Setiap orang ingin hidup sukses. Tetapi tak semua orang mau berusaha melewati sederet proses menuju tangga kesuksesan. Artinya, banyak orang ingin meraih kesuksesan dalam hidupnya tetapi enggan bekerja keras, mudah menyerah dan putus asa ketika berhadapan dengan sederet kegagalan. Padahal, setiap kesuksesan akan selalu beriringan dengan kegagalan. Dengan kata lain orang yang ingin sukses maka dia harus berani melewati sederet kegagalan. Bukan sekali dua kali. Tetapi berkali-kali kegagalan sebelum akhirnya berhasil meraih sukses.
Orang yang ingin sukses menapaki kariernya, maka mau tak mau dia harus berusaha pantang menyerah meraihnya. Tak perlu merasa malu bila harus memulainya dari nol. Karena setiap segala sesuatu itu pasti dimulai dari bawah. Sebagaimana angka sepuluh, sebelumnya harus melewati angka-angka lain terlebih dahulu; sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, dan seterusnya.
Ada sebuah kisah menarik dan sangat menginspirasi dalam buku "Mukjizat Bermental Sukses" karya Maulana Wahiduddin Khan. Kisah tentang seorang penjahit yang memulai usahanya dari nol. Dia begitu telaten, terampil, bekerja keras dan cerdas, hingga akhirnya berhasil meraih apa yang diimpikannya. Dia mengatakan, "Aku bisa mencapai seperti sekarang ini dengan memanjat tangga, bukan dengan naik lift."
Si penjahit memulai usahanya hanya bermodalkan kedua tangannya dan kemauan untuk bekerja keras hingga akhirnya menjadi pengusaha sukses di bidangnya. Dia berkata, "Mebuat jas yang bagus itu bukan perkara main-main. Seluruh prosesnya sangat rumit. Tanpa pengetahuan yang mendetail tentang prosesnya, pengalaman panjang, dan tingkat keterampilan yang tinggi, jas yang bagus hampir tidak mungkin tercipta. Aku sukses menjalankan sebuah toko yang laris di kota setelah bekerja keras sepanjang hidupku."
Si penjahit lantas menjelaskan bagaimana dia belajar menjahit di bawah bimbingan seorang penjahit ahli. Sekadar belajar seni memotong dan menjahit saja diperlukan waktu lima tahun. Ketika dia membuka toko kecil sendiri, dia mendapati dirinya kesulitan membuat pakaian dengan ukuran yang pas untuk para pelanggan. Ini disebabkan karena selama masa pelatihan dia sama sekali tak pernah menyadari kenyataan bahwa ukuran badan orang bisa demikian berbeda-beda. Karena itulah dia kemudian mewajibkan dirinya sendiri untuk mempelajari anatomi manusia.
Setelah berusaha selama beberapa tahun, barulah bisa membuat jas dengan ukuran yang benar-benar pas. Dia pun akhirnya menjadi sangat ahli dalam hal ini, sehingga dia bahkan dapat memberi ukuran yang pas pada mereka yang tak beruntung (karena postur tubuh yang terkena salah bentuk, seperti bungkuk). Dalam berbagai jenis pekerjaan, ada banyak hal yang harus kita pelajari sendiri. Sering kali kita tidak bisa memprediksi hal ini di awal, sehingga setiap rintangan harus dihadapi dengan kerja keras dan kecerdikan (halaman 115-116).
Gigih dan memiliki tekad kuat merupakan dua hal yang akan menunjang kesuksesan setiap orang. Disadari atau tidak, banyak orang yang mengeluhkan keadaannya bila sedang mengalami kegagalan, sehingga dia akhirnya menyerah dan memutuskan untuk berpindah profesi, berharap dengan profesinya yang baru itu dia akan langsung meraih kesuksesan.
Padahal, ketika beralih profesi, dia harus memulai segalanya dari nol dan itu bukanlah hal yang mudah. Keputusan beralih profesi tentu hak semua orang, akan tetapi yang harus dipikirkan adalah: jangan membuat keputusan yang tidak kita yakini atau sekadar mengikuti tren profesi yang ada. Atau hanya ikut-ikutan apa yang dilakukan orang lain. Karena melihat orang lain berhasil berjualan, kita lantas ikut-ikutan berjualan tanpa mau belajar proses panjang di balik kesuksesan orang lain.
Dalam buku ini, penulis menjelaskan, “Kesuksesan adalah soal membuat keputusan yang tepat, tanpa terus-menerus bimbang dan berubah pikiran; soal pengamatan yang tajam, inisiatif, dan perhatian konstan pada sejumlah detail kecil.” Pernyataan ini akan tampak sebagai resep ampuh untuk meraih kesuksesan materi dalam beragam situasi. Rupanya, itulah formula yang berkembang dari pengalaman Campbell Rogers, seorang pakar pemeliharaan unggas dengan reputasi internasional. Akan tetapi, pengabdian teguhnya pada rincian tak penting yang merepotkan itu bukan satu-satunya yang dia anjurkan.
Dia memulai penulisan bukunya yang sekarang terkenal, "Profitable Poultry Keeping", di India dan Asia (D.B. Taraporevala Sons & Co., Bombay 1959) dengan gagasan bahwa keberhasilan beternak unggas dalam skala besar sangat bergantung pada temperamen sang peternak. Sebagaimana peternak unggas yang berhasil harus memperhatikan kebiasaan dan kebutuhan ternaknya, seorang individu dalam masyarakat pun harus mempertimbangkan berbagai kecenderungan dan kebutuhan orang lain, dan menunjukkan kesediaannya memberi kelonggaran kepada mereka demi menjaga kebahagiaan dan kedamaian masyarakat (halaman 161).
Dalam buku terbitan Zaman (2015) ini, kita akan menemukan banyak kisah inspiratif yang dapat membangkitkan motivasi dan semangat bagi para pembaca agar jangan pernah lelah dan menyerah dalam menggapai setiap apa yang dicita-citakannya.