Pada hari kemarin, tepatnya tanggal 2 Mei 2022 setelah menjalankan ibadah puasa selama 30 hari penuh umat Muslim menyambut hari Lebaran.
Pada umumnya masyarakat Indonesia, menyambut hari Lebaran dengan berbagai macam tradisi seperti misalnya mudik, silahturahmi, berziarah, dan juga menghidangkan menu makanan opor ayam.
Bukan hanya itu saja, adanya keberagaman adat istiadat dan budaya di Indonesia juga terkadang akan melahirkan tradisi yang unik dari berbagai daerah kala sambut lebaran.
Seperti berikut ini adalah tiga tradisi unik menyambut Lebaran yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia
1. Tradisi Grebeg Syawal
Tradisi Grebeg Syawal ini biasanya terjadi di wiliayah Kraton Yogyakarta atau Surakarta dan dilakukan setiap tanggal 1 Syawal. Keunikan dari tradisi ini adalah dengan cara mengarak berbagai gunungan dari hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan.
Kemudian, gunungan hasil bumi itu pun nantinya terbagi menjadi dua yakni Gunungan Kakung dan Gunungan Putri di mana gunungan ini menjadi simbol sedekah sultan kepada rakyatnya.
Selain itu, bentuk gunungan itu pun sesuai dengan namanya yakni kerucut dan diarak oleh pengawal keraton serta dibagikan pada warga yang didoakan.
Tidak hanya itu saja, cara pembagiannya pun juga unik bukan dibagi-bagikan secara harfiah namun nantinya akan diperebutkan oleh warga.
Ada sebuah filosofi dari adanya tradisi Grebeg Syawal ini yakni apabila yang mendapatkan bagian dari gunungan ini akan mendapat kesejahteraan dan berkat.
2. Tradisi Ngejot
Tradisi Ngejot ini dilakukan oleh masyarakat Bali yang notabene mayoritas beragama Hindu dalam menyambut hari Lebaran.
Ngejot sendiri adalah tradisi berbagi makanan, minuman, dan buah-buahan, sebagai wujud terima kasih kepada tetangga-tetangganya tanpa melihat latar belakang agamanya.
Kemudian, tradisi unik ini juga dilakukan pada setiap tahunnya dan bukan hanya sebagai rasa ungkapan syukur namun juga sebagai simbol kerukunan antarumat beragama.
Sebaliknya, tradisi serupa juga biasanya dilakukan oleh masyarakat yang beragama Hindu saat hari besar keagamaan Hindu, berlangsung seperti Galungan atau Kuningan.
3. Tradisi Tumbilotohe
Tradisi Tumbilotohe dalam bahasa Indonesia disebut sebagai malam pasang lampu dan ini berasal dari bahasa Gorontalo yakni 'Tumbilo' yang berarti memasang dan 'Tohe' yang berarti lampu.
Umumnya lampu-lampu yang digunakan dalam tradisi ini yakni lampu tradisional dengan menggunakan bahan minyak tanah atau disebut denga Tohetutu.
Saat perayaan Tumbilotohe ini berlangsung, masyarakat akan memasang lampu di halaman rumah dan jalan menuju masjid sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadhan di Kota Gorontalo.
Kemudian, tradisi ini pun biasanya dilakukan padatiga malam terakhir jelang hari raya Idul Fitri. Dulunya, tradisi ini dilakukan guna memudahkan masyarakat melakukan zakat di malam hari.