Satu lagi novel karya penulis Jepang dengan premis cerita yang ringan dan memberikan suasana hangat kepada pembacanya, yaitu novel berjudul Pasta Kacang Merah.
Novel Pasta Kacang Merah merupakan karya penulis Jepang, Durian Sukegawa dengan judul asli AN. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama dengan cetakan pertama terbit pada akhir tahun 2022 lalu.
Novel Pasta Kacang Merah menceritakan tentang Sentaro yang berprofesi sebagai penjual dorayaki di Toko Dorayaki Dora Haru.
Sentaro diceritakan sebagai orang yang gagal dalam menjalani hidupnya yang berakhir menjadi penjual dorayaki dengan hari-hari membosankan.
Ia memiliki masa lalu yang cukup suram, seperti memiliki catatan kriminal, sulit meninggalkan kebiasaan alkoholiknya, hingga melepaskan impiannya sebagai penulis.
Suatu ketika, datang seorang wanita tua dengan bentuk jemari yang aneh bernama Tokue ke kedai Dora Haru. Tokue sendiri awalnya mencoba melamar pekerjaan di Dora Haru, tetapi Sentaro menolak setelah mengetahui umur dan kondisi fisik Tokue.
Tokue tak menyerah, ia menyerahkan setoples pasta kacang merah buatannya yang membuat Sentaro takjub akan rasa dan kenikmatannya.
Sentari akhirnya mau menerima Tokue. Keduanya semakin akrab dan menjalin persahabatan yang hangat dengan saling bercerita satu sama lain.
Novel berjumlah 240 halaman ini memiliki desain sampul yang memanjakan mata. Pertama kali melihat sampulnya, pembaca sudah disuguhkan desain sampul berwarna merah muda yang indah dengan nuansa bunga sakura.
Pada sampulnya juga terselip ilustrasi 3 karakter yang menggambarkan ketiga tokoh utama, yaitu Sentaro, Tokue, dan seorang anak SMP bernama Wakana.
Novel ini cocok dibaca di akhir pekan untuk melepas penat dan butuh cerita yang ringan dan hangat. Setiap babnya cukup singkat yang dikemas dengan narasi dan dialog yang ringan serta mudah dipahami.
Pasta Kacang Merah tidak hanya menawarkan persahabatan beda generasi, tetapi juga membawa pembaca untuk memaknai sebuah kehidupan yang terkadang tidak sesuai dengan yang kita inginkan.
Sentaro yang pendiam akhirnya mulai membuka diri dan bercerita tentang masa lalunya yang kelam kepada Tokue. Di sisi, Tokue seorang penyintas penyakit Hansen selama kurang lebih 50 tahun harus menahan penderitaan terkurung di sanatorium.
Dari cerita Tokue, kita diajarkan untuk tidak mudah menyerah dan lebih menghargai hidup serta kehidupan yang kita alami. Mungkin saat ini bukan kehidupan terbaik yang kita inginkan, tetapi akan ada suatu masa kita benar-benar merasakan arti hidup sesungguhnya.
Selain itu, kita juga dapat belajar tentang penyakit Hansen atau Lepra yang membuat penderitanya mendapatkan stigma buruk di masyarakat.
Meskipun seorang penyintas dikatakan sudah sembuh total, tetapi mereka belum benar-benar diterima di masyarakat dan tak jarang mendapat diskriminasi.
Di balik itu, para penyintas seharusnya mendapat bantuan dan uluran tangan ketimbang cibiran. Pembaca juga diajak untuk bersimpati dengan mereka-mereka yang merasa tersisihkan oleh beratnya kehidupan.