Mungkin sebagian orang menganggap bahwa permainan yang dilakukan oleh anak-anak itu tidak ada gunanya. Hanya sekadar permainan untuk menghibur diri, atau menjadi sebuah hobi belaka tanpa makna.
Anggapan tersebut tentu tidak sepenuhnya benar, bahkan bisa jadi salah kaprah. Karena ada banyak bentuk permainan yang tak hanya menghibur, tapi juga mendidik dan membantu mencerdaskan anak.
Dalam buku berjudul ‘Kumpulan Permainan Seru, Tutorial untuk Fasilitator dan Instruktur’ dipaparkan bahwa penggunaan games atau permainan sangat baik untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran karena dengan permainan, minimal peserta dapat merekam informasi dalam ingatannya lebih lama.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa orang dewasa lebih mudah belajar dengan melakukan (learning by doing) dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilannya. Pendekatan ini jauh lebih baik daripada mengajar pelatihan satu arah di mana peserta hanya aktif mendengar dan mencatat (Kumpulan Permainan Seru, Tutorial untuk Fasilitator dan Instruktur, halaman 2).
Esmet Untung Mardiyanto menjelaskan kelebihan atau manfaat permainan untuk pelatihan. Berikut ini penjelasannya:
Pertama, permainan biasanya luwes. Permainan dapat diubah atau disesuaikan dengan topik yang sedang diajarkan. Dengan kata lain, satu model permainan dapat diubah menjadi beberapa versi.
Kedua, permainan biasanya relatif murah. Bahan-bahan permainan dapat diperoleh atau dibuat sendiri. Bahkan, beberapa permainan tidak memerlukan bahan sama sekali karena hanya memerlukan kertas, kertas fotokopi, dan alat tulis.
Ketiga, para peserta belajar dari interaksi dalam kelompok. Instruktur hanya bertindak sebagai fasilitator atau narasumber dan tidak banyak menyampaikan “kuliah” kepada para peserta.
Dalam buku ini juga diuraikan beragam jenis permainan yang bisa dipraktikkan untuk melatih kecerdasan dan keakraban siswa. Salah satu jenis permainan menarik yang bisa dicoba yakni “Bola Perkenalan”. Bahan yang diperlukan sangatlah murah dan gampang dicari, yakni sebuah bola. Tujuan permainan jenis ini adalah: anak yang semula belum mengenal nama temannya dapat segera mengenal nama mereka. Prosedur permainannya seperti ini:
Pertama, instruktur meminta seluruh peserta berdiri dan membuat lingkaran. Instruktur juga berdiri bersama peserta pada lingkaran tersebut. Bola di tangan instruktur.
Kedua, instruktur meminta peserta yang diberi bola menyebutkan nama panggilannya dengan keras serta menyebutkan dari mana bola berasal. Misalnya, “Saya Amat telah menerima bola dari Banu”. Kemudian, Amat diminta memberikan bola kepada kawan yang berada di sampingnya lagi. Peserta ini kemudian berkata, “Saya Ucep telah meneriam bola dari Banu dan Amat”. Begitu seterusnya sampai selesai.
Ketiga, agar adil maka proses seperti itu diulangi dari arah yang berlawanan. Peserta yang pada babak putaran menyebutkan sedikit, pada putaran ini harus mampu menyebutkan banyak nama. Sementara, peserta yang pada babak pertama sudah menyebutkan banyak nama, hanya menyebutkan sedikit nama.
Terbitnya buku ‘Kumpulan Permainan Seru, Tutorial untuk Fasilitator dan Instruktur’ karya Esmet Untung Mardiyanto (penerbit Andi 2010) ini, dapat membantu para guru atau siapa saja yang ingin meningkatkan kualitas pendidikan melalui permainan. Tentu saja tidak semua kegiatan belajar mengajar dilakukan lewat permainan, karena permainan ini hanya sebagai sebuah selingan agar anak tidak merasa bosan.