Pernikahan adalah sebuah pilihan dalam hidup. Ada kalanya dengan menikah, seseorang dapat meraih berbagai kebahagiaan. Namun, tak sedikit juga orang-orang yang setelah menikah malah hidupnya menjadi menderita.
Maka, penting bagi setiap orang untuk memikirkan dan menyiapkan banyak hal terlebih dahulu, sebelum memutuskan untuk menikah. Karena menikah itu bukan perkara main-main atau coba-coba.
Bila seseorang salah melangkah, atau tidak memiliki persiapan yang matang dan terencana, maka bisa jadi pernikahan yang dilaluinya nanti akan mendapatkan banyak ujian atau persoalan.
Bicara tentang pernikahan, ada sebuah kisah menarik yang bisa disimak dalam buku “Love and The City” yang ditulis oleh Moemoe Rizal, dkk. Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek (cerpen) yang ditulis oleh sejumlah penulis dan bisa dijadikan sebagai bacaan menghibur sekaligus renungan bagi para pembaca.
Salah satu cerpen menarik yang bertemakan pernikahan berjudul “Langkahan” karya Anggun Prameswari. Cerpen ini mengisahkan tentang seorang wanita karier bernama Diajeng yang masih betah hidup melajang di usianya yang telah melewati angka tiga puluh.
Persoalan muncul ketika Anjani, adiknya yang sudah dewasa, ingin menikah dan itu artinya Diajeng akan dilangkahi oleh sang adik. Diajeng tentu tak mempersoalkan bila dirinya akan segera dilangkahi oleh adiknya. Meski ada beberapa teman kantornya yang melontarkan ledekan: “perempuan yang dilangkahi kawin adiknya akan seret jodoh.”
Sempat terjadi perdebatan kecil karena perbedaan pandangan di antara kakak beradik tersebut. Beruntung, mereka memiliki ibu kandung yang sangat bijaksana. Sosok ibu yang telah lama berjuang sendiri demi dua buah hati terkasihnya. Sebab ayah telah lama meninggal dunia.
BACA JUGA: Menolak Lupa: Peristiwa Battle of Hill 282 Tahun 1950 di Korea
Bertahun-tahun ibu berjuang sendiri menghidupi mereka berdua dengan usaha kateringnya. Dan nyatanya, ibu tampak bahagia, tak sekali pun ada duka yang melintasi wajahnya.
Berikut ini salah satu kalimat yang sangat bijak yang dilontarkan oleh sang ibu kepada Anjani ini: “Bahagianya orang itu nggak sama, Jani. Kalau bahagiamu adalah menikah, bahagianya Ajeng belum tentu”.
Cerpen-cerpen lainnya yang bisa disimak dalam buku terbitan Bypass (2015) ini masih banyak. Misalnya, cerpen karya Indah Hanaco berjudul “Teman Kencan Pilihan Mama”. Cerpen ini juga bercerita tentang wanita karier yang masih betah sendiri, tapi dipaksa orangtunya untuk segera memikirkan soal asmara. Bahkan ibunya sampai berusaha untuk menjodohkannya dengan putra-putra temannya.
Satu pelajaran penting yang bisa saya petik dari buku ini adalah: bahwa kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda. Menikah memang termasuk kebahagiaan bagi orang-orang yang memang menghendakinya. Namun, belum tentu menjadi sebuah kebahagiaan bagi mereka yang memang belum siap bahkan tidak ingin menikah.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS