Denting Waktu

Munirah | Ina Barina
Denting Waktu
Ilustrasi Piano. (Freepik.com)

Hidup adalah tentang menjadi sebuah piano,

Diantara hitam dan putih,

Di antara alunan yang tak menentu,

Dan lahir sebagai sang pemilik denting

Siapa yang akan meragukan,

Bagaimana denting piano merupakan suara terindah yang pernah terdengar di telinga,

Bagaimana sebuah alunan dari langkah sang hitam dan sang putih mampu merangkai keharmonisan yang luar biasa,

Dan, disinilah aku

Bersama dengan denting yang telah lama yang tak terdengar

Kukira hidup itu mudah,

Berjalan menyusuri rentang waktu dan mengalir bersama alunan,

Tetapi, terkadang Tuhan menghadirkan warna dalam perwujudan yang lain

Sebuah sekat yang harus dilompati oleh aku yang mendominasi hitam, terhadap alunan yang mengalir putih

Semua terasa semu, semua terasa fana

Haruskah aku melompat kesana?

Menerjurkan segala pengharapanku kepada tempat yang asing namun terang

Haruskah aku meyakinkan langkah pemainku pada tuts itu?

Tuts yang mungkin saja akan menjeratku pada denting yang penuh luka

Aku terus bergeming,

Enggan untuk segera merangkai harmoni, sekaligus takut pada harmoni yang akan kuciptakan

Ini begitu menyiksaku, begitu membuatku berada dalam ruang dilema terbesar

Rasanya aku ingin marah, rasanya aku ingin menyesali setiap alunan yang terus memaksaku berpindah warna dan terus menyusun harmoni tanpa menikmatinya

Tetapi, terang tuts itu memang selalu membutakanku

Ia akan selalu menjadi magnet dan membawaku terjun padanya

Hingga disinilah aku ditempatkan,

Pada denting waktu yang hanya bisa kuikuti dengan penuh keraguan, kemarahan, penyesalan

Tetapi didalam denting waktu ini,

Aku akan berdiri.

Tegak.

Sebagai sebuah kehidupan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak