Cak Cak Tari Kecak

Munirah | Mauvika
Cak Cak Tari Kecak
Tari Kecak Bali. (Dok: Kemenparekraf)

"Cak, Cak, Cak!"

Siapa yang tidak kenal dengan suara ini ketika berada di Bali? Bali merupakan sebuah pulau di Indonesia yang kaya akan budaya. Bukan hanya pantai maupun sawah yang menawan, Bali juga memiliki kebudayaan yang terkenal seperti tarian, baju adat, maupun ritualnya.

Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan tarian khas Bali yaitu Tari Kecak. Tari Kecak adalah tarian adat Bali yang awalnya dilakukan sebagai ritual Sang Hyang. Kemudian sekarang Tari Kecak dijadikan objek wisata karena memiliki tarian yang unik dan menarik wisatawan.

Tidak ada asal yang tepat yang mengatakan asal Tari Kecak itu dari mana, tetapi tari ini berasal dari Bali. Berawal dari Wayan Limbak asal Bali dan Walter Spies pelukis Jerman yang merupakan sahabat dari Wayan Limbak. Karena Walter Spies senang melihat ritual yang dilakukan Wayan Limbak untuk Sang Hyang, ia ingin membuat tarian ini menjadi sebuah pertunjukan yang bisa dilihat orang umum.

Penari dari Tari Kecak ini sendiri terbentuk sekitar 50 atau lebih laki-laki dewasa atau tua yang memakai seragam hitam putih yang bernama kain poleng dan dengan tidak memakai busana. Namun dengan berkembangnya zaman, Tari Kecak juga bisa ditarikan oleh perempuan dengan tetap memakai baju dan kain poleng di bagian celana.

Tari Kecak adalah ritual Sang Hyang atau tarian menolak wabah penyakit, tetapi di dalamnya diselipkan cerita-cerita pewayangan seperti cerita Ramayana. Sebenarnya Tari Kecak bisa menceritakan cerita apapun bukan hanya kisah Ramayana, hanya yang identik dari Tari Kecak ini adalah lingkaran laki-laki yang berseru "Cak!" tersebut.

Awalnya Tari Kecak hanya dilakukan di Pura Bali, tetapi karena ketertarikannya, sekarang menjadi tarian wisatawan Bali. Tari ini bisa dimainkan mulai dari di hotel, tempat terbuka, maupun mall asal memiliki tempat yang luas untuk membuat lingkaran dari banyaknya penari.

Biasanya ditarikan sebanyak 3 kali dalam seminggu seperti pada hari senin, rabu, dan jumat. Pementasan Tari Kecak yang terkenal adalah di Uluwatu yang terletak di atas tebing Uluwatu, hal ini bisa menambahkan keindahan karena tari ini ditarikan pada saat matahari terbenam sampai malam hari.

Dalam salah satu kisah Ramayana, pertama sekumpulan laki-laki berbaris membentuk lingkaran dan memakai kain penutup bermotif kotak-kotak membentuk papan catur atau kain poleng sambil berteriak Cak Cak.

Kisah ini menceritakan Dewi Shinta yang diculik oleh Rahwana. Cerita ini berjalan dan pada akhirnya Dewi Shinta bisa bebas. Gerakan penari dibagi menjadi 4 bagian adegan. Adegan pertama adalah kisah ketika Dewi Shinta diculik oleh Rahwana saat Rama sedang berburu di hutan.

Kemudian adegan kedua menceritakan tentang burung garuda yang berusaha menolong Shinta tetapi gagal karena sayapnya ditembak oleh Rahwana. Para penari akan membentuk lingkaran dan di tengah lingkaran akan ada banyak tokoh pewayangan Ramayana yang memerankan karakternya masing-masing.

Lalu, di tengah kerumunan para penari, terdapat bara api yang membuat suasana semakin mistis dan sakral sambil didorong dan ditentang kepada para penonton. Ketika cerita Ramayana habis, maka akan ditutup menggunakan kata “cak cak cak” dan diiringi oleh vokal paduan suara.

Dari kisah dan cerita Tari Kecak, kita bisa mengambil pembelajaran bahwa kita harus selalu bersyukur kepada yang maha kuasa atas kehidupan yang diberikan. Selain itu dari tariannya sendiri memberikan pelajaran untuk selalu kompak dan konsentrasi.

Alhasil, Tarian yang dihasilkan juga bagus dan bersama-sama tanpa perbedaan gerakan. Tarian ini juga memiliki fungsi untuk menghibur penonton dari kisah-kisah Hindu juga menceritakan tentang kebudayaan Indonesia. Dengan itu banyak orang belajar dari tarian-tarian Indonesia dan bisa bangga dengan karya tanah air ini.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak