebagai tren di negara-negara eropa yang sulit diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Tapi, tahukah kamu jika less waste bukan hanya sekedar tren?
Gaya hidup less waste menjadi salah satu solusi nyata untuk mengatasi permasalahan limbah sisa makanan yang kian mengkhawatirkan.
Salah satu cara yang bisa kamu terapkan untuk mengurangi limbah sisa makanan yaitu dengan menggunakan maggot, larva dari lalat black soldier fly (BSF) ini gemar memakan limbah organik, maggot bagaikan pahlawan kecil bagi lingkungan kita.
Pahlawan Kecil Pemakan Sampah Organik
Maggot lalat Black Soldier Fly (BSF) bagaikan pahlawan pengurai sampah organik. Menurut Oktavia (2020) maggot dapat melakukan proses pengomposan selama hidupnya dengan jangka waktu 14 - 27 hari dari larva mencapai fase pre-pupa. Selama 24 jam, maggot dapat menguraikan 2 hingga 5 kg sampah organik per hari.
Kita dapat memanfaatkan bangkai lalat BSF maupun magot yang sudah menjadi prepupa sebagai pakan ternak karena mengandung tinggi protein. Jadi, tidak heran jika maggot ini dijuluki dengan “si dekomposer yang rakus”.
Banyak sekali keuntungan yang dapat diambil dalam penggunaan larva maggot dalam pengolahan limbah organik dan menjadi solusi yang efektif dalam pengelolaan limbah organik karena maggot mampu bertahan di cuaca ekstrem, serta mampu bekerja sama dengan mikroorganisme lainnya untuk menguraikan sampah.
Selain itu, maggot juga mudah didapatkan di pasaran dengan harga yang relatif murah dan budidayanya pun cukup mudah. Berikut ini merupakan beberapa pemanfaatan yang telah dilakukan terhadap maggot BSF sebagai berikut:
- Pengelolaan kotoran hewan: Pahlawan pemakan sampah ini akan melahap sisa pakan dan kotoran ternak kemudian mengubahnya menjadi bekas kotoran maggot (kasgot) yang dapat diubah menjadi pupuk organik.
- Daur ulang sisa makanan: Kita dapat mengurangi sisa makanan dari dapur dengan bantuan maggot, karena sisa makanan menjadi santapan lezat bagi maggot BSF.
- Daur ulang limbah cair domestik dan tinja: Selain limbah organik padat, maggot BSF juga dapat mengurai limbah domestik cair dan tinja. Kemampuan ini dapat mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh limbah domestik cair.
- Composting: Maggot dapat mengurai sampah organik dengan cepat sehingga dapat menghasilkan kompos kaya nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman.
- Alternatif bahan pakan ternak: Maggot kaya akan nutrisi seperti protein dan lemak yang cocok untuk digunakan sebagai pakan alternatif bagi hewan ternak seperti ikan, bebek, dan ayam. Selain itu maggot juga memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan pakan konvensional.
- Bahan pembuatan biodiesel: Pengolahan maggot menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan berupa biodiesel. Dengan proses ini kita dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan dapat menghasilkan energi yang lebih bersih.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan larva maggot tidak menghasilkan limbah kembali dan sangat berpotensi menguntungkan bagi segala pihak.
Mengingat hampir semua aktivitas keseharian yang menghasilkan limbah, adanya larva maggot yang dapat diproduksi secara massal menjadi salah satu potensi pengolahan limbah organik yang efektif dalam upaya less waste.
Dalam rangka memperingati Hari Bumi tahun 2024. Mari kita merenungkan tanggung jawab kita dalam menjaga bumi yang menjadi tempat kita berpijak ini.
Langkah kecil yang dapat kita lakukan bersama adalah mempopulerkan gaya hidup less waste, salah satunya adalah dengan mengurangi limbah makanan dan berkontribusi pada bumi yang lebih lestari dan sehat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS