Benturan Kaum Biofilis Melawan Kaum Nekrofilis dalam Novel Pertarungan

Hernawan | Thomas Utomo
Benturan Kaum Biofilis Melawan Kaum Nekrofilis dalam Novel Pertarungan
Novel Pertarungan (Dokumentasi pribadi/ Thomas Utomo)

Pertarungan adalah novel Hanna Rambe yang pernah dimuat sebagi cerita bersambung di koran Suara Pembaruan, 1995.  Setelah habis masa pemuatannya, Hanna mencoba mengirimkan naskah ini ke penerbit. Namun upayanya itu gagal. Sebab karya ini tidak mengandung adegan ranjang, tidak menampilkan hantu. Pendek kata, muatan novel ini tidak sesuai selera pasar sehingga tidak marketable. Barulah di tahun 2002, penerbit Indonesia Tera berkenan menerbitkan novel ekologi ini.

Secara ringkas, novel Pertarungan menceritakan kehidupan orang-orang di kawasan Sumatra Selatan. Adalah Agus, pegawai pemerintah yang dengan akses dan kewenangannya justru menipu Suku Cici, penghuni belantara, untuk membantunya meracun gajah-gajah. Agus butuh gading gajah untuk dijual guna membiayai perkawinannya.

Di sisi lain, ada Teja Sumirat, biasa dipanggil Ted, berasal dari keluarga konglomerat ibukota. Sikapnya selalu seenaknya sendiri, termasuk dalam memperlakukan orang lain hingga mengakitkan kematian. 

Bersama kawan-kawan borjuisnya, Ted masuk hutan, hendak memburu gajah, semata-mata untuk berfoto di atas bangkainya saja. Manfaatnya? Hanya agar terlihat keren. Itu saja alasan snobisnya!

Sama seperti Agus, dalam melancarkan aksinya, Ted dan kawan-kawan menjalankan berbagai keburukan. Rangkaian keburukan keburukan dua pihak tersebut justru menjelma bumerang yang menghancurkan mereka sendiri dan merusak lingkungan, macam kebakaran hutan, serangan satwa ke penduduk tak bersalah.

Novel ini menggambarkan betapa rendah penghargaan manusia modern terhadap hutan dan lingkungan hidup. Betapa mindset manusia kapitalis yang tamak senantiasa berpikir dan berupaya bagaimana cara mengeksploitasi kekayaan alam sebanyak-banyaknya demi kemakmuran mereka? Demi dahaga uang yang tak kunjung habis!

Gerson Poyk, sastrawan ternama Indonesia, menyebutkan bahwa novel ini dengan gamblang menunjukkan pertarungan antara kaum biofilis (pecinta kehidupan) versus kaum nekrofilis (pecinta kematian). Jika kaum biofilis jumlahnya sedikit, demikian pula kemampuan finansialnya, kaum nekrofilis jumlahnya terus bertambah. Sama halnya dukungan materi yang tak habis-habis. Membuat pertarungan tak seimbang dan sudah dapat ditebak siapa pemenangnya.

Isi novel ini adalah gambaran lengkap dan asli tentang akibat nyata dari keserakahan manusia dalam mengeksploitasi habis-habisan hutan beserta lingkungan hidup lain. Membacanya, melahirkan perasaan miris lagi tragis. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak