Meninjau Realita Melalui Karya Sastra

Hernawan | Wahid Kurniawan
Meninjau Realita Melalui Karya Sastra
Mengintip Indonesia dari Lerok dan Oetimu (Divapress)

Ada yang beranggapan bahwa arus perbukuan tanah air, terutama di bidang sastra, tampak sedikit mengalami ketimpangan antara jumlah karya sastra secara umum (puisi, kumpulan cerpen, atau novel) dengan buku-buku yang berada dalam koridor nonfiksi atau telaah (kumpulan esai, ulasan, atau kritik sastra). Saya tidak menjamin kalau anggapan itu sepenuhnya benar, tapi agaknya anggapan itu cukup beralasan mengingat kalau kita iseng mengok katalog penerbit-penerbit di Indonesia, maka akan kentara betul bahwa fakta ini bukan isapan jempol belaka. Dari situ, saya kira, kehadiran sebuah buku yang berada di wilayah “jarang” ini patut kita sambut baik. Satu di antaranya, kalau kita boleh menyebut, adalah buku besutan Hairus Salim HS yang bertajuk Mengintip Indonesia dari Lerok dan Oetimu (Divapress, 2021) ini .

Secara khusus, buku ini berisi esai-esai yang ditulis sebagai respons si penulis atas sejumlah cerpen, kumpulan cerpen, novel, dan (oto)biografi yang tersebar dalam kurun waktu tertentu. Adapun sisi paling dominan yang dibidik penulis adalah keterhubungan beberapa karya tadi dengan peristiwa-peristiwa aktual di masyarakat. Dari sejumlah esai, penulis mengangkat beberapa isu penting tanah air seperti tragedi ’65, gambaran kaum muslimin di kurun waktu ’50-an, dan hal-hal lainnya.

Selain itu, walau terkesan subjektif, penulis melayangkan kritik terkait keberadaan karya-karya tadi beserta respons pembaca di masyarakat. Ia membawa premis yang mendobrak anggapan umum bahwa kalau kita bicara karya sastra, atau fiksi, maka itu tak lebih sebagai serangkaian kata yang dirajut dari ide khayalan semata. Dengan kata lain, ia menggugat bahwa sebetulnya karya-karya tadi sepenuhnya khayalan, atau sesuatu yang datang dari ruang hampa penulisnya. Padahal, kalau ditelaah lebih dalam lagi, ide-ide itu bisa jadi datang sebagai respons para penulisnya atas kondisi sosio-cultural tertentu. 

Itulah yang suara paling kuat yang ada di buku ini. Hairus berpendapat, “Sebuah karya sastra juga bisa mengandung nilai ilmiah, jika ia ditulis dengan fakta data. Seperti novel Lajja (1993). Yang dalam pengakuan Nasrin pada pengantar penulis, novel itu, selain ditulis dengan berdasarkan imajinasi, juga banyak disertai dengan peristiwa aktual, kejadian historis, fakta-fakta dan data statistik (Hal. 113). Selanjutnya, dari karya novel Orang-Orang Oetimu (2020) karya Felix K. Nesi yang juga ditelisik oleh Hairus, premisnya tadi akan menemukan validasinya mengingat novel ini didasarkan pada beberapa fakta sejarah berikut keberadaan tokoh, peristiwa, dan tanggal-tanggal yang mendekati kenyataan. 

Oleh sebab itu, dari telaah-telaahnya ini, maka tulisan Hairus bisa menjadi pijakan bagi kita untuk menjangkau makna, rahasia, dan nilai-nilai yang terkandung dalam beberapa karya sastra, di samping kita bisa membacanya sendiri. Di satu sisi, esai-esainya itu mungkin terbaca sekadar sebagai responsnya ketika tuntas menamatkan sebuah karya, tetapi di sisi lain, ia juga bisa menjadi jembatan bagi kita untuk dapat memahami, atau masuk ke dialektika yang lebih mendalam lagi. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak