Kisah-kisah Sabahat Nabi sebagai Refleksi di Bulan Suci Ramadhan

Hernawan | al mahfud
Kisah-kisah Sabahat Nabi sebagai Refleksi di Bulan Suci Ramadhan
Buku Indahnya Persahabatan dalam Al Quran dan Hadits, Ary Nur Azizah (DocPribadi/AM)

Hidup bersama dalam keberagaman perlu rasa simpati, empati, toleransi, dan tolong menolong. Agar ikatan persahabatan terjalin erat, dibutuhkan rasa saling peduli, saling menerima, dan saling jujur satu sama lain. 

Di buku ini, kita diajak menelusuri beragam kisah para sahabat Rasulullah Saw. yang membawa pelajaran penting tentang nilai-nilai persahabatan dan penting untuk diresapi di bulan suci Ramadhan ini.

Ary Nur Azizah, penulis buku ini menyajikan bacaan menarik, tak hanya untuk anak-anak, namun juga untuk dinikmati kalangan mana pun. Kisah-kisah sahabat Rasulullah Saw. dituangkan secara kreatif, tidak secara langsung tapi melalui cara yang unik. Kita dipandu menelusuri setiap kisah lewat dua orang anak. 

Dikisahkan, dua anak bersaudara, Zaki dan Zakiyah mendapatkan hadiah dari Profesor Toriq, ayah mereka. Hadiah tersebut adalah sebuah Holoflip, sebuah tablet hologram ajaib yang bisa membuat mereka datang ke suatu masa yang diinginkan dengan berubah menjadi sesuatu yang lain.

Zaki dan Zakiyah gembira sekaligus penasaran. Alat tersebut kemudian membawa mereka masuk ke pelbagai petualangan seru, melihat langsung kisah-kisah para sahabat Rasulullah yang kaya pesan-pesan kehidupan, terutama tentang kepedulian dan persahabatan. 

Pertama kali mencoba, dua anak tersebut mencoba masuk ke dalam kisah Ikrimah bin Abu Jahal dan sahabatnya. BIP! FLASH! Seketika Holoflip tersebut membawa kedua anak tersebut menghilang. Ternyata, mereka melintasi ruang dan waktu, berubah menjadi pohon kurma. Mereka berada di situasi selepas Perang Yarmuk. Mereka melihat beberapa prajurit terluka parah dikumpulkan dalam satu barisan, lalu dibaringkan. 

Lalu, seorang prajurit berteriak mengatakan bahwa ia telah menemukan Ikrimah bin Abu Jahal, Harith bin Hasyim, dan Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Ketiganya dalam kondisi lemah. Tiba-tiba, Harith merintih dan meminta minum karena kehausan. Khalid langsung mengulurkan air pada Harith. Namun, belum sempat Harith meminumnya, tiba-tiba terdengar suara lemah Ikrimah yang juga minta minum.

“Khalid, berikan air ini pada Ikrimah. Dia lebih memerlukannya,” bisik Harits lemah. Khalid menuju ke Ikrimah. Namun, Ikrimah urung meminumnya karena terdengar rintihan Ayyasy. “Aku haus, bagilah aku air,” pinta Ayyasy. Khalid harus bolak-balik di antara dua sahabatnya, namun akhirnya Ayyasy dan Ikrimah sudah syahid. Menyaksikan hal tersebut, Zaki dan Zakiyah terharu. “Mereka rela memberikan minum untuk sahabatnya. Padahal mereka juga sama hausnya,” kata Zaki (hlm 20).

Di samping kisah tentang kepedulian tersebut, Zaki dan Zakiyah juga menyaksikan eratnya persahabatan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Lewat Holoflip pemberian ayah mereka, dua anak tersebut dibawa ke masa lalu dan menyaksikan persahabatan kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka berubah menjadi piring yang ada di dalam rumah seorang sahabat Anshar. 

Tak lama kemudian, terdengar suara seorang laki-laki pemilik rumah yang bercerita pada isrinya bahwa ia membawa seorang tamu. Tamu tersebut merupakan tamu Rasulullah dan sedang lapar. Karena Rasulullah tak memiliki apa pun untuk diberikan, lelaki tersebut menawarkan diri menjamu tamu tersebut. Padahal, sahabat Anshar tersebut juga hanya memiliki sedikit persediaan makanan di rumahnya. 

Sahabat Anshar tersebut berinisiatif menidurkan anak-anak mereka agar lupa kalau lapar. Kemudian, ketika tamu tersebut tengah makan, ia meminta istrinya mematikan lampu agar mereka tak melihat jika ia, sebagai Tuan Rumah, tidak ikut makan. “Saudaraku, makanan sudah siap. Maaf kita harus makan dalam suasana gelap, karena anak-anak kami hanya bisa tidur kalau suasana gelap,” kata Tuan Rumah (halaman 35).

Melihat kisah tersebut, Zakiya menitikkan air mata. Anak tersebut sedih karena sadar bahwa ia sering rewel padahal sudah disiapkan makanan oleh ibunya. “Aku benar-benar tidak bersyukur, sudah ada makanan pun masih marah-marah,” katanya. Zakiya terharu melihat sahabat Anshar yang rela berpura-pura makan demi bisa memberi jamuan untuk tamunya, seorang Muhajirin. Kisah tersebut memberi renungan tentang betapa pentingnya memuliakan tamu, salah satunya dengan memberi suguhan atau jamuan meski dalam kondisi keterbatasan.     

Buku ini memberi banyak hikmah dan pelajaran berharga dari kisah para sahabat Nabi atau Rasulullah Saw. Dengan teknik bercerita yang kreatif, dengan dipandu dua tokoh anak-anak Zaki dan Zakiya yang bisa menghilang dan berubah menjadi pelbagai benda dan melihat langsung kejadian dan kisah di masa lalu dari para sahabat Nabi, membuat gambaran setiap kisah menjadi semakin nyata dan mudah dipahami pembaca.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak