Series baru Netflix Korea ‘All of Us Are Dead’ saat ini sedang menjadi perbincanga hangat di media sosial di seluruh dunia. Series zombie ini menceritakan siswa dari SMA Hyosan dan masyarakat Hyosan berjuang mempertahankan hidup dari wabah Virus Jonas yang membuat masyarakat sekitar, termasuk seisi sekolah, berubah menjadi mayat hidup.
Pembuatan series ‘All of Us Are Dead’ terbilang sangat all-out. Mengutip wawancara pemeran dan sutradara, menurut pemaparan Lee Jae Goo, sutradara film adaptasi webtoon ini membangun sekolah Hyosan secara khusus untuk keperluan produksi, selain itu sang sutradara menginginkan alur cerita yang terlihat real. Oleh karena itu, para aktor yang berperan sebagai zombie diberikan latihan koreografi khusus untuk memperlihatkan pergerakan zombie secara detail seperti berjalan, berlari, menggelepar, hingga saat mengigit korban.
‘All of Us Are Dead’ menyajikan cerita yang sedikit berbeda daripada film zombie lainnya yang bergelut seputar terinfeksi virus - berubah - menularkan virus - escape, ‘All of Us Are Dead’ dengan menambahkan perbedaan jenis zombie hingga bumbu percintaan tipis-tipis ala anak sekolahan.
Bukan film sukses namanya kalau tidak mendapatkan berbagai kritik dan saran dari penonton. Bagi beberapa penonton sangat menyukai alur ringan, tapi ada pula yang masih kurang sreg dengan jalan cerita dari salah satu proyek besar Netflix ini.
‘All of Us Are Dead’ berisi 12 episode, dimana episode ini dianggap terlalu banyak untuk jalan cerita yang sudah tertebak akhirnya. Banyak yang menilai kalau sutardara memasukkan adegan-adegan kurang penting untuk mengisi durasi. Ada pula beberapa pertanyaan yang masih belum terjawab dalam cerita, menyisakan rasa penasaran di benak penonton.
Sementara, sisi lainnya yang menarik perhatian adalah ketika series ini mengambil tema bullying yang sangat kental di dunia pendidikan. Ini juga memperlihatkan efek dari bullying itu sendiri bisa sangat mematikan.
Para pemeran muda yang terbilang masih rookie di dunia akting juga cukup terampil memerankan karakter mereka. Meskipun ada akting di beberapa adegan yang terlihat kurang natural, tapi semua akan tertutupi dengan akting karakter lain yang melengkapi. Chemistry antar karakter juga kuat, interaksi mereka di depan layar maupun belakang layar menambah nilai untuk film ini.
Apakah ‘All of Us Are Dead’ worth untuk ditonton? Jawaban dari saya pribadi adalah YA. Series ini memiliki banyak pelajaran hidup yang dapat diambil mulai dari persahabatan, kasih sayang keluarga, pengorbanan, dan banyak lagi. Selain itu cerita yang ringan tapi juga menegangkan. Cocok disaksikan sembari menikmati waktu istirahat.
Mengulang kesuksesan ‘Squid Game,’ ‘All of Us Are Dead’ menduduki puncak tertinggi serial di Netflix beberapa minggu sejak penayangannya. Di beberapa negara, 'All of Us are Dead' berhasil menduduki posisi pertama selama tiga hari berturut-turut seperti di Korea Selatan, Indonesia, Bangladesh, Brazil, Finlandia, Perancis, Jerman, Hongkong, dan beberapa negara lainnya.