Pentingnya Mempelajari Pendidikan Hati dari Buku Agar Hati Tidak Keras

Ayu Nabila | Sam Edy Yuswanto
Pentingnya Mempelajari Pendidikan Hati dari Buku Agar Hati Tidak Keras
Buku "Agar Hati Tidak Keras" (DocPribadi/SamEdyYuswanto)

Hati merupakan hal yang urgen dalam diri setiap manusia. Hati manusia diibaratkan seperti seorang raja yang memiliki kuasa terhadap seluruh tubuh manusia. Sebagaimana diungkap Jamal Ma’mur Asmani dalam buku ‘Agar Hati Tidak Keras’ bahwa hati manusia adalah raja yang bisa menentukan merah dan hitam perilaku manusia. Jika hati manusia disinari dengan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang baik, perilaku manusia akan mengarah kepada kebaikan dan kebenaran. Namun, jika hati manusia dikuasai oleh nafsu dan kecintaan yang tinggi kepada dunia, sikap dan perilaku akan menampakkan kebencian kepada orang lain dan ketamakan yang berlebihan kepada harta dan kekuasaan yang tidak ada batasnya sampai ajal menjemput nyawa.

Oleh karenanya, setiap orang harus berusaha mendidik hatinya sendiri-sendiri agar perilakunya semakin baik dari hari ke hari. Pendidikan hati dalam buku ini dimulai dari proses menghilangkan segala penyakit yang membuatnya sempit, berduri, dan menyakitkan orang lain. Setelah hati kosong, barulah menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji sebagai ‘libasut taqwa’ (baju takwa). Barulah setelah itu memulai proses pendakian menuju hadirat Allah Swt. untuk menerima cahaya kebenaran, keilmuan, dan kasih sayang yang membuat hidup ini menjadi damai, bahagia, dan penuh manfaat (hlm. vi-vii).

Dr. Mustofa Al-Bugha dan Muhyidin Al-Mitsu dalam kitab ‘Al-Wafi fi Syarhi al-Arba’in al-Nawawiyyah’ menjelaskan macam-macam hati. Pertama, hati yang sehat (qalbun shahih). Kedua, hati yang kena penyakit (qalbun maridl). Hati yang sehat selalu dihiasi dengan sifat-sifat terpuji, seperti rida, tawakal, dan ‘taqarrub.’ Hati yang kena penyakit umumnya dihuni oleh berbagai macam penyakit kronis, seperti iri hati, sombong, pamer, cinta dunia, jabatan, dan lain-lain (hlm. 23).

Iri hati adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Iri atau hasud adalah perasaan ketika seseorang membenci saudaranya yang mendapat nikmat dan ingin kenikmatan hilang atau kembali kepadanya. Penyakit iri hati sangat berbahaya karena akan merenggangkan persaudaraan dan mendorong orang untuk melakukan langkah-langkah negatif guna menghilangkan kenikmatan yang ada pada orang lain (hlm 37-38).

Buruk sangka juga termasuk ke dalam penyakit hati yang harus selalu kita waspadai. Jamal Ma’mur Asmani menjelaskan, hati akan akan terasa sempit dan selalu dirundung duka ketika ada penyakit buruk sangka (negative thinking). Bagi orang yang punya penyakit ini, kebahagiaan ditentukan oleh orang lain, bukan oleh dirinya sendiri. Ketika orang lain tidak memenuhi obsesi dan ambisinya, amarahnya memuncak dan pikirannya dirasuki aroma dendam. Ia merasa harga dirinya dilecehkan dan direndahkan.

Orang yang sukses adalah orang yang bisa menentukan kebahagiaan hidupnya sendiri dengan cara pandangnya sendiri yang disebut berbaik sangka (positive thinking). Menurutnya, kebahagiaan hidup adalah jika bisa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya meskipun banyak manusia yang membencinya (hlm. 50).

Terbitnya buku ‘Agar Hati Tidak Keras’ layak diapresiasi dan bisa menjadi renungan bagi kita semua agar selalu waspada dengan hati kita. Jangan sampai hati kita dikuasai oleh penyakit-penyakit hati yang cepat atau lambat akan mencelakakan hidup kita.

Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak