Hidup adalah tentang menjadi sebuah piano,
Diantara hitam dan putih,
Di antara alunan yang tak menentu,
Dan lahir sebagai sang pemilik denting
Siapa yang akan meragukan,
Bagaimana denting piano merupakan suara terindah yang pernah terdengar di telinga,
Bagaimana sebuah alunan dari langkah sang hitam dan sang putih mampu merangkai keharmonisan yang luar biasa,
Dan, disinilah aku
Bersama dengan denting yang telah lama yang tak terdengar
Kukira hidup itu mudah,
Berjalan menyusuri rentang waktu dan mengalir bersama alunan,
Tetapi, terkadang Tuhan menghadirkan warna dalam perwujudan yang lain
Sebuah sekat yang harus dilompati oleh aku yang mendominasi hitam, terhadap alunan yang mengalir putih
Semua terasa semu, semua terasa fana
Haruskah aku melompat kesana?
Menerjurkan segala pengharapanku kepada tempat yang asing namun terang
Haruskah aku meyakinkan langkah pemainku pada tuts itu?
Tuts yang mungkin saja akan menjeratku pada denting yang penuh luka
Aku terus bergeming,
Enggan untuk segera merangkai harmoni, sekaligus takut pada harmoni yang akan kuciptakan
Ini begitu menyiksaku, begitu membuatku berada dalam ruang dilema terbesar
Rasanya aku ingin marah, rasanya aku ingin menyesali setiap alunan yang terus memaksaku berpindah warna dan terus menyusun harmoni tanpa menikmatinya
Tetapi, terang tuts itu memang selalu membutakanku
Ia akan selalu menjadi magnet dan membawaku terjun padanya
Hingga disinilah aku ditempatkan,
Pada denting waktu yang hanya bisa kuikuti dengan penuh keraguan, kemarahan, penyesalan
Tetapi didalam denting waktu ini,
Aku akan berdiri.
Tegak.
Sebagai sebuah kehidupan.