Novel berjudul The Dream in Taipei City (Indiva Media Kreasi, 2014) karya Mell Shaliha ini menarik dan layak dibaca oleh kaum muda. Karena di novel tersebut ada sederet pesan-pesan berharga yang bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi dan juga motivasi. Misalnya tentang pentingnya memiliki cita-cita dan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkannya.
Kisah bermula ketika Ella mendapat beasiswa kuliah di salah satu perguruan tinggi di Taiwan, yakni National Taiwan University (NTU). Bagi Ella, kuliah merupakan salah satu upaya mencapai cita-citanya. Bisa mendapatkan beasiswa untuk belajar di luar negeri merupakan suatu anugerah terbesar buatnya. Sebenarnya, ada hal yang menyebabkan Ella harus pergi Taiwan. Jadi ceritanya, ia adalah gadis blasteran Jawa-Taiwan yang selama ini hanya tinggal bersama sang mama di Surabaya.
Kehidupan Ella memang sudah diatur dengan perjanjian yang dibuat orangtuanya sebelum mereka berpisah. Ella lahir di Taipei dan hidup bersama keluarga papanya hingga usia tiga tahun. Perpisahan kedua orangtuanya membawa Ella kecil pulang ke Indonesia bersama mama hingga usia 22 tahun. Mama Ella adalah salah satu tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Taiwan selama delapan tahun dan menikah dengan keturunan dari keluarga Tan. Sayang, kedua orangtuanya tak lagi harmonis lantaran pengaruh kedua orangtua papa. Mereka pun bercerai. Tapi dengan perjanjian bahwa setelah Ella berusia 17 tahun, dia akan diambil kembali oleh papanya. Ketika usia Ella 22 tahun ia baru bisa mewujudkan perjanjian yang dibuat oleh papa-mamanya. Ia terlambat ke Taiwan karena harus menyelesaikan sekolahnya di Indonesia (The Dream in Taipei City, halaman 11).
Ternyata, tinggal bersama papa di Taiwan terasa begitu rumit dan tak membuat Ella merasa betah. Sikap papa yang dingin, ditambah kebencian yang ditampakkan oleh istri papa atau ibu tirinya, membuat Ella merasa tertekan dan sedih. Tak hanya itu, kedua saudara tiri Ella juga tak menyukai kehadiran Ella di rumah mereka. Hal itulah yang menyebabkan Ella ingin segera keluar dari rumah papa dan memilih tinggal di asrama.
Kisah Ella dalam novel The Dream in Taipei City ini masih sangat panjang dan penuh liku. Misalnya saat ia harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru, termasuk berusaha memperbaikai kebiasaannya yang suka ceroboh, pertemuannya dengan Marcell Yo, seorang pria tampan sekaligus dosen muda di kampusnya yang membuatnya terpikat, dan lain sebagainya.
Sebagaimana saya katakan di awal, dalam novel The Dream in Taipei City ini ada sederet pesan-pesan berharga yang bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi dan juga motivasi. Antara lain tentang pentingnya membekali diri dengan sikap disiplin dan kepedulian yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Kepedulian Adrian, mahasiswa dari Jambi, misalnya, layak dijadikan teladan bagi para mahasiswa yang berkuliah di luar negeri. Ia rela dan ikhlas menyisakan sebagian waktunya untuk membantu Ella yang masih belum berpengalaman tinggal di luar negeri. Bagi Adrian, di negara orang, kita semua sudah seperti saudara.