Masjid bewarna krem keemasan di Jalan Gito Gati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ini dikenal sebagai Masjid Suciati Saliman (MSS). Masjid yang memiliki desain unik ini didirikan oleh ibu Suciati Saliman, seorang pedagang ayam di Yogyakarta. Pembangunannya terinspirasi dari desain Masjid Nabawi di Madinah.
“Sejak SMP, Ibu Suciati itu punya cita-cita untuk membangun masjid di sini, sehingga akhirnya beliau sukses sebagai pedagang ayam, cita-cita tersebut perlahan terwujud,” ujar Ibrahim Syauqi Syahid (21), pengurus takmir Masjid Suciati Saliman saat dijumpai pada 20 Januari 2022.
MSS mengadakan kajian keagamaan umum rutin di setiap minggu dan bulannya. Namun, seluruh kegiatan tersebut berhenti total selama pandemi, sehingga takmir masjid kini berupaya mengaktifkan kembali aktivitas-aktivitas masjid yang pada mulanya rutin dilaksanakan.
Pada bidang pendidikan, MSS mengadakan Madrasah Diniyah Takmiliyah (MADINTA) MSS yang ditujukan untuk anak-anak di lingkungan sekitar. Selain itu, ada pula Pondok Pesantren MSS, dikhususkan untuk mahasiswa putri yang berkuliah di Yogyakarta.
Dalam kegiatan sosial, MSS rutin mengadakan pembagian makanan gratis bagi jemaah yang dilaksanakan setiap sehabis salat zuhur, hingga kerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk kegiatan donor darah.
Nabiel (19), seorang warga sekitar, mengungkapkan bahwa MSS memang mulai rutin mengadakan kegiatan di masjid sejak pembatasan pandemi kian melonggar. “Iya, kalau yang saya perhatikan memang bakda salat zuhur suka bagi-bagi makanan di sini, biasanya sampai 50 bungkus gitu,” ungkapnya.
Di sisi lain, Ibrahim sebagai takmir masjid menceritakan bahwa masjid yang terdiri dari empat lantai dan memiliki lift khusus lansia ini, memiliki hambatan saat fase pembangunan. Sebab, ada masyarakat yang kurang berkenan serta banyaknya masjid lain yang sebelumnya sudah ada di lingkungan sekitar.
“Memang pada awalnya, ada hambatan dalam pembangunan masjid, khususnya dalam masalah tanah yang harusnya masjid ini bisa lebih luas. Ini karena mungkin ya ada penolakan [ketidaksetujuan] dari masyarakat sekitar terhadap pembangunan masjid ini,” ujarnya.
Dari segi desain, keunikan lain dari MSS ialah desain arsitektur berupa sembilan pintu berwarna coklat keemasan yang melambangkan Wali Songo – sembilan wali penyebar agama Islam di tanah Jawa pada masa lampau.
Kini, usaha dagang ayam yang dirintis oleh ibu Suciati tersebut meluas ke berbagai lini, seperti didirikannya rumah potong ayam (RPA) hingga pabrik pengolahan daging ayam dengan merek sendiri. Bahkan, pabrik daging ayam ibu Suciati menjadi supplier resmi dari restoran waralaba terkenal di Yogyakarta.
Walaupun tidak memberi tahu berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan masjid, ibu Suciati mengakui harapannya ke depan agar tempat ibadah ini dapat menebar manfaat bagi masyarakat sekitar maupun umat Islam pada umumnya. Tentunya, MSS pun menjadi ikon tersendiri bagi Sleman dan sekitarnya.
Reporter: Jalaluddin Rizqi Mulia (Peserta Suara Community Institute Batch 1)