Ada begitu banyak kisah-kisah menyedihkan sekaligus mengharukan dari balik bui yang selama ini mungkin jarang atau tak sering tersorot oleh masyarakat umum. Kisah-kisah mereka, orang-orang yang harus menerima kenyataan getir: masuk ke dalam jeruji besi, tentunya sarat dengan pelajaran berharga yang bisa dipetik oleh siapa saja, khususnya oleh mereka yang mengalaminya.
“Surat untuk Mama” adalah salah satu buku yang mengulas kisah-kisah sedih sekaligus mengharukan dan sarat pembelajaran. Buku yang dieditori oleh Kristin Samah dan Chris Nusatya ini berisi sekumpulan kisah atau cerita yang ditulis warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Tangerang. Kisah-kisah mereka layak dibaca dan patut menjadi renungan kita semua.
Salah satu kisah yang menyentuh dan menyedihkan berjudul ‘Surat untuk Mama’. Mengisahkan seorang perempuan yang harus masuk bui dan divonis delapan tahun karena telah dianggap merugikan kantornya. “Aku harus menanggung sendiri tanggung jawab atas risiko sebagai seorang kepala cabang, aku dianggap merugikan” ujarnya.
Sebagai seorang perempuan yang telah menikah dan memiliki tiga buah hati, tentu dia merasakan kesedihan yang begitu mendalam atas kasus hukum yang menimpanya. Namun, dia berusaha tegar dan sabar menjalaninya. Untunglah dia masih memiliki suami yang sangat perhatian dan sering mengunjunginya di dalam penjara. Bahkan anak-anaknya kerap mengirimi surat yang membuat dirinya merasa terharu. Berikut petikan kisahnya:
“Senin, Kamis, dan Sabtu hampir tak pernah suamiku absen mengunjungiku. Dari suamiku baru aku tahu bahwa anak-anak menulis surat sendiri. Bahkan papanya tak diizinkan membaca sebelum dimasukkan ke dalam amplop. Akulah yang “membocorkan” isi surat-surat itu pada suamiku. Kesempatan bertemu anak-anak hanya mungkin dilakukan di hari Sabtu selama 30 menit. Itu pun kalau mereka tidak ada kegiatan sekolah. Keterbatasan kesempatan itulah rupanya yang membuat anak-anak berinisiatif menulis surat (hlm. 10-11).
Kisah sedih dan mengharukan lainnya yang patut disimak dalam buku ini berjudul “Mereka kan Sahabat...”. Menuturkan kisah seorang ibu single parent yang berprofesi sebagai pengusaha yang begitu dramatis. Dia memiliki dua anak yang sudah besar-besar.
Ibu pengusaha ini memiliki dua orang sahabat dekat layaknya saudara sendiri, tapi ternyata justru merekalah yang akhirnya menjebloskannya ke dalam penjara. Sebuah persoalan yang menyangkut masalah hukum membuat persahabatan mereka retak. Dan ibu pengusaha tersebut harus rela masuk bui, meninggalkan dua buah hatinya yang dicintainya.
Dari kisah tersebut kita bisa memetik hikmah agar selalu waspada dengan orang-orang yang ada di sekitar kita, termasuk orang-orang yang datang dan ingin bersahabat dengan kita. Karena kita tidak tahu siapa kelak yang ingin berbuat tidak baik pada kita.
Masih ada sederet kisah menarik lainnya yang bisa disimak langsung dalam buku terbitan Gramedia (2017) ini. Selamat membaca dan menemukan pelajaran berharga di dalamnya.