Salah satu hal menyenangkan dalam hidup ini ialah ketika kita melakukan pekerjaan sesuai hobi atau passion kita. Segala hal yang dilakukan, bila itu sesuai hobi dan minat kita, maka kita tak akan merasa terpaksa menjalaninya.
Sayangnya, tak semua orang bisa bekerja sesuai minatnya. Mungkin karena kondisi atau keadaan yang membuatnya terpaksa bekerja apa saja, meski pekerjaan tersebut sama sekali bukan bidang atau minatnya. Yang terpenting mereka mendapatkan pekerjaan dan gaji tiap bulan.
Saya menemukan kisah menarik dalam buku kumpulan cerpen Lengkingan Viola Desingan Peluru karya Ramayda Akmal. Salah satu cerpen yang akan saya ulas kali ini berjudul Keluarga Curlan. Cerpen ini berkisah tentang seorang lelaki bernama Curlan yang sedang mengalami persoalan yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Ia yang berprofesi sebagai sales obat sampai mogok kerja gara-gara tak kunjung naik pangkat. Padahal, bos pernah menjanjikan pada Curlan tentang kenaikan pangkat tersebut. Dengan naik pangkat, otomatis Curlan akan mendapat jatah mobil yang dapat dipergunakan untuk membahagiakan keluarganya.
Sayangnya, Curlan tak kunjung naik pangkat. Hingga akhirnya ia memilih mogok kerja. Persoalan rumah tangganya pun kian bertambah. Hal ini bisa dimaklumi karena Curlan pernah menjanjikan mobil pada istri, anak, dan juga mertuanya. Begini petikan curahan hati Curlan kepada salah seorang teman kerjanya:
“Akan tetapi aku harus tetap bertanggung jawab terhadap harapan dan kebahagiaan keluargaku, Mas. Sekarang, istriku, tidur membelakangiku. Anak-anakku bolos sekolah. Mertuaku sering tidur di dangau sawahnya. Ia tak mau pulang karena malu. Aku tidak tahan melihat kondisi mereka yang seperti itu. Akhirnya, kemarin malam, aku memaksa mereka berkumpul. Di depan mereka kukatakan dengan lantang, “Aku akan beli mobil.” Mereka tetap diam. Tetapi mata mereka berkilat-kilat...,”
Ya, Curlan memang berniat ingin beli mobil dengan cara patungan bareng salah seorang tetangganya yang juga sama-sama ingin punya mobil. Rencananya mereka akan melakukan kredit mobil dan dicicil bersama. Mobil tersebut nantinya akan dipakai secara bergantian. Sayangnya, bukannya dapat mobil, Curlan malah tertipu. Ia kehilangan uang muka sejumlah 500 ribu.
Kisah Curlan dalam cerpen tersebut membuat saya menyimpulkan dua hal. Pertama, ketika bekerja sesuai bidang atau hobi kita, saya yakin tak akan sampai mogok kerja. Kedua, memaksakan diri memiliki sesuatu yang sebenarnya kita belum mampu membelinya, hanya akan membuat kita sengsara di kemudian hari. “Bergayalah sesuai isi kantong”, begitulah kira-kira ungkapan bijak yang pernah saya baca.