Perasaan insecure pasti pernah menghinggapi salah satu fase dalam hidup kita, terutama ketika sedang berada di fase remaja menuju dewasa. Ada banyak hal yang bisa menjadi pemicu rasa insecure, mulai dari penampilan fisik hingga pertemanan.
Melalui buku self improvement yang berjudul ‘Insecurity is My Middle Name’, penulis berusaha menyampaikan beberapa kalimat yang dapat membantu pembaca untuk tidak merasa sendirian.
Identitas Buku
Judul Buku: Insecurity is My Middle Name
Penulis: Alvi Syahrin
Penerbit: Alvi Ardi Publishing
Jumlah Halaman: 264 Halaman
Ulasan Buku
Ilustrasi sebuah bangku dan meja di pinggir danau, dengan pemandangan kota dan pepohonan di seberang, merupakan gambaran yang ada di cover buku ini. Seakan mengajak pembaca untuk merenung.
Buku ini merupakan seri Self-Healing pertama yang ditulis oleh Alvi Syahrin. Terbagi menjadi 5 bab utama dengan berbagai judul sub-bab yang lebih rinci, buku ini berusaha menemani para pembaca yang mungkin sedang merasa insecure.
Total ada 45 topik yang diangkat dari kehidupan sehari-hari yang mungkin relate bagi sebagian besar orang dan semuanya dapat menjadi pemicu rasa insecure.
Tanpa berusaha menggurui atau terkesan sok tahu, isi buku ini justru terasa seperti sedang berbincang dengan teman. Semacam tempat nyaman untuk terbuka sejujurnya tentang perasaan sendiri.
Aku pribadi sangat menikmati setiap halaman yang ada di buku ini. Pemilihan font yang tepat, jarak antarkalimat yang pas, kata-kata yang tidak terlalu puitis tetapi tetap indah dibaca, serta berbagai potongan ayat atau kalimat motivasi yang bisa mendorong pembaca untuk merenungi hidup.
Sekali duduk juga bisa selesai membaca buku ini. Namun, mungkin perlu seumur hidup untuk mampu melakukan dan benar-benar menerapkan setiap anjuran serta saran yang terdapat di dalamnya. Sulit memang, tidak semudah ketika membacanya, tapi semua perlu proses, bukan.
Permasalahan mulai dari fisik yang kurang menarik, masa depan yang buram, hingga rasa jauh tertinggal dari teman-teman dibahas secara lengkap di buku ini. Seakan perwujudan nyata dari keresahan yang kita rasakan, tetapi tidak bisa kita ungkapkan.
Buku ini bisa dibaca di mana saja dan kapan saja, tetapi ada baiknya dibaca ketika sedang sendiri agar kita bisa memahami setiap kalimatnya dengan baik, lantas meresapi dan mencoba mengambil bagian paling pentingnya.
Pengalaman membaca buku ini cukup menguras emosi, entah ada berapa puluh halaman yang sukses membuatku terharu hingga menangis, padahal aku cukup sulit menangis karena sebuah buku self improvement.
Buku ini aku rekomendasikan untuk orang-orang di luar sana yang sedang merasa insecure dengan dirinya, dengan hidupnya, dengan masa depannya, dengan semua yang ada pada dirinya.
Hingga akhirnya kita sadar bahwa insecure itu diperlukan, dalam kadar dan batas tertentu. Sampai kita ‘berteman’ dengan rasa insecure itu. Mengapa demikian? Kamu akan menemukan jawabannya dalam bab terakhir buku ini.