Merangkul Oase Pelipur Dahaga

Tri Apriyani | Rico Andreano
Merangkul Oase Pelipur Dahaga
ilustrasi oase (pixabay.com)

Kering kerontang padang pasir pasir dalam antupan terik matahari begitu merajam segenap badan. Bentangan padang pasir berwarna coklat kekuningan dalam gempuran badai pasir yang takkan berhenti menyergap siapapun yang dihadapinya.

Yang terpahat begitu gersang suasana padang pasir. Terpaku pada jalanan berpasir tebal. Terlihat berjalan para rombongan penjelajah nomaden yang melintasi padang pasir dengan menunggangi unta. Unta berjalan dengan lambatnya melintasi padang pasir.

Dengan berselimutkan sorban yang membalut seluruh muka dari pukulan antupan panasnya terik matahari. Mengarungi seluruh hamparan padang pasir dalam ekspedisi padang pasir. Ekspedisi padang pasir yang sangat menghajatkan waktu begitu lama. Aku pun tak tahu berapa lamanya.

Selama penjelajahan menatap bentangan pohon kurma sepanjang jalan. Terasa sangat menggoda lidah dengan buah kurma yang nampak segar. Sesekali meneguk air mineral demi melenyapkan dahaga yang sangat mencekik kerongkongan.

Lega rasanya kerongkongan dibasuh dengan air mineral hingga menembus lambung. Kesegaran luar biasa penuh kenikmatan yang diberikan oleh air mineral. Berjuta kebaikan manfaat yang terkandung air mineral.

Tak terasa di kejauhan nampak sebuah oase. Oase berkandung limpahan air di padang pasir. Sebuah pemandangan yang sangat langka kusaksikan sendiri dengan tatapan mataku. Kupacu perjalanan demi menggapai oase.

Akhirnya aku bisa menggapai oase yang sangat melimpah airnya. Bagai pelipur rasa dahaga yang kian mencengkeram seluruh raga dalam siksaan panas matahari. Kesegaran air penuh girang hati yang terpancar dari ungkapan raut wajah. Melantunkan sejuta kata syukur pada-Nya dengan segala limpahan air yang terkandung pada oase.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak